Atapu 33. Lentara galau

860 68 4
                                    

ASSALAMUALAIKUM ADIBOO

HALO HAAA

jangan panggil aku "Thor"
just call me "Nona or nocil or nona peri"

KYAAAA SLEBEW🥰😭😭😭

🚂🚃🚃🚃

Duduk di atas motor sembari bermain handphone memang terasa nyaman tak nyaman. Apalagi bel sekolah sebentar lagi berbunyi, sebab itu Atapu terus mengecek jam pada layar ponselnya. Sebetulnya tidak masalah ia telat, karena sudah terbiasa membolos. Namun, perintah dari Sandi, ayah Lentara berujung membuatnya dalam masa tegang.

Bagaimana tidak? Sandi menyuruhnya untuk memastikan Lentara benar-benar sampai di sekolah. Tapi justru gadis itu berhenti di trotoar untuk membeli cilok bersama Zua, Lareka, dan Viazel. Jangan lupakan Reanal dan Kayzo, hanya saja dua cowok itu sudah diberi pagar ilusi oleh Atapu agar tidak mendekati Lentara.

Sebatas janji, tidak lebih.

Setidaknya untuk saat ini.

Reanal yang tengah duduk di kursi milik penjual cilok dengan mulut sibuk mengunyah cilok tak berhenti merutuki Atapu. Mudah saja untuk mendekati Lentara, sebab pagar yang dibuat oleh Atapu hanya ilusi, alias tidak nyata. Hanya saja yang membuat niat Reanal urung adalah....

Atapu sudah melepas sepatunya sebagai senjata. Selain sakit jika terlempar pada Reanal, ia juga harus mendapatkan aroma bau sepatu Atapu.

"Gini banget jadi temen lo, Bos," ujar Kayzo dengan raut melas.

"Oh? Lo nyesel temenan sama gue? Oke, jangan harap lo dapat kopi di rumah gue, Kay," ancam Reanal mampu membuat Kayzo gelagapan.

"Bercanda aelah, Bos. Kasian tenggorokan gue kalau ngga dapat kopi buatan emak, lo," balas Kayzo.

PRAK!

"Cukup."

Itu suara Atapu yang sudah menjatuhkan sepatunya lagi untuk ia pakai. Setelah selesai, ia menarik tas Lentara tanpa beban. Hal itu mampu membuat teman-teman Lentara menganga. Lentara sudah seperti kucing maling ikan asin.

"Lepas!" Lentara memutar tubuhnya dan berhasil lepas dari tarikan Atapu.

"Lo kalau mau rajin, sendiri aja nggak usah ngajak-ngajak," hardik Lentara menatap sengit ke arah Atapu.

"Kalau bukan karena Om Sandi, nggak bakal gue mau masuk di hari Sabtu." Atapu berkata dengan raut datar. Satu tempat dengan pacar Lentara, si Reanal itu, membuat dirinya kehilangan banyak mood.

"Kenapa?"

"Pulang lambat, mata pelajaran banyak. Udah? Sekarang berangkat." Atapu menarik tangan Lentara menuju motor gadis itu.

Lentara menyentak hingga tarikan itu terlepas. Atapu berbalik badan menatap jengah ke arah Lentara.

"Lo aja deh, gue males. Mumpung dikasih uang saku banyak, hehe." Lentara menampilkan cengiran.

"Gue bilang, hemat," tekan Atapu. "Berangkat, Tar. Kalau lo udah sampe sekolah, gue bisa ikutan bolos sama temen-temen."

"Ya, udah, bolos bareng."

"Usir Reanal."

"DIH! KOLOR BAPAKMU SONO USIR!" jerit Reanal tidak terima. Cowok itu melangkah maju mendekati sang pacar dan Atapu.

"Belum diusir aja Bapak gue udah minggat." Melihat Reanal mendekat, Atapu mulai siaga tiga. Ia beralih berdiri di samping Lentara yang awalnya berdiri di depan gadis itu, lantaran Lentara juga balik badan menghadap Reanal.

Atapu Senja (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang