18: Sembunyi di Gazebo

281 51 2
                                    

Gaduh.

Satu kata yang sesuai untuk menggambarkan suasana kelas 11 mipa 6 saat ini. Keadaan kelas yang di tinggal guru karena sekolah mereka akan kedatangan pengawas dari dinas pendidikan. Meskipun sejak awal sudah dihimbau untuk tidak meninggalkan kelas masing-masing, tapi tetap saja ada satu dua siswa yang berlalu lalang di koridor.

Pintu kelas 11 mipa 6 memang tertutup atas permintaan Bintang. "Kalau pintu ditutup; satu, gue bisa tau siapa aja yang keluar kelas; dua, kita bisa ngereog di dalem tanpa takut dapet image jelek karena gak keliatan dari luar," jelas gadis itu.

Setelah menutup pintu, Bintang kini berdiri di depan papan tulis. "Teman-teman, bentar deh."

Seluruh atensi berpusat pada Bintang.

"Gue barusan dapet saran, katanya daripada kita gabut gak jelas, gimana kalau kita minta Haris sama Viona latihan catwalk di sini? Sekalian buat latihan kalau kelas kita masuk final."

"SETUJU SETUJU!"

"Bel ...."

Bella mengangkat sebelah alisnya saat Viona berbisik pelan padanya. Mulutnya mengatakan 'Apa?' tanpa suara.

"Yuk! Yuk! Maju yuk! Haris, Viona."

Sambil berdecak malas, Haris berjalan ke depan Bintang. "Rese lu, Bin."

"Rese gimana?"

"Udah gak usah ngeluh. Kalau lu mau latihan catwalk nanti gue traktir," ujar Ricky, siswa yang dikenal sebagai donatur utama kelas 11 mipa 6. "Satu kelas deh, gue traktir semua."

"ANJAYY INI DIA RICKY KEBANGGAAN KITA."

Akhirnya atas iming-iming dari Ricky, Haris pun menyetujui latihan catwalk dadakan tersebut.

Kebetulan lagi, Ricky ini memang dari kecil sudah menjadi model cilik. Lahir dari keluarga super kaya raya membuatnya terbiasa dengan hal-hal seperti berpose di depan kamera.

Atas arahan Ricky, Haris dan Viona mulai berlenggak-lenggok dan jalan ke kanan kiri kelas bak model sungguhan. Ricky juga membantu mereka untuk berpose bersama di tengah kelas. Hal itu memunculkan riuh sorak dari teman-teman sekelas.

"ASLIII ini gue makin yakin kelas kita bakal dapet runner up atau minimal ya juara harapan lah. KECE BANGET LU BERDUA," ujar Jihan dengan keras.

Bella memerhatikan bagaimana Viona yang visualnya nampak serasi dipadukan dengan Haris yang tampan. Meskipun Bella sendiri tahu bahwa ia juga cantik, namun, setiap melihat Viona, ia selalu memiliki firasat bahwa gadis itu akan berakhir dengan Haris, mantannya.

Biasanya Bellla akan turut bersorak dan menggoda Viona, namun kali ini ia lebih memilih diam.

Viona sendiri berpikir bahwa Bella mungkin masih enggan berhubungan dengan Haris sehingga gadis itu hanya diam sambil menatap ke arah jendela kelas.

Saat itu, bertepatan sekali dengan Awan yang baru saja melintas dengan buku di tangannya. Bella lantas berdiri dan berkata, "Bin, gue ijin ke kamar mandi ya."

Tanpa menunggu persetujuan dari Bintang, Bella segera berlari melewati Haris dan Viona. Dibukanya pintu kelas dan ia segera berbelok ke kanan.

"Sejak kapan kamar mandi kelas 11 ada di kanan?" tanya Juan entah pada siapa.

Haris diam-diam menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa Bella hanya akan mengejar Awan yang baru saja lewat.

"AWAN!" panggil Bella menggelegar di koridor yang sepi.

Awan reflek balik badan. Ia lantas membuat gestur menyuruh Bella tidak boleh mengeluarkan suara terlalu keras. "Kak, gak boleh teriak. Pengawasnya udah sampe tau."

Bella tertawa gemas melihat respon Awan. "Lo sendiri kok malah jalan-jalan? Hayooo kabur dari kelas ya?"

Awan menggelengkan kepalanya brtual. "Enggak, enggak. Gue tadi ambil buku tulis di BK kok, ini baru mau balik ke kelas."

"Ada tugas?" tanya Bella.

Awan tak menjawab. Yang lebih muda itu menggengam tangan Bella dan menariknya sambil berlari cukup kencang. Keduanya berhenti di gazebo yang berada di belakang area kelas 12.

Bella dan Awan saling bersahutan mengambil napas sebanyak-banyaknya. "Ngapain sih?" tanya Bella lagi.

"Tadi pengawasnya keliling. Kita udah kejebak di sini, kak. Kita gak bisa balik sampe pengawasnya nanti masuk ke ruang kepsek lagi," jelas Awan.

Bella mengangguk-anggukkan kepalanya lalu mengambil ruang di gazebo. Ia duduk di pojok gazebo dan meletakkan sepatunya disebelahnya. Setelahnya ia beri gestur agar Awan duduk di ruang kosong sebelahnya.

Paham apa yang Bella minta, Awan pun turut duduk di sebelah Bella.

"Heh sepatunya jangan ditaruh di situ!" larang Bella. "Kalau nanti pengawasnya liat ada sepatu pasti tau kalau kita sembunyi di sini."

Gazebo yang mereka tempati saat ini memang memunggungi koridor yang kemungkinan besar akan dilewati para pengawas. Juga, gazebo ini dilengkapi dengan penutup setinggi pinggang orang dewasa.

"Tapi kepala kita kan tetep keliatan, kak?"

Bella lalu menarik dirinya dan Awan hingga keduanya merebahkan diri di lantai gazebo. "Aman kan?"

Saat ini posisinya Awan terlentang dan disebelahnya ada Bella yang tengkurap. Awan kembali duduk dan melepas atasan seragamnya lalu ia letakkan diatas paha Bella. Tanpa berbicara apapun, ia kembali ke posisi semula.

Diam-diam, Bella menahan senyum lebarnya.

-to be continued-

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang