please don't plagiarize!
🚂🚃🚃🚃
"Kehidupan memang memiliki budaya 'Poeple come and go'. Tapi orang bisa hadir kembali di dalam perasaan maupun dalam mimpi."
-Author Atapu Senja-
🚂🚃🚃🚃
Setelah lama berjalan berdua, akhirnya dua insan itu sampai di depan rumah Lentara. Tampak di ambang pintu sana Denis, ayah Lentara tengah menunggu seseorang.
"Mampus!" Lentara menepuk kening. "Pasti gue kena pidato," ucapnya.
"Urusan lo, bukan gue." Atapu kembali menuntun sepedanya.
"Tapi 'kan lo udah janji buat jagain gue. Otomatis ini tanggung jawab lo juga." Lentara menarik sepeda Atapu membuat sang empu menoleh dan berhenti.
"Lo dukun anjir, numbalin gue," kesal Atapu lantaran yang diucapkan Lentara ada benarnya.
"Gue guru BK, lo. Bukan dukun," cecar Lentara.
"SENJA!" panggil Denis keras.
"Ayo!" Lentara menarik baju belakang Atapu.
"Sabar, goblok." Atapu menuntun sepedanya masuk ke dalam pekarangan Lentara. Sial, seharusnya dia sudah sampai di rumah dan sudah wangi.
Sesampainya di teras rumah itu, Atapu menyendarkan punggungnya pada tembok dengan bersedekap dada. Sepertinya dia akan melihat sinetron indosiar.
"Dari mana?" tanya Denis.
"Sama Ata tadi," jawab Lentara lalu melihat ke arah Atapu.
"Kagak, om. Dia baru sampe di lapangan sore sekitar jam empat," cecar Atapu tak mau dijadikan tumbal oleh tetangganya itu.
Tatapan Denis semakin menusuk ke arah netra Lentara. Tujuan ia mengajak keluarga pindah ke sini agar putrinya bisa berubah, ternyata sebaliknya. Lentara malah semakin parah tingkah lakunya, yang kelayapan entah kemana tanpa mau pulang terlebih dahulu sepulang sekolah.
"Senja. Kamu mau jadi apa, sih? Ingat, nak, kamu perempuan," ujar Denis sedikit meninggi. Keluarga Lentara memang memanggil Lentara dengan sebutan Senja yang diambil dari nama belakang cewek itu. Dan Lentara, Tara, itu panggilan dari lingkup pertemanan.
"Perempuan, perempuan, dan perempuan. Ayah ngga punya alasan marah ke aku selain itu? Senja juga pengen bebas." Lentara berlalu pergi masuk ke dalam rumah.
"Senja!" pekik Denis yang sudah balik badan.
Atapu yang sejak tadi merasa bingung sendiri dengan obrolan Ayah dan anak itu kini berdiri tegap saat tatapan Denis mengarah padanya.
"Itu alasannya Om meminta mu untuk menjaga Senja, Ta," lontar Denis.
Atapu mengangguk saja.
"Ata pasti jaga Tara. Tapi seperti ucapan Ata waktu itu, untuk merubah putri Om, Ata ngga bisa janji," balas Atapu.
Denis mengangguk. "Ya, udah. Kamu pulang lah, juga belum mandi, 'kan?" tanya Denis dengan kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Teen FictionSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...