35

1K 103 10
                                    

𖤓𖤓𖤓𖤓

Berdiri menatap keluar, Sasuke menatap satu persatu anggota klannya yang berjalan kesana kemari, bersenda gurau dengan keluarga mereka masing-masing.

"SASUKE WAKTUNYA MAKAN MALAM"

Saat ia sampai di meja makan ia berdiri di sana menatap satu persatu keluarganya. Sang ibu yang menyiapkan makanan di atas meja, sang ayah yang duduk dengan secangkir teh, dan sang kakak yang baru saja sampai di meja makan dalam keadaan sehat.

"Arigatou Naruto"

Sasuke bergumam tulus. Tak pernah dalam pikirannya akan bertemu keluarganya dan diberikan waktu untuk di habiskan dengan sang kakak.

"Sasu-chan kenapa berdiri di sana? Ayo duduk dan segera makan, makan malam mu"

Masih dengan senyuman Sasuke mengangguk, berjalan mendekat dan duduk di samping sang kakak.

"Bagaimana hari mu Sasuke?" Sasuke menoleh.

"Selalu lebih baik" Itachi mengangguk lalu mengusap rambut Sasuke dengan sayang.

....

Bulan purnama, itu selalu nampak sangat indah namun tidak untuk waktu itu, pengecualian untuk bulan merah yang nampak menakutkan hari itu.

Aku duduk termenung di teras malam ini di temani secangkir teh hijau dalam keheningan malam seorang diri menatap keindahan bulan di langit tanpa bintang.

"Sedikit lagi.. tapi ini lebih baik dari pada terjebak dengan sekumpulan dokumen di kantor Hokage" gerutu ku.

Besok adalah ujian final setelah ujian kemarin kami memutuskan untuk berlatih bersama -selama seminggu, lima hari kami habiskan berlatih bersama dan dua hari lainnya digunakan untuk menghabiskan waktu dan menjadi lebih dekat dengan para sensei-.

Ikatan kami semakin terjalin, bahkan Neji yang kulihat terakhir kali nampak goyah akan pendirinya tentang takdir yang tak bisa di ubah. Masing masing dari kami memutuskan melakukan latihan fisik dengan Lee, bahkan mereka mulai menggunakan beban.

Sasuke, anak itu berhasil menjadikan Sandaime menjadi sensei nya setelah banyak usaha dan teror yang terus ia lakukan hingga muncul kantong mata di wajah tua Sandaime.

Berbeda dengan Shika, anak itu hanya menghabiskan waktu bermain Shogi dengan Tou-san atau dengan Asuma sensei.

Aku? Aku menghabiskan waktu dengan ketiga sensei ku, keluarga yang ku miliki. Membangun hubungan baik dengan Kakashi sensei, menghabiskan waktu dengan Iruka sensei, atau membuat formula fuin dengan Ero-sanni.

"Menikmatinya?" tanpa menoleh pun aku tahu siapa yang baru saja berbicara. Shikamaru duduk di sampingku ikut menatap langit yang indah.

"Memikirkan sesuatu?" ku geser tubuh ku untuk mendekat padanya dan perlahan ku sandarkan tubuhku padanya.

Kurasa sebuah tangan mendarat di kepalaku, di usak dengan lembut. Ku nyaman kan posisiku masih dengan menatap langit.

"Hanya memikirkan ujian besok" jawab ku akhirnya. Kurasa Shikamaru mengangguk, tangannya masih setia mengusap rambutku dengan lembut.

"Tak ada yang ingin kau jelaskan pada ku?" rasa penasaran mengudara dari Shikamaru. Ada apa? Pikir ku bingung merasa tak ada yang perlu di jelaskan.

"Apa?" sedikit ku geser tubuhku menjauh dan menatap Shikamaru masih dengan dagu yang bertumpu di bahu nya.

Shikamaru terdiam menatap mataku dalam. Hei aku sedang bingung dan dia hanya diam? Lagipula ada apa dengannya?.

"Fuin yang kau buat.. " Shikamaru mengecup keningmu sekilas lalu menatap langit kembali, merengkuh tubuhku yang sedikit menegang. Dia sadar?.

Shikanaru : Time TravelWhere stories live. Discover now