Prolog

6.8K 371 18
                                    

𖤓𖤓𖤓𖤓                           

Banyak yang berkata kami adalah kesatuan bagaikan yin dan yang. Dia cahaya dan aku bayangan, dia bersinar terang dan aku menyukainya. Sikapnya yang aktif sering kali nampak merepotkan, tapi itulah dia, bagaimanapun dirinya, aku tak bisa tanpa nya.

Aku menoleh mentapanya dari samping. Ia benar benar kacau. Rambutnya yang dulu kuning cerah nampak kotor dengan kotoran.

Banyak yang sudah berubah. Mata itu, mata yang kini menampakkan keputusan asaan, rasa bersalah, kehilangan bahkan kini telah kehilangan cahayanya.

Itu benar benar redup setelah kehilangan orang yang di sayangnya. Bahkan ia berulang kali kehilangan, senseinya, rivalnya, sahabat nya. Semunya benar benar hilang.

Beralih, aku menatap sekitar. Tanah benar benar tandus, langit berwarna merah, bahkan tak ada lagi bulan yang memberi cahaya. Bau tak mengenakkan tercium di mana mana, daging terbakar, anyir darah sudah menjadi kebiasaan bagi indra penciuman ku.

Kami, hanya kami berdua yang tetap berdiri. Tak bisa di katakan baik baik saja. Aku berlutut kehabisan chakra. Ia masih berdiri namun juga nampak lelah. Aku tau itu.

Tak ada luka pada nya karna aku yakin sosok di dalam dirinya tak akan membiarkannya terluka. Impian mereka kini menghilang. Ia nampak putus asa, merasa tak berdaya.

"S-shika.. " aku mendengar gumaman lirihnya. Mendongak menatapnya. Bahkan di saat saat seperti ini aku masih mengagumi wajah manis itu.

"A-aku.. " ia menunduk, tak ada harapan lagi semuanya hilang.

Ini semua terjadi saat kemunculan dewi gila yang di sebut ibu dari chakra. Mereka sempat merasakan kebahagiaan setelah mengalahkan obito dan madara, tapi kesempatan itu yang mereka gunakan untuk membangunkan sosok gila itu.

Singkatnya mereka menang, mereka (sasuke dan naruto) berhasil menyegel mereka dengan chakra terakhir sasuke. Sayangnya itu benar benar menjadi batasnya. Setelah memberi harta berharganya (mata) Sasuke akhirnya pergi dengan tenang.

Sakura, gadis itu pergi terlebih dahulu. Ia kehabisan chakra nya mengobati semua orang di medan perang. Bahkan aku sendiri. Ia berkorban banyak dan ia patut untuk penghormatannya.

Kakashi. Orang itu rela mati menghentikan sahabatnya, Obito. Dengan kekuatan terakhir mereka, mereka mencapai batas, Obito memang kembali tapi di kendalikan oleh mahluk aneh yang di sebut Zetsu hitam.

Semuanya, GO kage, rookies konoha, sahabat, orang terkasih mereka sudah pergi. Aku menatap Hokage ku sekali lagi.

Aku tau itu akan terjadi, dengan dia yang bertindak dengan tekadnya membuatku tertarik padanya sejak awal. Dia berhasil, berhasil mengambil topi itu sebagai Nanadaime, aku sebagai penasehatnya menjadi saksi.

"Hokage-sama, Kau berhasil! Jangan menunjukkan ekspresi seperti itu.. Merepotkan"

Sejujurnya aku pun sama sepertinya, tapi kalau aku ikut terlarut, siapa yang menenangkannya? Hanya kami berdua di sini.

"Jangan memanggil ku seperti itu shika, aku orang gagal.. "

"Apa yang kau katakan? Kau berjuang, melindungi mereka, bahkan kau rela mempertaruhkan nyawa mu untuk mereka, kau tak gagal... Hanya belum saat nya"

Sejujurnya aku bukan orang yang pandai membujuk, tapi untuknya akan kulakukan apapun membuatnya menjadi tenang.

Ia menoleh menatapku. Matanya memancarkan keputus asaan. Hatiku berdenyut sakit, aku tak menyukai ini. Ia nampak sakit, kecewa, dan sedih.

"Aku ada di samping mu, Naru-chan"

Ia tersenyum tipis. Entah berapa lama aku tak menyebutnya dengan sebutan itu. Mungkin setelah kehilangan Jiraiya-sama? Aku pun tak tahu.

Shikanaru : Time TravelDonde viven las historias. Descúbrelo ahora