1. KEMBALI

837 73 1
                                    

Bandara kota Y

Suara langkah kaki yang simpang siur bercampur dengan dengungan pesawat membuat gadis itu tersenyum. Ia berjalan dengan santai melepas kacamata serta menyeringai "aku kembali! Malvin, habislah kau!" Ucapnya tersenyum miring.

Gedung AS terletak di distrik komersial utama kota Y, dengan aset bernilai miliaran. Lebih dari sepertiga dalam daftar 600 perusahaan terbesar di dunia merupakan anak perusahaan dari Grup AS.
Lebih dari separuh bank dunia dimiliki oleh grup AS, yang meliputi industri keuangan, keamanan, perencanaan masa depan dan asuransi.

Gadis itu memutuskan langsung ke kantor perusahaan AS, untuk menemui kucingnya itu. Banyak karyawan yang memandangnya takjub. " Wow, lihat gadis itu! Dia sangat imutt~" ucap wanita melihatnya kagum. Ya! dia bisa mendengarnya, karna wanita itu berteriak saat mengatakannya. Ia segera menuju ke resepsionis.

"Halo" sapanya.

"Ya tuhan! Sungguh gadis kecil yang imut" batin resepsionis.

"Ada yang bisa aku bantu gadis kecil?" Tanyanya.

"Kakak, aku mencari kakakku. Dia bekerja di sini, tapi aku tidak tahu dimana dia..dan aku ingin pergi ke toilet". Ucap gadis itu menampilkan muka melas yang imut (aegyo).

"IMUTT BANGETT!" Wajah resepsionis memerah karna tidak kuat dengan keimutannya. Dengan cepat ia menjawab "toiletnya ada disana, kau bisa kesana dulu, lalu aku akan mengantarkanmu pada kakakmu, oke?"

"Terimakasih! Kau sangat baik~" jawabnya. Ia menyeringai "Langkah satu, menyusup berhasil".

Ruang rapat

Laki-laki itu sekarang sedang mengadakan rapat untuk proyek.

"Grup AS menginvestasikan 1,3 miliar tahun ini, termasuk area komersial utama kota y...
obligasi keuangan...
pasar stok...
Indeks hang seng di bawah sini..." Karyawan itu melihat presdirnya sebentar "presdir Malvin, apa kau mendengarkan..." Tanyanya.

Pada dasarnya sedari tadi Malvin hanya memutar-mutarkan panah kecil untuk mengenai sasaran yang tepat. Tapi ia tetap mendengar apa yang disampaikan oleh karyawannya. (Panah kecil yang bentuknya kayak pena itu tau kan kalian?)

Ia melemparkannya dan "Jleb" panah itu tepat mengenai sasaran.

"Ya, lanjutkan" jawab Malvin tersenyum.

"Sial aku punya firasat buruk hari ini". Batinnya.

"DDUAGG!!!" suara tendangan pintu itu mengagetkan semua orang di ruang rapat dan mengalihkan atensi mereka.

"Siapa yang berani.."

"PLAKKK!!"

Malvin belum selesai dengan perkataannya ada sepatu yang mendarat di dadanya.

"SIAL, SIAPA ITU?!!!" Teriaknya segera berdiri.

"Malvin...aku hamil anakmu, apa kau tidak berencana untuk bertanggung jawab?" Ucap gadis itu pura-pura menangis.

"Sial! kenapa kamu disini, Naira?" Tanya Malvin tangannya meremas sepatu tadi yang gadis itu lempar padanya.

"Huhuhu-huhuhu, aku hamil anakmu, dan aku tahu aku tidak pantas untukmu..kau tampan, kau kaya, dan kau dikelilingi wanita..tapi aku baru 17 tahun dan aku tidak ingin menjadi ibu tanpa menikah, aku dengar bayi tanpa ayah menyedihkan." Naira masih meneruskan aktingnya.

"Naira, apa yang kau katakan?!" Marah Malvin. Ia menggertakkan giginya, " SIAL! KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHUKU GADIS PENGATUR INI SUDAH KEMBALI?" Batinnya, geram.

"Berita cinta terlarang presdir lagi!" Ucap para karyawan rapat tadi.

"HUHUHUU" Naira masih berakting nangis.

"Rapat selesai, semuanya keluar." Malvin mengakhiri rapatnya.

"Baik, tuan" ucap karyawan bersamaan dan meninggalkan ruang rapat.

"Langkah dua, sebuah trik berhasil. Yeah!" Ujarnya tersenyum menang. Kini ruang di rapat hanya ada mereka berdua.

"Naira, kau semakin nakal! Beraninya kau berbohong di depan orang lain bahwa kau hamil?" Malvin tak habis pikir dengan kelakuan Naira.

"OH! Apa dia marah?" Perasaanya jadi gelisah.

Malvin melirik kearahnya dan menatapnya "Kemari."

" Kenapa kau sangat galak.." masih diposisinya.

Malvin menepuk jidatnya dan menghampiri Naira. "Duduk" perintahnya. Naira tak membantahnya.

Malvin membungkuk hendak memasangkan sepatu Naira. " Jangan lempar sepatumu lagi lain kali." Ucapnya sembari meraih kaki Naira.

" Aku belum pernah melihatmu selama bertahun-tahun, keliatannya kau tumbuh lebih tinggi, kucingku!" Cerocos Naira. "Kucing jelek, apa kau merindukanku?" Tanyanya.

Tidak ada jawaban.

"Kucing jelek! Kau menyakitiku.."

Malvin tak bergeming. Naira membungkukkan badannya untuk menatap Malvin.

"Hei!!"
"Kau mengabaikanku?!" Tanyanya geram, karna sedari tadi hanya dia yang bicara.

Malvin selesai, lalu berdiri "Panggil aku kakak alvin, atau Malvin, terserah yang mana yang kau mau, tapi jangan panggil aku kucing jelek!" Balasnya.

"AKU BISA MEMANGGILMU SESUAI YANG AKU MAU?" Gadis itu membulatkan kedua bola matanya dan memikirkan sesuatu, tiba-tiba ia tersenyum aneh.

"Sayang~" ucapnya tersenyum jahil hingga menampakkan deretan giginya.

"NAIRA! AKU SUDAH KATAKAN PADAMU BERKALI-KALI, AKU KAKAKMU!" Malvin capek. " SELAIN ITU.. KENAPA KAU KEMBALI, BUKANKAH KAU BELAJAR DI INGGRIS? APA KAU TIDAK TAKUT AKU AKAN MEMBERITAHU ORANG TUAMU MENGENAI INI?" Ucapnya sembari memegang kedua pundak Naira.

Naira membulatkan matanya. Lalu dengan cepat ia menarik dasi Malvin dan mengigit leher Malvin. "Langkah ketiga, memberi cupangan. Hyaa" teriaknya dalam hati. Malvin kaget mendapat perlakuan Naira yang tiba-tiba. Beberapa detik setelahnya Naira menjauhkan diri dari Malvin tapi ia masih memegang dasinya.

"KITA TIDAK PERNAH MELIHAT SATU SAMA LAIN SELAMA 3 TAHUN LAMANYA.." Naira menatap kedua iris mata hitam itu. " KAU TIDAK MERINDUKANKU SAMA SEKALI, KUCING BUSUK?!" Lanjutnya. Matanya mencoba menelisik kedua iris mata yang sedang ditatapnya.

 

                                             

Terimakasih, lanjut gakk?
Maaf kalo gak menarik, soalnya baru belajar nulis-nulis cerita😁
Jangan lupa vote dan komenyaa...😊

~PERFECT~ [END]Where stories live. Discover now