[12] The Perfect Dress

424 17 0
                                    

"Kak, bagaimana menurutmu?" tanya Lexie pada kakaknya.

"Hm, bagus," balas Aksara singkat. Tatapan matanya masih tidak teralih dari gawai miliknya.

"Kak, aku serius." Lexie memutar matanya kesal. "Lihat dulu, Kak. Memangnya dari mana kau bisa tahu baju ini cocok untukku."

"Mata batin," katanya dengan asal.

Lexie mendengkus kesal. Kakaknya satu itu selalu saja suka usil. Padahal Lexie sedang bertanya dengan serius, ia justru menjawabnya dengan bercandaan. Gadis 22 tahun itu kemudian kembali ke fitting room sebelum ia kembali merasa emosi dengan Aksara.

Sementara Aksara diam saja saat melihat punggung adik perempuannya menjauh. Tentu saja ia juga ikut merasa kesal pada Lexie. Dia sudah menemani adiknya itu untuk berbelanja selama nyaris tiga jam! Awalnya Lexie hanya mengajaknya untuk membeli Audi Skysphere yang akhirnya ia pilih sebagai hadiah kelulusannya. Namun, tiba-tiba saja kakinya sudah berbelok ke toko-toko lain dan mulai membeli sepatu serta baju baru.

Hah, dia bisa mati kebosanan kalau begini.

Beruntung saja selama ia berjalan-jalan dengan Lexie, Aksara kerap berbalas pesan dengan Karina. Ia merasa senang akhirnya gadis itu tidak lagi menghindar darinya. Mungkin Kenneth benar, mendekati seorang alpha seperti Karina membutuhkan waktu lebih lama. Tidak mengapa, jika ia menginginkan gadis itu, Aksara tak masalah dengan banyaknya waktu yang dibutuhkan.

Me:
Kar, kau sibuk malam ini?

Karina Shaw (soon to be Bourge):
Selain berendam di kolam air panas, aku sama sekali tidak sibuk, Aksa.
Memangnya kenapa?

Me:
Aku ingin mengajakmu makan malam.
Ada restoran middle eastern yang baru buka.
Apa kau tidak keberatan untuk mencobanya bersamaku?

Karina Shaw (soon to be Bourge):
Why not?
Aku juga rindu makanan Timur Tengah.

Me:
Great!
I'll pick you up at seven.

Karina Shaw (soon to be Bourge):
I'll wait, Aksa. ♥️

Wajah pria itu tak bisa berhenti tersenyum saat melihat pesan terakhir dari Karina. Jika saja Aksara gila, dia sudah pasti melompat-lompat di dalam toko itu. Ia bahkan tidak malu untuk berguling-guling di dalam sana.

"Sudah, Kak." Tiba-tiba saja suara itu mengagetkannya. Terlihat sang adik sudah berdiri di hadapan Aksara sembari menenteng dua lagi kantong belanja.

"Ya, Tuhan, Lexie. Apa saja yang kau beli?" tanyanya menatap belanjaan yang dibawa adiknya. Belum lagi kantong-kantong lain yang sudah memenuhi bagasi mobil Aksara. "Apa kau benar-benar tidak puas dengan semua yang sudah kau miliki?"

Lexie memutar matanya kesal. "Kak, ini koleksi terbaru. Aku hanya sedikit balas dendam setelah kemarin dihajar skripsi habis-habisan. Memangnya tidak boleh?"

Pria bermata biru safir itu hanya bisa menghela napasnya lelah. Ia akhirnya membantu membawa semua belanjaan adiknya, sebelum mobil itu kembali melaju kembali ke rumah.

"Sampaikan pada mom, aku tidak akan makan malam di rumah hari ini," ucap Aksara. "Aku ada janji dengan teman."

"Eh? Siapa? Kau ingin berkencan?"

"Apa maksudmu?" Sontak Aksara menoleh ke arahnya. Beruntung saat itu lampu sedang merah sehingga aman baginya untuk bertatapan dengan Lexie. "Memangnya tidak boleh kalau aku ingin makan malam dengan seseorang?"

"Ya, tidak," balas Lexie. "Aku hanya penasaran, Kak. Bagaimanapun juga, aku harus mengenal calon kakak iparku, kan? Dia harus lulus seleksi ketat oleh Lexie."

Billionaire's DesireWhere stories live. Discover now