Bahagia? Ke-7

930 73 14
                                    

"Sayang..."

Karina tersenyum lebar mendengar panggilan sayang dengan nada lembut itu. Bagaimana tidak? Jika panggilan sayang itu dia dapat dari pria yang dia cintai. Ah, betapa indahnya dunia...

"Lagi ngapain, sih? Sibuk sekali sepertinya."

Suara itu terdengar lebih dekat dari sebelumnya. Karina semakin tersenyum lebar dibuatnya.

Lalu sedetik kemudian, ada yang melingkarkan kedua lengannya di perut Karina. Mengusapnya pelan, sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Karina. Kali ini Karina tertawa geli. Wanita itu senang mendapati suaminya, kekasih hatinya, pria yang sangat dia cintai, bertingkah manja padanya.

Tidak sampai di situ saja, karena kemudian Karina merasakan bibir suaminya mulai mengecup ringan pangkal lehernya, sebelum dia merasakan hisapan kuat di sana. Belum lagi dua lengan yang tadi berada di atas perutnya telah bergerak tak tentu arah. Menggoda Karina yang sudah mulai terbakar.

Karina mendongak, memberi akses lebih lebar bagi suaminya untuk memainkan batang lehernya. Sementara kedua tangannya dia gunakan menuntun tangan suaminya, kemudian mengarahkannya ke titik-titik sensitifnya.

Suaminya yang cepat tanggap atas keinginan Karina segera memainkan perannya. Sementara Karina, dia juga begitu apik memainkan perannya. Sebagai pihak yang menikmati.

Tidak tahan akan semua godaan yang dia terima, Karina pun berbalik. Menghadap sang suami yang juga balas menatapnya dengan pandangan berkabut. Wajah keduanya mendekat, tatapan mereka bertemu. "Hendrick," bisik Karina lirih, yang Hendrick tanggapi dengan sebuah usapan lembut di bibir Karina.

Lalu entah siapa yang memulai duluan, bibir keduanya telah menempel satu sama lain. Hendrick tiada henti menggoda Karina agar wanita itu memberinya ruang. Bergantian menggigit dan melumat bibir Karina atas dan bawah. Hingga kemudian―

Huekk

Huekk

Karina bangkit dari tidurnya, kemudian dengan gerakan reflek dia memutar tubuh ke sisi kanan ranjang dan memuntahkan isi perutnya di atas karpet. Kepalanya pusing, perutnya terasa seperti sedang diaduk-aduk. Lalu rasa mual yang terus memaksanya membuang isi perutnya adalah keadaan pagi hari yang benar-benar menyiksa.

"Sial!" Umpat Karina setelah aksi muntah dadakannya selesai. Diusapnya kasar sudut bibirnya yang sedikit berair, kemudian Karina duduk sambil bersandar di kepala ranjang.

"Sialan!" Makinya lagi.

Sejujurnya ini adalah satu dari pagi terburuk bagi Karina. Bagaimana tidak? Di saat dia tengah bermimpi indah, dimana ada Hendrick di sana yang berperan sebagai suaminya dan sedang berlaku mesra padanya, rasa mual dengan tidak tahu dirinya datang dan mengacaukan mimpi indahnya.

Hah! Semua ini gara-gara Yasmine! Andai wanita itu tidak ikut campur dengan menghalanginya bertemu Hendrick, dia tidak akan berakhir di club malam dan muntah-muntah keesokan harinya! Memikirkan hal menjengkelkan itu saja sudah berhasil memancing kembali rasa mual Karina.

Huekk

Karina kembali memuntahkan isi perutnya yang hanya berisi cairan bening. Namun rasanya sangat pahit-dan menjijikkan! Ingatkan dia agar tidak lagi menyentuh alkohol!

Setelah puas memuntahkan semua isi perutnya, Karina memilih bangun dan segera membersihkan diri. Setidaknya dengan berendam, dia dapat memulihkan kembali mood-nya yang sempat rusak karena rasa mual tadi.

***

Suara berisik dari mesin hairdryer yang sedang Karina gunakan memenuhi seisi ruangan itu. Hingga Karina tidak bisa mendengar dering ponselnya yang telah berbunyi sejak tadi.

1001 Jalan Menuju BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang