##Bab 59 - The End

72 22 3
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan tinggalkan komentar untuk mendukung penulis!
Cerita dibuat orisinil oleh @terasora
⚠️⚠️⚠️Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita!⚠️⚠️⚠️

Jangan lupa follow, vote, dan tinggalkan komentar untuk mendukung penulis!Cerita dibuat orisinil oleh @terasora⚠️⚠️⚠️Dilarang plagiat sebagian atau seluruh cerita!⚠️⚠️⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

##Bab 59 — The End

“Aku butuh waktu untuk mengobrol berdua aja sama Mas Dante,” ujar Lail pada Hero. Pria itu mengantar Lail ke kafe tempat mereka janjian. Memang sudah sepantasnya untuk Lail membicarakan secara langsung perihal yang dialaminya kemarin.

    “Gimana kalau Pak Dante nggak terima dan sampai main tangan ke kamu?” tanya Hero negative thinking pada apa yang mungkin saja terjadi pada Lail jika menemui Dante sendirian.

    “Nggak mungkin!” Lail sangat yakin. “Mas Dante bukan orang yang seperti itu,” tambah Lail. “Dia laki-laki baik.”

    Bibir Hero cemberut saat mendengar Lail memuji laki-laki lain. Namun akhirnya ia pun mengembuskan napasnya perlahan. “Tapi kalau ada apa-apa kamu harus telepon aku ya? Aku tunggu kamu di sekitar sini.”

    Lail mengangguk singkat. Ia bersyukur Hero tak memaksanya ikut serta. Akhirnya setelah merapikan kemeja biru muda yang dipakainya, Lail pun meninggalkan Hero.

    “Sebentar!” Hero menahan tangan Lail lalu mendekatkan wajahnya. Ia mencuri ciuman di bibir Lail sebelum membiarkan Lail pergi.

    Lail menggelengkan kepalanya menanggapi respon Hero lalu benar-benar ke luar dari mobil.

    Melangkah memasuki kafe, Lail pun menghampiri Dante yang duduk dengan santai dengan laptop terbuka di depannya. 

“Mas Dante,” panggil Lail pada laki-laki berprofesi sebagai dosen itu.

“Hai, Lail!” Dante memaksakan senyum di wajahnya. “Duduk!” katanya seraya menunjuk kursi kosong di hadapannya.

Lail tersenyum canggung lalu menarik kursi. Duduk di hadapan Dante dengan tangan bergetar karena menahan malu setelah melakukan kesalahan fatal.

“Permisi, Mas,” suara pelayan kafe mengalihkan pandangan Dante dari Lail. Pria itu memperhatikan pelayan yang kini meletakkan hot chocolate dan frappuccino. “Ada tambahan lagi, Mas, Mbak?” tanya pelayan itu seraya memeluk baki yang dipegangnya.

Lail yang merasa tak akan lama di sana pun menggelengkan kepala.

Dante pun melakukan hal yang sama seraya mengucapkan terima kasih. Selepas kepergian pelayan kafe, Dante menyodorkan hot chocolate ke hadapan Lail. “Untuk kamu!”

Lail melihat cangkir yang baru disodorkan Dante dengan perasaan tidak nyaman. ‘Kenapa Mas Dante masih bersikap baik padaku padahal aku sudah mengecewakannya?’

“Nggak perlu, Mas. Aku nggak haus kok,” kata Lail menolak kebaikan hati Dante.

“Jangan sungkan!” balas Dante sambil mengangkat gelas minumnya. Ia menyesapnya pelan lalu meletakkannya lagi gelas tinggi itu ke atas meja. “Aku memang membelikan itu untuk kamu! Nggak mungkin kan aku minum dua gelas secara langsung.”

Mad Of You [Ekslusif on Wattpad]Where stories live. Discover now