The Loop : Chapter 1

17 4 1
                                    

Disclaimer : I do not own Gundam See

d

Cagalli mematikan bunyi alarm di ponselnya dengan satu geseran ibu jari. Ia pun bangkit dari tempat tidur sambil melirik jam dinding kamarnya yang sekarang sudah menunjukkan pukul 07.37 pagi. Melihat jam, mata Cagalli yang tadinya masih sedikit mengantuk langsung terbuka lebar, dengan tergopoh ia pun setengah berlari menuju kamar mandi untuk menyikat gigi dan membasuh mukanya. Ia hanya punya waktu 23 menit lagi sebelum jadwal kereta bawah tanah yang biasa ia naiki berangkat. Pasalnya, jika ia berangkat dengan kereta berikutnya, sudah pasti ia akan terlambat.

Selesai dari kamar mandi, Cagalli langsung mengambil pakaian yang paling mudah ia ambil di lemarinya. Satu kemeja putih dan celana panjang bahan hitam. Setelah berpakaian, ia langsung mengambil tas kerjanya yang juga berada di dalam lemari pakaian, tidak lupa membawa ponsel kesayangannya. Setelah rapi, ia menuju kulkas untuk mengambil sebuah susu karton ukuran kecil serta menyabet satu potong roti tawar di atas meja makan. Barulah ia memakai sepatu, mengunci pintu apartemen dan berjalan cepat menuju stasiun.

Sebenarnya hanya butuh 5 menit saja berjalan dari apartemennya menuju stasiun bawah tanah terdekat karena jarak apartemennya dengan stasiun memang hanya sekitar 700 meter. Namun karena jam berangkatnya itu merupakan jam-jam yang sibuk dengan orang berangkat kerja, banyak orang yang juga berlalu lalang menuju dan keluar stasiun, sehingga setidaknya paling cepat Cagalli membutuhkan sekitar 10 menit sampai ke peron yang ia tuju.

Ia berjalan cepat sambil memakan rotinya, susunya ia simpan di tas, rencananya ia akan minum jika sudah sampai di kantor. Toh, satu roti tawar tidak akan membuatnya tersedak. Ketika jaraknya dengan pintu masuk stasiun tinggal 100 meter, Cagalli melihat 2 siswa laki-laki yang masih berseragam sekolah bertengkar hebat. Cagalli tidak melihat secara jelas, karena ia melihatnya sambil masih berjalan menuju pintu masuk stasiun. Hanya saja, rasa ingin tahunya cukup tinggi, jadi walaupun ia sedang berjalan ke depan, matanya masih mengikuti kedua pemuda yang sedang bertikai itu. Biasanya jika ia luang, pasti ia akan ikut melerai kedua siswa itu, tapi sekarang dia sudah hampir terlambat, jadi jika ia ikut melerai kedua siswa itu sudah dipastikan ia akan terlambat bekerja.

Bruuk!

"Hei! Apa kau tidak bisa jalan pakai mata?!"

Melengkapi keterlambatannya hari ini, kesialannya pun bertambah dengan menabrak orang yang kasar. Cagalli merasakan bahunya agak sakit, ternyata itu karena ia menabrak seorang laki-laki dengan tubuh yang cukup besar, di luar rata-rata standar normal. Tidak ingin menambahkan masalah pagi ini, Cagalli segera bangun dan berencana meminta maaf karena memang ia yang tidak fokus dengan pandangannya. Namun sebelum sempat minta maaf, orang yang ditabraknya sudah pergi begitu saja. Cagalli hanya menghela nafas, dan tanpa babibu lagi, Cagalli pun berdiri dan kembali berjalan menuju peron kereta yang akan dinaikinya.

"Huff.." Cagalli bernafas lega, ternyata masih ada sisa 3 menit sebelum keretanya datang. Cagalli mendengar gelak tawa yang sangat kencang dari arah sebelahnya, namun ia tidak begitu mengindahkan. Cagalli sedang berpikir keras, kenapa hari ini ia bisa bangun terlambat? Padahal biasanya ia selalu bangun tepat waktu, apalagi jika dia tidak lembur. Biasanya juga Athrun pasti sudah menelponnya untuk memastikan ia sudah bangun. Cagalli ingin mengecek ponselnya untuk memastikan apakah ada telpon dari Athrun, namun sebelum sempat, kereta yang ditunggunya sudah datang. Kereta dengan nomor kode CA38.

Seperti biasa setelah masuk, Cagalli langsung berjalan menuju ujung gerbong yang agak lowong, mencari tempat duduk di kereta bawah tanah di jam-jam sibuk hampir mirip seperti mencari jarum di tumpukan jerami, kalaupun ada pasti akan menjadi rebutan, karena itulah ia selalu memilih berdiri di ujung gerbong, selain dia malas berebut tempat duduk, ia juga bisa bersandar di dinding ujung gerbong. Setelah mendapatkan tempat cocok untuk bersandar, Cagalli merogoh tasnya mengecek ponsel. Waktu menunjukkan pukul 08.03, tanggal 8 Maret 2023. Aaaah.. 10 panggilan tak terjawab dan 8 pesan instan yang belum dibaca, semuanya dari Athrun, ternyata pacarnya itu sudah menelpon dan mengirimkan pesan berkali-kali pagi ini, hanya saja bunyi deringnya ia matikan, jadi hanya suara alarm saja yang terdengar tadi. Cagalli pun segera membalas pesan Athrun, mengabarkan bahwa ia telat bangun dan sedang berada di kereta menuju kantor, Cagalli tidak mau Athrun terlalu khawatir karena ia belum merespon pesannya. Bukan karena apa, dulu pernah satu kali, Cagalli lelah sekali karena ada acara besar di kantor dan ia pulang dini hari. Sampai di apartemen ia langsung tertidur pulas sampai sore hari tanpa memberi Athrun dan keadaan ponselnya mati. Hari itu Athrun langsung datang menggedor-gedor pintu apartemennya. Sedikit membuat heboh tetangga di apartemennya. Yah saat itu memang mereka belum lama pacaran, jadi Athrun masih belum tahu nomor kode kunci untuk apartemen Cagalli. Namun sejak saat itu, Athrun membuatnya berjanji untuk selalu mengabarinya jika ia tidak bisa dihubungi. Cagalli langsung setuju, karena dia tidak ingin tetangganya kembali heboh karena kekhawatiran Athrun. Setelah pesannya terkirim, Cagalli menyalakan musik kesukaannya di aplikasi spotifi, lalu memasang headset andalan yang selalu digunakannya untuk menemani perjalanan ke kantor.

Ngiiiiiiing ngiiiiiing ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing

Saat Cagalli baru memasang headsetnya, Cagalli mendengar dengungan yang amat keras. Ia pun melepaskan headsetnya, mengira orang-orang disekitarnya ikut mendengar bunyi yang sama karena suara itu kencang sekali, tapi ternyata mereka terlihat santai saja. Cagalli yang merasa kejanggalan itu mungkin hanya perasaannya saja, akhirnya kembali memasang headsetnya.

Ngiiiiing ngiiiiiiiiiing ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing

Cagalli kembali membuka headsetnya tapi orang-orang masih tidak bereaksi apapun.

Ngiiing ngiiing ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing ngiiiiìiiiiiiiiiiiiiiiiiiìiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing

Dari jendela gerbongnya, Cagalli melihat sinar putih yang menyilaukan mata, cahaya itu semakin lama semakin mendekat. Lalu tak lama, Cagalli mendengar suara dentuman yang sangat keras. Perubahan terjadi sangat cepat, namun di matanya ia melihat pergerakan itu begitu lambat. Tubuhnya yang tadinya bersandar kini tidak lagi menapak di tanah. Puing-puing dinding gerbong yang berterbangan, benturan yang keras, darah yang berkucuran dari orang-orang yang bertumbuk. Semua bermain di mata Cagalli dengan sangat lambat. Sampai sebuah tiang besi yang tadinya terlihat jauh, tiba-tiba melesat dan menghantam wajah Cagalli. Membuatnya tak sadarkan diri.

__________________________________________
 


Happy AsuCaga Day!

Ini rencananya ada 5 part, tapi yang kekejar edit baru 1 chapter ini. Hehe. Jadi aku publish seadanya dulu buat memeriahkan hari couple kesayangan kita ini :3

Ini ga kayak fic2 bersambung aku yang lain yang banyak drama dan romancenya ya, ini tadinya mau kubuat satu part tapi ku tak sanggup. Enjoy!

The LoopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang