Fitting Baju pengantin

22 2 0
                                    


Kafe Tempoe Doeloe, jam 12 siang

" Lo nunggu siapa yo ? " tanya Riska sambil menyeruput jus alpukatnya. ia melihat Teo sejak tadi lihat ke arah pintu seperti menunggu seseorang.

" Ada temen katanya mau gabung "

Telpon Riska berdering. dari Uni Wat, Riska sedikit menjauhkan hp dari telinganya, pagi tadi kakak satu-satunya itu berkali kali nelpon tapi tidak diangkatnya. pasti ia marah besar.

" Riska !! alah batelpon calon kau tu...alah bakenalan, lai satuju kan samo bapak pengacara tu "

" Alah uni..., Riska alah setuju. basobok di kampuang selah. lagian inyo kawan lamo Riska pulo, beko telpon baliak un, Riska ado acara perpisahan jo kawan kawan "

Riska merasa ada orang yang berdiri dibelakangnya saat ia menerima telpon. Riska menoleh kebelakang, sosok itu melanjutkan langkahnya ke samping Teo yang berada di depan Riska. Riska terpana, ia menarik senyumnya. masih kesel dengan kejadian kemarin meski sudah dibawakan bunga untuk minta maaf.

" Hei " sapanya ramah dengan senyuman pepsodennya. Jelas jelas untuk Riska karna ia tepat menatap mata Riska dengan senyuman pepsodennya. Teo memainkan matanya, meminta Riska membalas sapaan si bos.

" Hei " Riska membalas sewajarnya. ia menggeser sedikit kursinya karna Rian memilih duduk disamping Riska.

" Maaf menunggu lama, tadi aku ada meeting dulu " suaranya terdengar sumringah. Riska mencium aroma parfum mahal dari tubuh bosnya ini. ia merasa gugup juga berdekatan dengan pak direktur.

" Sebelumnya saya minta maaf atas sikap saya pada anda, bu Riska " Rian mengulurkan tangannya minta disalami. Riska membalasnya dan berusaha se normal mungkin padahal hatinya deg degan juga.

" Nggak apa apa pak, saya mungkin juga salah tidak tepat waktu memberikan laporan " balas Riska tak membiarkan bosnya merasa bersalah sendiri. Riska berkali bertanya pada Teo lewat matanya, kenapa Rian ada disini. bukankah tadi mereka janjian untuk membahas pekerjaan paska Riska tidak masuk lagi.

" Begini Ris, tadi pak Rian minta aku carikan orang yang cocok buat fitting baju pengantin. kaya'nya tubuh kamu mirip dengan calonnya pak Rian " Teo mematut Riska dari atas sampai bawah.

" Baju pengantin ? "

Riska berdiri mendekati Teo, memintanya menyingkir sebentar dari Rian. setelah agak jauh dari pendengaran Rian. Riska mulai ngomel ngomel.

" Lo apa apaan sih. masa gue yang fitting baju calon istrinya pak Rian, lo bikin gue patah hati aja "

" kenapa emangnya, lo punya rasa ya sama si bos " goda Teo melirik Rian yang sedang menatap mereka bicara.

" Ya.., gue nggak mau muna ya Teo. Tapi buat apa rasa itu gua jaga bentar lagi gue dan dia sama sama mau nikah " Teo tersenyum penuh makna. Riska menonjok muka yang lagi tersenyum itu.

setelah perdebatan panjang. Riska akhirnya mengalah juga, Teo habis habisan menjelek jelekan calon istrinya Rian.

" Dia katrok Ris, orang kampung banget. mana ngerti dia fitting fitting baju "

Boutigue Cantiq, jam 1 siang.

Riska membiarkan dua orang karyawan boutiq mengukur tubuhnya sesuai dengan gaun yang dia pilih. Rian memintanya memilih baju sesuai dengan keinginannya. seolah olah Riskalah yang jadi calon istri eksekutif muda itu. Riska memlih gaun simple tapi elegan. Riska melihat Rian juga mengenakan baju yang dia pilihkan. hatinya ngenes. seandainya benar benar dia yang jadi pengantinnya tuan tampan itu.

Dalam perjalanan pulang Riska duduk disebelah Rian. Teo memintanya duduk didepan padahal dia ingin mengambil tempat dibelakang seperti saat berangkat tadi. alasan si gendut dia mau tiduran di belakang. Ia hanya membalas senyum kecil pak Bos yang sepertinya merasa bersalah. Riska sepertinya belum bisa memaafkan. Memaafkan dalam hal apa dia juga tidak bisa memastikan. yang jelas, ia ingin melupakan bayangan laki-laki yang sedang menyetir dengan tenang itu untuk selamanya demi keutuhan rumah tangganya kelak.

Riska minta diturunkan dirumah Lana. Malam ini dia ingin menumpahkan soal rasa itu pada Lana.

Rumah Lana. sepanjang malam

Lana menyuguhkan sahabatnya itu secangkir coklat panas.

" Lo yakin, jalanin perjodohan di kampung "

" Nggak taulah, Na. si Teo sudah bikin hati gue jungkir balik. tadi dia minta gue fitting baju pengantin sama pak Rian. alasannya calon istri si bos ada dikampung. gua ngerasa beneran mau nikah sama dia na "

" Ini yang namanya cobaan sebelum pernikahan, biasanya kita akan dihadapkan berbagai keraguan. lo harus mantapkan hati lo untuk melangkah ke new life has come " Lana menepuk bahu Riska yang masih termenung, kaya truk tronton menghimpit kepalanya. berat untuk diangkat.

Riska melihat layar hpnya. ia mencari nomor seseorang yang ia beri nama CSQ. Calon Suami Que... maksudnya. kebetulan, lagi online. Riska melihat ia sedang mengetik pesan untuknya.

wa masuk

malam ? lagi apa ?

Riska mengetik

lagi nunggu wa kamu ?

kenapa ia bisa seagresif ini, nggak ada jaim jaimnya. tapi Riska tersenyum sendiri jika mengingat betapa ia menjatuhkan harga mahalnya ketika berkomunikasi dengan calon yang di usulkan keluarganya di kampung. ia seperti jadi cewek penggoda.

Riska mengetik sambil tersenyum.

Serius ? kamu yakin dengan perjodohan ini ? apa kita nggak perlu ketemu dulu ?

nanti ketemu di depan penghulu aja, aku udah yakin kalau kamu jodohku

aku merasa nyaman ngomong sama kamu

aku telpon ya?

biar aku yang telpon

dering hp dengan theme song. siapa jodohku mengalun membuat hati Riska bergetar

Lana hanya bisa geleng geleng kepala melihat aksi sahabatnya yang mulai ganjen malam ini. Pembukaan telpon pakai acara,

" Kangen ya sama aku, pasti iya dong. wong aku orangnya ngagenin " nyamuk nyamuk langsung tepar tanpa ditepuk. yang mendengar hanya terkekeh.

" masih sakit hati sama bosnya ? " tanya seseorang disana yang sedang membuka selembar surat pengunduran diri karyawannya yang mungkin saat mengetik surat lagi ngantuk berat.

" kan ada kamu pengobatnya. pas ngomong sama kamu dia langsung kembali merah. merah jambu "

begitu seterusnya..seterusnya..seterusnya sampai lawan bicaranya kaya'udah mau pingsan dengan godaan Riska. Gombalnya akut. mungkin efek jadi tim kreatif reality show yang isinya kejutan pertunangan. ia sudah sering bikin script gombalan.

Esoknya, Riska menyerahkan dua buah paper bag yang ia bawa dari rumah. Paper bag itu berisi semua kenangannya tentang Ivan. Lana tau betapa hancurnya Riska waktu tau Ivan meninggalkannya tanpa sebuah kata putus.

" Baik baik ya Ris, kabari aku kalau kamu mau nikah, aku pasti datang " Lana memeluk Riska. teman yang sudah menemaninya bekerja di Smart TV selama tiga tahun.

" Kalau nggak aku kabari, gimana ? "

" gua lempar lo ya pakai sekarung sandal jepit sama kulit durian " jawab Lana dongkol, bisa bisanya masih becanda saat dia serius. mereka berdua naik sepeda motor matic menuju kantor. pas di lampu merah, Lana menyikut bahu Riska, menyuruhnya menengok ke samping kiri.

" Pagi pak " sapa Lana pada seseorang yang baru saja membuka kaca mobilnya dan pria berjas itu membalasnya dan melihat kearah Riska. tapi Riska hanya tersenyum. tipiiiiis. banget.

" lo masih marah sama pak Rian, kok lo nggak ikutan nyapa ? " tanya Lana saat motor sudah jalan.

" Ngapain, kan gue bukan karyawannya lagi. seminggu ini gue hanya mau nolongin kerjaannya Teo "

" Kan kemaren sudah fitting baju berdua " goda Lana

" bukan untuk gua kali na, itu untuk calon istrinya yang badannya mirip sama gua "

" siapa tau calonnya itu kamu "

Riska mencubit pinggang Lana membuat jalannya motor jadi nggak karuan.

" Gue belum nikah Ris, jangan macam macam ! "

" Habis lo, bikin gue berharap "

Riska melihat mobil Rian belum jauh didepan mereka. Entahlah, kenapa hatinya berharap kalau calon suaminya pak Rian. seandainya Tuhan beri kejutan manis untuknya di hari pernikahan. calonnya berubah jadi pak Rian...

KENTANG RASA SAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang