19. BERTEMU KEN

161 38 2
                                    


Setibanya di rumah Malvin dengan semangat menaiki tangga menuju kamarnya. Dia membuka pintu kamar dengan senyum terukir diwajahnya.

"Rara, aku pulang!"

Senyum diwajahnya hilang seketika, saat dirinya tidak menemukan gadis itu dikamarnya. Ia mematung sejenak, kamarnya kosong tidak ada Rara disana.

"Dimana gadis pengatur itu?"

Di luar terlihat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Dengan cekatan para pelayan berbaris rapi untuk menyambut orang yang berada dalam mobil tersebut.

"Selamat datang, Nyonya."

"Selamat datang, Nyonya."

Para pelayan itu menunduk hormat ketika wanita paruh baya turun dari mobil. Wanita itu hanya membalas dengan anggukkan dan tersenyum kecil. Dia melewati mereka dan berjalan memasuki rumah megah didepannya.

Malvin yang duduk di ruang tamu segera bangkit ketika melihat kedatangan ibunya yang tiba-tiba. Sebenarnya dia sudah diberi tahu oleh bibi Zang barusan, karena itu ia langsung turun dan duduk di ruang tamu.

"Mama, untuk apa mama kemari?"

"Siapa lagi yang akan mendisiplinkanmu jika bukan aku? Apakah kau tidak membaca koran? Dimana Rara?" Ucap mami Iryana datar. Dia mendekat kearah putranya yang tetap diam beberapa detik.

"Rara... Aku tidak tahu dimana dia... " Jawab Malvin gugup.

"Beraninya kau!" Bentak mami Iryana seraya menampar putranya.

"Tamparan itu untuk menghukummu karena hubungan berantakanmu dengan wanita-wanita rendahan itu!" Lanjutnya.

Ya, hari ini presdir Malvin dengan Selena menjadi berita terpanas. Tidak hanya di koran-koran tetapi di seluruh media sedang membahasnya sekarang. Hanya saja Malvin tidak mengetahui hal itu, bahkan ia tidak melihat koran maupun tv.

"Pergi temukan Rara!" Titah mami Iryana.

"Aku selalu bertanya-tanya mengapa keluarga kita harus memperlakukan Naira dengan baik.." ucap Malvin sambil memegangi pipi bekas tamparan tadi.

"Anda akan melakukan apa saja untuk menyenangkan Naira. Anda menamparku untuknya dan aku bahkan tidak punya kesempatan untuk membela diri... Siapa yang sebenarnya anak kandungmu?!"

Mami Iryana dapat melihat semburat amarah putranya sekarang. Dia menunduk dan menghela nafas pelan, lalu kembali menatap putra semata wayangnya.

"Untuk saat ini, aku tidak bisa memberi tahumu alasannya.. tetapi jika kau gagal membawa Rara kembali, aku tidak akan melihatmu sebagai anakku lagi!"

Skip!

Rintikan hujan mulai turun yang semakin lama semakin lebat. Tetapi itu tidak membuat seorang gadis itu pergi dari tempatnya. Dia hanya menatap batu nisan didepannya, air matanya mengalir bersamaan dengan derasnya turun hujan. Ia berlutut dihadapan makam sang ibu dan memegang erat surat ditangannya.

"Mama, aku datang." Katanya seraya mengusap air matanya dan berusaha untuk tersenyum.

"Lihat. Ayah menulis surat untukku lagi! Tetapi seperti sebelumnya, hanya ada kartu pos. Kenapa dia terus mengirimiku kartu pos tanpa satu kata pun? Apakah dia tidak ingin berbicara denganku? Apakah dia tidak tahu aku merindukannya? Apakah aku ditinggalkan oleh ayah?" Air matanya kembali jatuh. Naira mengusap-usap batu nisan ibunya.

"Mama sudah meninggalkanku sendiri, sekarang bahkan ayah meninggalkanku, begitu juga Malvin... Ma aku tidak bermaksud mengintip foto-foto Malvin, aku hanya ingin lebih dekat dengannya.. aku juga tidak ingin menjadi kekanakan, aku juga ingin cepat dewasa... Mohon, jangan benci aku..." Naira menunduk air matanya mengalir semakin deras.

~PERFECT~ [END]Where stories live. Discover now