Bab 29. Asri

65 2 0
                                    

"Apa maksud mu?" tanya Devin pada Asri yang masih menatapnya seraya tersenyum.

"Tidak ada. Aku hanya asal saja mengatakannya. Ngomong-ngomong, kamu mau kemana sekarang?" tanya Asri kemudian.

Samar-samar Devin mendengar suara Bunga dari suatu tempat yang jauh. Suaranya terdengar bergema, dan terus menerus memanggil namanya.

Devin ... Devin ...

Namun, saat Devin mencoba untuk mencarinya, ia tak melihat adanya Bunga di manapun. Suaranya memang masih terdengar tapi tidak ada satupun wujud yang terlihat.

"Kamu mencari seseorang?" tanya Asri dengan wajah ayunya, dan senyumnya yang misterius.

"Iya, tadi aku seperti mendengar suara perempuan, tapi setelah ku cari-cari tidak ada, hmm ... apa aku hanya berhalusinasi saja, tapi sepertinya tidak." jawab Devin seraya memalingkan wajahnya kesana kemari. Dia masih yakin jika apa yang didengarnya itu bukanlah halusinasinya saja.

"Suara perempuan? Aku dari tadi tidak mendengar apapun. Mungkin itu hanya halusinasimu saja. Kita hanya berdua di sini. Hm, Vin ... Apa kau mau ikut denganku?" tawar Asri.

"H-ha, ikut? Ikut kemana?"

Asri hanya tersenyum lalu membelakangi Devin.

"Ke rumahku."

Setelahnya udara berhembus sedikit kencang. Meniup tengkuk Devin hingga membuatnya merinding, dan seketika mengusap tengkuknya itu.

"Ayo."

Devin hanya diam, ia tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Saat Asri mengajaknya pergi ke rumahnya, bahkan saat Asri menarik tangannya begitu saja, ia hanya diam dan mengikuti langkahnya yang terus berjalan dan semakin jauh masuk ke pelosok hutan.

..............

Tak ada satupun percakapan yang terjadi, Devin hanya diam dengan segala kecanggungannya. Sementara Asri, gadis itu terus diam dengan wajah datarnya, namun sesekali ia juga tersenyum sembari melirik ke arah Devin di sebelahnya.

Mereka lantas tetap melanjutkan perjalanan, samar-samar Devin kembali mendengar suara Bunga yang terus-menerus memanggilnya. Tapi kali ini Devin tidak mendengar Bunga memanggil namanya, melainkan Bunga menyuruhnya untuk berhenti mengikuti Asri.

"Ada apa ini? Bunga, Jika kamu memang berada di sini mengapa kamu tidak muncul saja, mengapa kamu terus memanggil namaku dan menyuruhku untuk berhenti mengikuti Asri? Sebenarnya kamu berada di mana, dan ada apa dengan Asri? Bunga, kamu mendengarku kan?" batin Devin seraya terus berjalan mengikuti langkah Asri.

"Aku mendengarmu, tapi aku tidak bisa muncul di depanmu begitu saja. Ada sebuah kekuatan besar yang menghalangiku, dan membuatku tak bisa menembusnya bahkan menolongmu. Vin, dengarkan Aku, berhentilah mengikuti Asri. Dia bukanlah seperti yang kau pikirkan." sahutan Bunga terdengar jelas di telinga Devin.

"Jangan kau hiraukan suara itu, dan tetaplah berjalan. Tak kan ada yang terjadi denganmu jika kau mau mengikutiku." ucap Asri tiba-tiba.

Sontak Devin pun menatap ke arah Asri. Ada sebuah guratan bingung dan penuh tanda tanya yang tergambar jelas di wajah tampannya.

"Kau mendengarnya juga?" tanya Devin kemudian.

Tatapan Bunga pun berubah tajam, tak ada satupun senyum di wajahnya. Bahkan angin pun turut berhembus pelan mengiringinya, dan memainkan rambutnya yang panjang tergerai.

"Tentu saja, aku mendengarnya. Dia takkan bisa menyentuhku ataupun kemari. Kekuatannya tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku. Jangankan untuk melawanku, untuk kemari saja dia tidak mampu. Aku tahu, kau pasti spesial sekali untuknya. Sampai membuatnya memiliki nyali untuk kembali melawanku. Hahaha, Tapi itu semua sia-sia saja, karena sampai kapanpun dia takkan bisa menolongmu ataupun kemari. Tempat ini sudah dilindungi oleh kekuatanku, dan tak ada seorangpun yang bisa menembusnya. Awalnya aku tidak tertarik denganmu, karena tujuanku hanya ingin membalaskan dendamku yang belum tuntas. Tapi setelah melihat kau bersama dengannya, dan kulihat kalian juga begitu dekat, sampai-sampai membuatku penasaran, siapa kau sampai kau bisa berada di sini."

Setelahnya Asri langsung menghentikan langkahnya tiba-tiba. Ia beralih menatap ke arah Devin dan menyeringai ke arahnya.

"Tapi aku sangat terkejut setelah mendengar jika kau dan Bunga memiliki hubungan. Kau dan gadis itu. Sangat-sangat lucu, kau bahkan tahu dia adalah hantu, tapi kau malah menerimanya dan tetap bertahan di rumah terkutuk itu." lanjut Asri.

Deg!

Apa yang Asri katakan, mengapa dia berkata seperti itu. Apa dia tidak sadar dengan apa yang dikatakannya??

"A-apa maksudmu? Aku tidak mengerti." tanyaku.

"Jangan pura-pura bodoh anak manusia!! Kau pasti mengerti dengan apa yang kukatakan. Bunga pasti sudah cerita banyak tentangku padamu. Benarkan??"

"Kau, kau Asri, yang Bunga maksud. Kau Asri selingkuhan ayahnya Bunga??"

Tanpa sengaja Devin mengatakan apa yang sangat Asri benci sampai sekarang.

"Apalagi yang dia katakan padamu tentangku?!" Wajahnya terlihat dingin, tak ada satupun senyum yang terlukis di sana.

'Kenapa Asri serius sekali? Tapi tunggu, Jika dia Asri yang bunga katakan kemarin hari, itu berarti dia ... Juga sama seperti Bunga kan, berarti dia juga sudah meninggal, dan orang yang di depanku sekarang, tidak lain dan tidak bukan adalah hantu dari Asri, oh shit! Mengapa aku bisa sampai mengikutinya tadi, harusnya tadi aku pergi saja, jika sudah begini bagaimana aku bisa pergi?' batin Devin.

"Lepaskan cucuku, makhluk laknat!"

Entah dari mana munculnya dan kapan munculnya. Tiba-tiba saja berada 300 m di depan kami, muncullah seorang kakek-kakek memakai baju dan ikat kepala berwarna putih tengah berdiri seraya menatap tajam ke arah Asri.

"Siapa dia? Mengapa dia bisa menembus pertahananku?" tanya Asri lirih.

Lalu kakek-kakek itu terdengar mengucapkan sebuah mantra atau tidak tahu apa itu. Suaranya memang tidak keras, hanya terlihat komat kamitannya saja. Namun dalam sekejap, Devin merasakan tangan Asri yang mencekal lengannya terasa begitu panas, dan sontak dia pun melepaskan cekalannya itu.

Tapi saat Devin masih fokus menyaksikan Asri yang terlihat kesakitan, tiba-tiba saja matanya ingin mengatup. Dia tidak merasa mengantuk namun matanya terus saja ingin mengatup sampai dia tak sadarkan diri.



................................

Masih di alam bawah sadarnya. Samar-samar Devin mendengar suara Bunga memanggilnya, namun kini suaranya terdengar begitu dekat.

'Hm, apa aku selamat? Tapi bagaimana bisa, apa kakek tadi yang menolongku? Sebenarnya siapa kakek tadi, mengapa dia menyebutku cucunya? Rasa rasanya rupa kakekku tidak sepertinya, apa dia kakekku yang lain?' batin Devin.


Vin ... Devin ...




Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Where stories live. Discover now