kita

18 2 0
                                    


Ruman Kita, sore menjelang senja.

Rian mendapati Riska sedang tertidur di ranjang. ia

terlihat pulas sambil memeluk bantal. baju yang dikenakannya masih sama saat mereka berangkat tadi. Kaus kaki masih melekat di kaki. ia tidak membangunkannya, melihat mata yang tertutup rapat itu. masih ada lelehan air mata. Rian berjongkok hingga kepalanya sejajar dengan putri tidur. ia menghapus air mata itu dengan ujung jarinya. Hatinya tak berhenti berkata. Maafkan telah membuatmu menangis.

Hp di samping Riska berbunyi. Rian melihat panggilan suara itu, wall paper foto laki-laki dengan nama Ayangku Darto. Ia melirik Riska, nggak mungkin ucapnya dalam hati. ia mengangkat.

" Hallooo sayang " suara laki-laki menyapa manja. Rian geram mendengarnya. apa mungkin Riska ? ah nggak

" Ini siapa ?!!" bentaknya. kenapa ia terbawa emosi padahal tadi ia yang menyakiti Riska.

" Maaf, Asih ada ?" tanya orang yang dibentak takut dan malu malu. Rian baru tersadar kalau yang dipegangnya bukan hp Riska. Wallpaper Asih ART dirumahnya berpelukan dengan pacarnya.

" O..ada, sebentar " Rian keluar memberikan hp Asih dan kembali lagi ke kamar. ia masih melihat putri tidur masih terbuai mimpi. Ia membetulkan letak selimut dan ikut berbaring disamping istrinya. ia hanya menyandarkan kepala ke dinding sambil membelai lembut poni Riska.

Riska tersentak dan istigfar berkali-kali. ia merasa berada ditempat yang asing. ia bermimpi diculik seorang pangeran dan dibawa ke istananya. Rian menatapnya aneh.

" Ini orang buk, bukan hantu " Riska nyengir dan melemparkan bantal ke muka oang yang sedang menatapnya lama.

" Well, selamat datang di rumah KITA " ucapnya manis dan mengajak Riska berdiri.

Ia membawa Riska ke setiap sudut rumah. persis semua furniture yang ia minta, kolam kecil berisi ikan koi, dapur yang nyaman dengan bunga sirih gading diatas kulkas. Mereka masuk dalam ruangan yang digunakan untuk latihan karate, juga persis seperti yang Riska minta. Riska melihat foto-foto Rian dengan pakaian karate tapi masih sabuk biru. rupanya bapak ini juga mendalami bela diri karate. dapat lawan nih ! ucap Riska dalam hati. Ia melempar buah apel yang ia bawa dari dapur ke muka Rian. Rian terkejut tapi tentu saja ia berhasil menangkapnya.

ia mematut cewek di depannya dengan tangan yang sudah menantangnya berduel. duel cinta. ia tertantang. mereka berada di sebuah ruangan yang memang didesain untuk latihan karate.

Riska sudah pasang kuda-kuda dan meninju ninju angin didepannya serta kembali menggerakan jemarinya tanda ia ingin lawan tanding adu jurus oleh orang didepannya. Ia mngibaskan hidung. orang didepannya tertantang. ia menanggalkan jas dan baju yang dikenakannya. Kini ia sudah bertelanjang dada, menunjukan otot otot kekar dengan barisan otot perut yang rapi. Riska hampir terlena dengan itu. Tapi eitt ia ingin uji seberapa mampu laki-laki yang telah membuatnya menangis itu mampu mengalahkan jurus jurus wanita yang terluka.

ia kembali melancarkan serangan dengan tendangan tapi lawannya berhasil menangkisnya, begitu juga dengan tinjunya yang berhasil di raih. Riska kalah, ia kalah dengan lelehan keringat yang jatuh dari poni jatuh ke hidung. Ia mencoba melepaskan cengkaraman tangan kekar di pinggangnya. Orang itu menyeringai manis. Mau mengambil kesempatan dengan memajukan kepalanya kedepan. tak semudah itu tuan! Riska berhasil berkelit. sekarang ia yang banyak menghindar dari orang yang ingin meraih tangan dan pinggangnya. ia berusaha selincah penari balet. tapi sabuk hitam yang disandangnya kalah oleh sabuk pink di hatinya. kini ia pasrah di banting. tentu dengan bantingan slow motion. selanjutnya cicak cicak pada tutup mata.

Momen yang harus terhenti oleh ketukan pintu. suara Teo memanggil manggil.

" Hellooooo any bodi homeeeeee " ucapnya dengan lafas indonesia, home bukan hom. Riska dan Rian merapikan rambutnya yang berantakan. Rian kembali mengenakan kemejanya. Ketika Riska membuka pintu. ia masih mengancingkan baju. Teo mendehem melihat pasangan baru itu. ia senyum senyum pada Rian.

" Udah berapa ronde ? " tanyanya menggoda. langsung tinju Riska melayang ke muka cubbi itu.

" Gue mau ngomongin yang kemarin " bisiknya pada Rian. tapi Rian memberi kode jangan dulu. ia baru saja berdamai.

" Makan yuk ! " ajak Riska yang disambut antusias oleh Teo.

Riska menghangatkan makanan yang di bekali ibu Rian dan kakaknya. Bau rendang menyengat hidung dua orang yang sedang berbincang di meja.

" Nanti malam biar gue bicara lagi, mudah-mudahan dia mau mengerti " Ujar Rian berbisik. Teo menepuk meja sebagai kode kalau Riska mendekat.

" Besok, aku boleh kerja lagi kan ? " Tanya Riska seraya menatap suaminya. Rian tidak jadi menyuapkan nasi ke mulutnya. ia memandang Teo. Riska tahu apa yang dipikirkan dua sahabat itu. ia meletakkan segala lauk dengan tenang.

" Soal yang kemarin, aku kan nggak bilang kalau aku nggak setuju. asal aku dibolehin kerja. Ya selagi mereka dekat sebagai rekan kerja nggak masalah aku fine fine aja" nada yang memberat pada kata fine fine aja.

Rian dan Teo saling tatap. Mereka terkejut dengan reaksi Riska yang begitu tenang.

" Asal tiap akhir pekan bertemunya tidak dirumah. Aku mau kita bertemu...." Riska menggantung kata-katanya. Rian menatap mata istrinya lekat. ia melipat tangan di dada. ia menoleh ke jendela luar. Hari mulai gelap. segelap hatinya mulai bingung dengan situasi yang membawanya pada pilihan yang sulit. Ia telah mengikat dua orang wanita dalam kesehariannya. salah satunya atau keduanya pasti terluka.

" Aku mau bertemu di Bali, Surabaya, Jogyakarta pokoknya dari sabang sampai Merauke ! " Wajah yang tenang itu tidak terlihat lagi berubah merah menahan marah. Teo melirik Rian. ia takut bicara karena wanita di depan Rian sudah menyeringai garang. Rian belum menjawab. Ia pelan-pelan menyendok nasinya ke mulut dan mengunyahnya. Teo masih menunggu suasana tenang sebelum makanan di atas meja dihajarnya.

" Oke...aku setuju. aku juga punya satu syarat...buatkan aku bekal makan siang dan malam setiap hari " tenang tanpa emosi. ia menatap manis makhluk didepannya.

Riska juga bersikap sama sebelum menanggapi permintaan Rian. ia menguyah nasi dengan pelan sambil menatap laki-laki dengan baju kaus bertuliskan Let's fight ! don't be a loser

" Ok..deal !" ucap Riska seraya mengulurkan tangannya seolah-olah ini adalah kontrak kerja. Rian menyambutnya. Namun ada kekhwatiran di batinnya. akankah Riska sanggup melihatnya hari harinya bekerja selalu didampingi seorang wanita. Ini bukan kehendaknya. Ia sedang menangani sebuah kasus dimana pintu masuk misteri itu ada pada perempuan yang sedang butuh bantuannya di perusahaan televisi itu. Jika perempuan itu tahu ia sudah menikah maka ia tak akan bisa memecahkan misteri kecelakaan yang dialami Jerri, sahabat Rian dan Teo.

" Lo yakin, Riska sanggup melihat lo jalan sama Friska di kantor ? gue nggak yakin yan. lo nggak tau tu cewek punya tempramen yang tersimpan rapi dalam dirinya. ibarat ranjau, jika keinjak meledak duaaar "

Teo menatap Rian penuh harap. Rian terlihat tenang sambil mengunyaj apel yang dilempar Riska tadi.

" Gue tau, gue pernah lihat dia berantem sama tiga orang sekaligus " 

KENTANG RASA SAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang