CHAPTER 3

102 19 14
                                    

Zea tengah sibuk dengan sepatunya sendiri yang sedang ia ikat. Terlihat tubuhnya terduduk di pinggiran pintu masuk dari pantinya, dan bersebelahan dengan Anna. Sedangkan Lia dengan serius melihat mereka yang sedang mengikat tali sepatunya itu. Tatapannya sangat fokus, bahakan matanya sama sekali tidak berkedip ketika ia melihat mereka. Walau di usia yang sudah beranjak dewasa, Lia hingga saat itu masih belum bisa untuk mengikat tali sepatu, dan sepatu yang ia gunakan juga tidak terdapat tali.

"Ko kalian bisa si, ko aku tidak bisa yah." Ucap Lia dengan wajah polosnya, ketika melihat Zea dan Anna telah selesai memakai sepatunya dan hendak berdiri sembari tersenyum melihatnya.

Pagi itu mereka hendak bergegas berangkat kesekolahnya. Setelah Zea merasa sudah baikan dengan kondisi tubuhnya, hari itu ia memutuskan untuk tetap bersekolah. Zea terlihat menggunakan sweater rajut yang berwarna biru gelap, dipadukan dengan corak berwarna putih terang. Begitu juga dengan kedua temannya, Lia dan Anna memakai sweater yang sama namun hanya berbeda warna. Karena memang sweater tersebut pemberian dari salah satu perawat yang ada di panti asuhan, yang diberikan secara bersamaan untuk mereka.

Cuaca pagi itu, terasa lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Jalanan yang mereka lewati pun terlihat masih basah akibat guyuran hujan tadi malam. Terlihat juga wajah lesu dari Zea, ketika melihat kondisi jalanan tersebut. Itu karena akan membuat sepatunya kotor nantinya, akibat banyak genangan air dan jalanan yang terlihat sedikit jeblok. Walau sedikit lesu yang dirasakan oleh Zea, namun itu tidak menjadi halangan untuknya dan juga kedua temannya. Karena setiap pagi, semangat mereka sangat meletup-letup kian selalu memenuhi perasaan mereka di harinya.

Zea dan kedua temanya terus menapaki setiap jejak langkah mereka menuju sekolahnya. Tanpa terasa, terlihat sepatu dari mereka sudah penuh dengan bercak tanah merah yang menempel dipinggiran dari sepatu mereka, dan tanpa terasa langkah mereka saat itu, sudah memasuki area pasar.

"Ehh mau nyari nenek kemarin tidak" ucap Lia, ketika mereka sedang berjalan di area pasar.

"Kamu gimana Zea" tanya Anna kepada Zea. Karena ia akan menyetujui, jika Zea pun setuju.

"Boleh deh, mumpung masih ada waktu juga. Kali ajah hari ini nenek itu dagang" balas Zea. Karena kemarin sewaktu mereka pulang sekolah, mereka tidak melihat keberadaan dari nenek itu, dan Zea pun masih penasaran akan perkataan dari nenek yang pernah mereka temui didalam pasar itu.

Mereka pun mulai menelusuri pasar, melangkah menuju ketempat mereka pernah bertemu nenek itu. Langkah mereka melewati beberapa pedagang yang berjualan di dalam pasar tersebut. Kondisi pasar pun terlihat ramai di pagi itu.

Ketika langkah mereka sudah berada di area tempat mereka pernah bertemu dengannya. Namun mereka tidak melihat keberadaan nenek itu, dan dagangannya pun tak terlihat.

"Ko tidak ada yah, apa nenek itu tidak jualan lagi yah" ucap Lia, sedang melihat-lihat di area sekitarnya.

"Mau coba tanya sama ibu penjual itu tidak" ucap Anna yang mengusulkan bertanya, sambil menunjuk penjual di depannya.

"Boleh, yuk" ucap Zea, yang kini ia memimpin langkah mereka lebih dahulu, menuju ke penjual yang Anna tunjuk.

"Misi buu" ucap Zea dengan sopan, ketika telah tiba di depan penjual tersebut.

"Iya neng, mau beli apa" balas ibu penjual, sambil mengipas-ngipas dagangannya. Terlihat ibu itu menjual beberapa buah-buahan.

"Maaf bu sebelumnya, saya tidak bermaksud ingin beli. Namun saya ingin bertanya" ucap lagi Zea, dengan nada yang lebih sopan.

"Oh tidak apa-apa, mau naya apa neng" balas ibu penjual, lalu ia mulai mencoba mendengarkan apa yang akan di tanyakan oleh ketiga gadis didepannya.

THE LOST (HIATUS)Where stories live. Discover now