Bab 14 {REVISI}

7.2K 460 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


..............


Liam membawa Viola ke sebuah tempat yang tak jauh dari mansion Liana. Tempat yang sepi akan membuat Viola tenang. Di tempat sepi itu pun Viola bisa mengeluarkan kegundahan hatinya.

"Lo cinta sama Ello?" Liam bertanya tanpa embel-embel menyebut nama Ello dengan 'Kak'.

Viola mengangguk menatap lurus. Ia menggigit bibir bawahnya menahan isaknya agar Liam tidak mendengar.

Namun semua itu sia-sia, karena Liam menyadari hal tersebut. Liam tidak berucap satu patah kata pun. Ia ingin memberi ruang pada Viola untuk menenangkan dirinya.

Setelah dirasa Liam Viola sudah tenang, ia pun angkat bicara. "Udah tenang?"

Viola mengangguk mengiyakan dan tersenyum padanya.

"Makasih."

"Lo secinta itu sama Ello?"

"Iya." jawabnya tegas.

"Ello tau kalau lo cinta dia?" Liam bertanya kembali dan dibalas anggukan oleh Viola.

"Lo harus lupain Ello sekarang, dia udah punya pacar."

Viola menggeleng. "Gue gak bisa. Gue udah ketergantungan sama kak Ello. Cinta gue ke kak Ello sangat besar." Jelasnya seraya menatap langit.

"Don't be stupid please! Gak semua cinta harus memiliki."

"Lo gak akan ngerti kenapa cinta gue ke kak Ello begitu besar sekarang. Sampai-sampai gue rela diam dan menanggung rasa sakit ini. Lo gak akan ngerti Liam."

Liam tersenyum kecut. "Ya, lo benar. Gue gak akan ngerti karena selama hidup gue, gue gak pernah ngerasain cinta."

"Tapi gue gak sebodoh lo." Liam menggelengkan kepalanya lirih seraya tersenyum miring.

Viola memalingkan kepalanya menatap Liam. Ada rasa bersalah karena telah menyinggungnya.

"Maaf." Ucap Viola.

"No problem." Liam mengedikkan bahunya.

Dengan penuh keberanian, Liam menatap dalam mata Viola lalu bertanya, "sampai kapan lo terus kayak gini?"

Namun, respon yang muncul dari bibir Viola tersenyum hangat, "Sampai kak Ello cinta sama gue." jawabnya dengan ringan, seolah menyampaikan hasrat dan harapan yang terus membuncah dalam benaknya.

Mendengar itu, Liam tak menahan diri untuk bertanya dengan nada jenaka, mencoba meredakan kegugupan dihatinya. "Gue boleh ketawa gak sih?" suaranya merambat seperti angin yang mengelus pipi mereka.

Mendapati pertanyaan Liam yang mengundang tawa, Viola merespon dengan keheranan. "Kenapa?" ujarnya.

Liam pun tak ragu mengungkapkan perasaannya dengan candaan, "gue gak nyangka lo sebodoh ini." celetuknya.

Ello Untuk Ola {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang