7. TAKUT

242 40 0
                                    

Tak berapa lama Malvin sudah sampai di depan rumahnya. Ia segera turun dan memasuki rumahnya yang langsung di sambut oleh para pelayan, ia memberikan jasnya pada salah satu pelayannya.

"Apakah nona Rara keluar siang ini?" Tanyanya pada sang pelayan, karena dia sangat penasaran.

"Eh, itu..."

"Apakah kau mencariku, sayang?" Sahut gadis kecil sembari menuruni tangga. Dia memakai kaos crop top berlengan pendek dan celana pendeknya.

Malvin menoleh kearahnya. "Pakaian macam apa itu? Pergi dan ganti bajumu!" Titahnya.

"Ada apa kak Malvin?"

"..."

"Apakah ini terlihat jelek?"

Malvin memejamkan mata sebentar. "Dia berlagak polos+lemah+sedih+dikasihani lagi!" Gerutunya dalam hati. Ia membuka matanya siap untuk memberi wejangan pada gadis itu.

"LIHATLAH SEPERTI APA DIRIMU? LIHAT DIRIMU? PUSARMU TERBUKA, APA KAU TIDAK KEDINGINAN? TANGANMU, DADAMU, JUGA KAKIMU." Malvin terlihat emosi.

Sedangkan Naira tersenyum tipis sembari mendengarkan semua yang dikatakan Malvin kali ini ia tidak membantahnya. Ia mendekat untuk memperpendek jarak antara keduanya.

"Tapi senior di sekolahku bilang kalau aku punya bentuk tubuh yang jelek! Tidak seorangpun yang menyukaiku!" Naira mengerucutkan bibirnya Sembari memeluk lengan kiri Malvin.

"Siapa bilang begitu?! Jelas-jelas..." Malvin tak melanjutkan kata-katanya.

"Kau mau bilang apa?" Gadis itu melihat Malvin yang membuang muka ke arah kanan entah menatap apa.

"Tidak ada.." balas Malvin.

"hampir aja keceplosan" gerutunya dalam hati.

"Omong-omong kau ini masih tujuh belas tahun, kenapa kau ingin banyak orang menyukaimu?!" Kini ia menatap gadis itu, sembari melepaskan tangan Naira.

"Aku sudah punya KTP, aku ini sudah dewasa!"

"Dimataku, kau ini masih kecil pergi ganti bajumu!" Ia mengisyaratkan dengan tangannya agar gadis itu naik dan ganti baju.

"Tidak mau!" Naira langsung memeluk Malvin. "Apa aku terlihat jelek?" Tanyanya.

Wajah Malvin memerah karena pelukan yang mendadak dari Naira.

"KAU.." ia menelan ludahnya. Lalu mendorong tubuh gadis itu menjauh darinya. Ia berbalik badan "pergi dan ganti pakaianmu, aku tidak ingin melihatmu berpakaian seperti ini saat aku kembali!" Ia berjalan menjauh.

"Kak Malvin kemana kau akan pergi? Apa kau akan melewatkan makan malam?"

"Aku punya janji malam ini, kau harus tinggal dirumah!" Katanya sembari keluar rumah.

"Malvin brengsek, Malvin sialan, Malvin jelek! Dia meninggalkanku lagi!" Umpatnya di hati. Ia sangat kesal sekarang.

Skip!

"Jantung sialan! Gadis pengatur itu sama sekali bukan tipeku, tapi kenapa jantungku berdegup kencang?" Ia mengusak rambutnya asal.

Malvin sampai di tempat mereka membuat janji. Dia langsung menuju meja dimana seorang wanita telah menunggunya.

"Tuan, nona, silahkan dinikmati hidangan kalian" ucap pelayan restoran meletakkan pesanan kami.

"Kau tampak linglung hari ini?"

"HAH?" Malvin tersadar dari lamunannya.

"Siapa yang kau pikirkan?"

"Gawat! Aku sudah memikirkan gadis kecil itu!" Ucapnya dalam hati.

"Bagaimana mungkin aku linglung di depanmu? Aku hanya berpikir ke mana kita akan pergi nanti."

"Sungguh?" Tanya Siera. "Sepertinya dia benar-benar memiliki sesuatu di pikirannya" pikirnya.

"Malvin, aku penasaran. Apakah ada seorang wanita di dunia ini yang bisa menaklukanmu sepenuhnya?" Tanyanya sambil menggoyang-goyangkan minumnya.

"Ada."

"Mungkin dia belum dilahirkan" lanjutnya.

Skip!

Malam ini turun hujan lebat yang diiringi guntur serta kilatan petir yang sangat menakutkan. Gadis itu duduk di ranjangnya memeluk lututnya sembari menangis ketakutan. Sesekali ia menutupi kedua telinganya ketika suara guntur yang menggelegar sangat menakutkan. Dia bersembunyi dibalik selimut itu.

"Tok, tok"

"Apakah nona Rara di dalam? Tiba-tiba listrik padam, seseorang telah pergi memeriksanya. Ini akan baik-baik saja dalam beberapa menit"

"Emm..." Wanita itu gemetar ketakutan.

"DUAARRR!!!" Gemuruh

"AAAARGH" gadis itu menutupi kedua telinganya. "Malvin, dimana kau? Aku takut..." Gumamnya lirih.

Tak lama pintu terbuka menampakkan seseorang yang tergesa-gesa, bajunya sedikit basah karena terkena air hujan.

"Rara!! Aku minta maaf, aku terlambat." Panggilnya seraya menghampiri ranjang itu.

"Kak Malvin?" ia mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk, lalu ia menyibakkan selimut yang menutupinya.

Malvin membawa Naira dalam dekapannya. Naira membalas erat pelukan itu.

"Aku tidak mau ditinggalkan sendirian di rumah! Aku takut petir! Aku benci kau!"

"Sini, sini..bukankah aku pulang tepat waktu?" Malvin mengusap kepalanya lembut. Naira semakin mengeratkan pelukannya.

"Ada apa?"

"Aku belum melihat ayah..selama beberapa waktu. Dia sudah lama tidak mengirim surat untukku.. apakah dia melupakanku?"

"Sial! Aku melupakannya." Batin Malvin. Dia melepas pelukannya. "Itu..ayahmu lagi sibuk. Sudah berapa lama dia tidak mengirim surat untukmu?"

"1, 2, 3...8 bulan 19 hari!" Seru Naira menghitung dengan jari tangannya.

"Kenapa hitungnya cepat dan tepat sekali!" Malvin dalam hati. Dia kembali menarik gadis itu ke pelukannya.

"Rara! Kau tulis surat padanya kalau kau rindu padanya. Kasih suratnya padaku, aku akan mengirimkannya berdasarkan alamatnya. Dan tunggu sampai aku dapat surat darinya akan ku berikan padamu"

"Sungguh?"

"Tentu."

"Terimakasih, Malvin jahat"

"Sekarang istirahatlah, aku kehujanan. Aku akan mandi"

"Oke"

Naira mengendap-endap mengikuti Malvin ke kamarnya dia ingin menanyakan sesuatu pada laki-laki itu. Malvin menyadari kehadiran Naira di belakangnya.

"Kau harus istirahat sekarang, apa yang kau lakukan disini?"

"Kau makan malam dengan siapa malam ini?" Tanya Naira tanpa basa-basi.

"Dia akan marah jika tau aku makan dengan Siera.."ujarnya dalam hati. "Itu orang yang belum pernah kau temui" ucapnya.

"Apa itu pria atau wanita?"

"..."

"Apa kau makan malam dengan yang muda atau tua? Tampan atau cantik?"

"..."

"Tidak keduanya? Jadi kau makan malam dengan seorang Trans?"

"Iya! Seorang trans! Trans yang cantik dan menarik!" Akhirnya hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutnya. Kalau dia tetap tidak menjawab, gadis itu pasti akan terus menanyainya tanpa henti. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Dasar kucing jelek! Dia bahkan berhubungan dengan seorang trans!" Ucapnya seraya memanyunkan bibirnya kesal.

                                       

Btw, kalo aku sering update gakpapa kan yaa..?
Makasih yang udah vote dan komen..
See youu di chapter selanjutnya 😘

~PERFECT~ [END]Where stories live. Discover now