The Loop : Chapter 2

8 2 0
                                    

Disclaimer : I do not own Gundam Seed

__________________________

The Loop
__________________________


Cagalli terbangun sambil memekik. Bunyi alarm yang membangunkannya. Napasnya terengah, keringat mengucur di pelipisnya. Ia melihat sekeliling dan sadar ia masih berada di atas tempat tidur. Matanya mengarah ke jam dindingnya yang menunjukkan pukul 07.37 pagi. Mendengar bunyi alarm yang masih berbunyi, ia buru-buru mencari ponselnya dan mematikannya. Kini ia melihat ponselnya dengan seksama, memeriksa tanggal hari ini dan mengecek pesan dari Athrun. Sudah ada 7 kali panggilan tak terjawab dan 3 pesan dari Athrun. Cagalli bernafas lega, ternyata yang Cagalli alami tadi hanyalah mimpi. Walau begitu, ia tetap harus mengejar keretanya. Ia bergegas bangun, sikat gigi dan membasuh mukanya. Ia menelpon Athrun memakai fitur loudspeaker sambil memakai baju kemeja putih dengan celana bahan panjang warna hitam yang berada di sisi paling atas tumpukan bajunya.

"Kau sudah bangun?" Suara Athrun dari sebrang telepon.

"Iya, aku telat, deringnya kumatikan jadi aku tidak dengar teleponmu. Maaf ya."

"Ya sudah, yang penting sudah ada kabar."

"Hmm.. Nanti aku hubungi lagi ya, aku mau kejar kereta dulu."

"Iya, hati-hati ya. Kabari aku."

"Oke." jawab Cagalli singkat lalu ia mematikan mematikan ponselnya.

Setelah siap dengan pakaian dan tasnya, Cagalli berjalan menuju dapur untuk mengambil sehelai roti tawar di atas meja dan satu susu karton coklat ukuran kecil dari kulkasnya. Setelahnya ia memakai sepatu dan siap berangkat.

Sebenarnya ia mulai merasa janggal ketika ia merasakan dejavu yang sangat jelas saat ia bangun pukul 07.37 tadi. Namun yang membuat ia merasa semakin curiga adalah ia kembali melihat 2 pemuda berseragam sekolah sedang bertikai di dekat pintu masuk stasiun. Mereka bahkan meributkan hal yang sama.

Bruuk!

"Hei! Apa kau tidak bisa jalan pakai mata?!"

Mata Cagalli membulat, tubuhnya mulai gemetar. Cagalli kembali menabrak pria besar yang ada di mimpinya. Pria besar itu mengenakan pakaian santai yaitu setelan kemeja dan celana hawai bernuansa biru tua. Pria itu membawa dua tas yang cukup besar dan lagi-lagi dia langsung meninggalkan Cagalli yang masih terduduk di lantai. Mengapa kejadiannya mirip sekali dengan mimpinya? Cagalli mulai panik. Sesampainya di peron, Cagalli menatap sekelilingnya dan apa yang ia takutkan semakin jelas. Tiga orang di samping kanannya sedang tertawa kencang karena lelucon yang disampaikan salah satu temannya. Di dalam mimpinya Cagalli tidak mengacuhkan suara tawa itu, tapi sekarang Cagalli tidak bisa bersikap acuh. Masih dalam keadaan bingung, Cagalli mulai mundur perlahan, ia melihat kereta dengan nomer kode CA38 sudah datang.

Melihat orang-orang mulai naik, Cagalli spontan berteriak, "Jangan! Jangan naik! Jangan ada yang naik!"

Orang-orang di sekitarnya langsung bingung dan melihatnya seperti melihat orang aneh. Namun mereka yang pasti sibuk, tidak peduli dengan Cagalli dan tetap menaiki kereta. "Kubilang jangan!" Cagalli mulai seperti orang kelabakan, ia panik, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain melarang orang-orang untuk naik.

"Kenapa?" Akhirnya ada satu orang yang bertanya padanya.

Cagalli terdiam. Ia tahu bagaimana menjelaskan tentang mimpinya, siapa yang akan percaya?

"Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi kumohon jangan naik!" Suara Cagalli bergetar, ia ingin menyelamatkan orang-orang itu tapi tidak ada yang percaya padanya.

"Kau ada-ada saja. Lebih baik jangan mengganggu ketertiban jadwal kereta, Nona." Orang yang bertanya tadi menggelengkan kepalanya sambil bergegas naik ke dalam kereta. Orang-orang terus mengabaikannya sampai akhirnya kereta itu berjalan. Cagalli yang mencoba untuk tidak putus asa, mencoba menghubungi Athrun. Dia benar-benar lupa untuk sesaat bahwa kekasihnya itu adalah salah satu anggota kepolisian, pasti Athrun bisa membantu, pikirnya. Namun belum sempat ia merogoh tas, ia kembali mendengar bunyi dengungan yang sangat kencang, kencang sekali, sampai ia menutup telinganya. Suaranya lebih kencang daripada yang ia dengar di mimpinya.

Ngiiing ngiiing ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing

Cagalli kembali melihat sinar putih yang menyilaukan matanya, disusul dengan suara dentuman yang sangat keras yang membuat Cagalli merasa gendang telinganya sedang pecah. Lagi-lagi tubuhnya kehilangan pijakan, ia kembali melayang. Ia merasa pandangannya kabur, sepertinya ada darah yang mengalir dari atas kepalanya. Puing-puing dinding stasiun dan batu berterbangan tidak beraturan, benturan yang keras, orang-orang yang tercabik-cabik. Semua bermain di depan mata Cagalli dengan sangat lambat. Sampai tubuh Cagalli terhempas ke tanah dengan sangat cepat dan semua kembali gelap.

The LoopKde žijí příběhy. Začni objevovat