CHAPTER 10

72 7 9
                                    

Sekembalinya Anna kedalam kamar dan sudah bersama ketiga perawat yang telah ia panggil. Terlihat para perawat itu terkejut ketika mereka melihat kondisi Zea yang seperti sedang menahan rasa sakit dan terus mengamuk diatas ranjang itu. Ketiga perawat segera berjalan mendekat ke arah Zea, untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Lalu tak lama, kedua perawat mulai memegan kedua tangan milik Zea yang sedang mengamuk. Sedangkan yang satunya mencoba memanggil Zea sembari membangunkan tubuh Zea kedalam rangkulannya.

"Zea, apa yang sedang terjadi" panggil mbak Lena yang sedang merangkul Zea, sambil mengusap-usap lembu rambut milik Zea.

"SAKITTT...SAKITTT"

Rintihan Zea terus terdengar memenuhi seisi kamar tersebut. Tubuhnya semakin tidak terkendali ketika ia sedang dipegangi oleh ketiga para perawat itu. Wajah panik pun semakin terlihat dari kedua temannya, yang sedari tadi sedang berdiri di dekat ranjang mikik Zea. Sedangkan mbak Lena mulai mencoba menyadarkan Zea, setelah dirasa panggilannya tidak di dengar. Ia mulai memanjatkan doa-doa yang ia bacakan tepat di sebelah telinga Zea. Ia merasa Zea saat itu sedang mengalami mimpi buruk, atau gangguan semacamnya.

Kedua perawat lain juga ikut berusaha menyadarkan kesasadaran Zea, dengan doa yang mereka panjatkan juga. Situasi malam itu semakin terasa dingin di area sekitar kamar, membuat hawa disekitarnyapun terasa mencekam. Lia dan Anna hanya dapat melihat dari sisi ranjang itu, tanpa bisa berbuat apa-apa dengan wajah yang sangat cemas.

Hingga perlahan tubuh Zea mulai mereda, setelah beberapa menit lamanya berlalu. Tubuhnya kini berangsur-ansur terdiam lemas di dalam pelukan mbak Lena yang berusaha menyadarkannya. Terlihat keringat sudah sangat membasahi wajah dan tubuh Zea. Pakaian yang sedang ia gunakan sudah basah kuyup malam itu. Dimana malamnya yang sudah menjelang pagi, dan tepat sudah pukul tiga. Karena hal yang dialami Zea pun, membuat kedua temannya enggan dan sulit untukn kembali tidur. Untung saja hari itu bertepatan di akhir pekan, sekolah Lia dan Anna pun sedang libur di pagi nanti.

"Sudah tidak apa-apa Zea" ucap mbak Lena kepada Zea, ketika melihat kedua bola mata Zea mulai terbuka. Sejenak Zea mulai mengatur nafasnya untuk sesaat. Pikirannya masih terbayang akan mimpi yang telah ia alami malam itu.

Setelah pelukan itu terlepas dari tubuh mbak Lena. Zea mulai melihat area di sekitarnya yang sudah terdapat para perawat lain di kamarnya itu, dan kedua temannya dengan wajah begitu panik yang terlihat dari mimik wajah mereka. Mbak Rani mulai memberikan segelas air kepada Zea, ketika melihat Zea yang sudah terduduk diatas ranjangnya, agar dirinya merasa lebih tenang. Sedangkan mbak Tari yang berada diruangan itu pun membantu memberikan handuk kecil, setelah Zea selesai meneguk isi air digelas yang diberikan mbak Rani.

"Sudah kalian tidak perlu cemas lagi, Zea sudah tidak apa-apa. Zea hanya mimpi buruk saja" ucap mbak Lena ketika melihat raut wajah Lia dan Anna masih sangat cemas, walau keadaan saat itu sudah mulai tenang.

"Benarkah mbak, Zea sudah tidak apa-apa" tanya Lia, yang memastikan kembali. Karena dirinya masih sangat takut akan melihat apa yang telah dialami temannya itu barusan. Bahkan genggamannya pun belum terlepas dari tubuh Anna yang berdiri disebelahnya.

"Iya Lia, aku sudah tidak apa-apa" kini Zea ikut bicara, ketika ia pun melihat wajah yang begitu cemas dari kedua temannya itu, yang sedari tadi berdiri dan terus menatap kearahnya.

Saat itu kondisi Zea sudah kembali stabil. Setelah ia mulai merasa tenang dan selesai membersihkan keringat yang membasahi wajahnya. Zea terlihat sudah bersandar di ujung ranjang miliknya, ditemani oleh mbak Rani yang masih terduduk di sebelahnya sambil terus mengelus alus telapak tangan Zea.

"Lebih baik kamu kembali istirahat saja yah Zea" ucap mbak Lena. Zea pun menganggukan kepalanya.

Tak lama kedua perawat itu mulai meninggalkan kamar mereka, tanpa menanyakan apa penyebab Zea seperti itu, dan lebih memberikan waktu untuk Zea istirahat kembali terlebih dahulu. Menyisakan mbak Rani saja yang masih menemani mereka di dalam kamar. Lia dan Anna pun mulai mendekat ke arah Zea, setelah kepergian dua perawatnya dari kamarnya.

THE LOST (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang