Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌻
🌻
🌻
"Oppa-lah yang memasukkan obat perangsang pada air putih yang Jungkook minum."
Manakala sebuah pengakuan terlontar dari bibir Kim Seokjin, saat itulah Kim Jisoo mulai memutar otaknya dengan keras guna mencerna maksud dari perkataan sang suami yang saat itu berdiri di hadapannya, sedangkan ia sendiri duduk di sisi ranjang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"O-Obat perangsang?"
"Ya. Obat perangsang. Akar dari semua insiden di masa lalu yang menewaskan Park Chae Yeon."
"O-Oppa ... Oppa bergurau, kan?" jelas Jisoo yang mendengar pengakuan Seokjin pun masih berusaha untuk tidak percaya.
Sungguh, rasanya hanya terlalu kejam jika benar Seokjin adalah dalang dari semua masalah yang menimpa Jungkook selama ini.
Sedangkan yang ia tahu, Seokjin bukanlah orang jahat.
"Karenanya, Kim Jisoo ..." namun bukannya menjawab keraguan Jisoo, Seokjin malah memilih bersimpuh di atas lantai dengan menjadikan satu lututnya sebagai tumpuan. Lalu kedua tangan pun terlihat meraih sepasang tangan isterinya agar bisa ia genggam, "Bisakah kau membantu Oppa?" mohonnya dengan binar mata yang sarat akan rasa takut, "Bantu Oppa untuk membujuk adik perempuan Oppa agar menjauh dari Jungkook. Ini bukan berarti Jungkook adalah pria yang buruk. Tidak. Sama sekali tidak. Tapi karena selama ini Oppa telah menyimpan satu dosa besar yang merusak hidup Jungkook. Oppa takut. Sungguh. Oppa takut Lisa akan menjadi tempat pelampiasan dendam Jungkook terhadap Oppa. Bahkan saat ini saja, Lisa selalu diseret---dianggap sebagai orang ketiga dalam rumah tangga Jungkook dengan Chae Yeon. Lalu apa yang akan terjadi pada Lisa jika Jungkook tahu tentang ini? Jungkook memang pria yang lembut, tapi satu hal yang harus kau tahu, dia tidak pernah mentolelir sebuah pengkhianatan dalam bentuk apapun. Karena itu, ketika dia dituduh berselingkuh, dia menjadi sehancur itu. Itu karena dia merasa telah menghancurkan prinsip hidupnya sendiri."
Akan tetapi Jisoo memilih bungkam. Bukan tak ingin merespon, hanya saja ia tak tahu harus bagaimana caranya merespon permohonan suaminya tersebut.
Pikiran Jisoo saat itu hanya terus memutar satu pertanyaan yang sama.
