Hai aku udah up part ini, jan lupa tinggalkan jejak kalian disini jan jadi siders. Kalian pasti tau kan sebagai penulis awam yang jadi semangat adalah voment dari kalian. Okee, lanjut ...
Happy reading ...
Kepribadian Anzel memang buruk tapi dia tidak bodoh. Dia cukup peka, dia merasa ada sesuatu antara Najma dan Anzar. Tapi apa itu?
Ini akan jadi PR untuknya. Mencari tahu apa hubungan Najma dan Anzar."Hei. Lo mau lakuin apapun, 'kan asal gue maafin?" tanya Anzel dengan seringaian penuh arti.
Najma merasa ada maksud terselubung dari kata-kata Anzel itu. Tapi tak urung untuk membuat Najma menganggukkan kepala. Dia bertekad akan melakukan apapun yang diperintahkan Anzel asal masih ada dalam radar nalar. Menurutnya mungkin kalau Anzel memaafkan, semua akan selesai.
"Maksud lo apa Zel?" Pertanyaan dari Anzar membuat Anzel semakin mencurigainya.
"Ya apalagi. Selain ... " Anzel sengaja menggantung kalimat hanya untuk melihat reaksi Anzar yang—entahlah. "Lo kan udah tahu apa yang biasa gue lakukan." Anzel melanjutkan kalimatnya.
"Besok temui gue lagi di jam istirahat pertama. Dan sekarang lo enyah sana," final Anzel.
Tak ingin mendengar Anzel mengusir untuk yang ke tiga kali, Najma segera pergi meninggalkan kantin. Sepanjang jalan dia mengutuk Anzar di hatinya.
Karena terlalu khusyuk mengutuk Anzar, Najma gak fokus dengan objek yang di depannya. Alhasil dia menabrak seorang siswi. Tanpa sadar Najma mengumpat, "shibal"
Merasa ada yang tidak beres dengan siswi yang barusan menabraknya, gadis bernama lengkap Kanaya Putri Pertiwi itu menghentikan langkah.
"Barusan lo ngumpat sama gue?" Dengan sewot gadis yang disapa Kana itu menginterupsi. Najma terlonjak kaget. Pasalnya baru saja dia lolos dari gua berisi harimau sekarang dia harus berhadapan sama aligator betina. Setidaknya itulah yang mendeskripsikan situasi Najma saat ini.
Dengan kecepatan cahaya Najma segera meminta maaf."Maaf Kak. Saya tidak sengaja." Dengan gelombang suara yang amat kecil nyaris tak terdengar.
"Barusan lo ngumpat sama gue." Suara Kana naik beberapa oktaf.
"Enggak Kak." Bentakan dari Kana membuat nyali Najma menciut.
"Saya minta maaf kalau saya menyinggung Kakak." Secepat mungkin Najma harus menyelesaikannya. 'Minta maaflah sebanyak mungkin kalau berhadapan sama Kana' baru saja di benak Najma terlintas nasihat dari seseorang yang saat ini entah sedang berada dimana.
"Saya benar-benar minta maaf. Saya gak bermaksud sama Kakak. Barusan saya sedang menelepon." Bohong. Yang Najma katakan barusan bohong saat ini dia tidak sedang menelepon seseorang. Bahkan ponselnya dia tinggalkan di kelas.
"Udahlah. Lo masih kecil lagian." Kepergian Kana menjadi pemutus pembicaraan mereka.
"Fyuh." Najma menghembuskan nafas lega.
Untung saja cuma segitu. Kalau lebih dari ini, dia mungkin bakal dapat masalah baru sama si Anzel. Yang notabe-nya Kana itu gebetan si Anzel. Bisa-bisa kelar hidup dia.
Bel masuk kelas berbunyi. Tandanya pelajaran akan dimulai lagi. Untung ini jam pelajaran terakhir, jam pelajaran yang paling ditunggu-tunggu oleh para penghuni sekolah. Karena setelah jam pelajaran itu selesai, semua siswa bisa kembali ke tempat yang paling mereka rindukan. Me time. Bergelut dengan selimut. Nonton drakor. Karaokean di kamar. Atau sekedar hangout bareng keluarga.
Itu juga yang Najma inginkan. Tapi setiap waktu pulang sekolah tiba dia selalu dihadapkan dengan kebingungan yang sangat. Kebingungannya tetap ke jalan mana dia harus menuju. Di sini di persimpangan ini, Najma selalu berdiri setidaknya selama 20 menit untuk menimbang-nimbang ke arah mana dia harus pergi. Ke rumah Ayah atau ke rumah Ibu?
Gadis berambut panjang itu terus menghitung kendaraan yang melaju ke arah mana yang lebih banyak. Kalau lebih banyak ke arah kanan dia akan pergi ke arah kanan. Kalau lebih banyak ke arah kiri dia akan berjalan ke arah kiri.
Hari ini ada 14 kendaraan yang melaju ke arah rumah Ayahnya. Jadi dia harus pergi ke rumah Ayah karena kendaraan yang melaju ke rumah Ibu hanya ada 9.
KAMU SEDANG MEMBACA
Najma Sagara (END)
RandomKarena kekeliruan dalam mengenali presensi tubuh, Najma salah memeluk sembarang orang. Kesalahan itu menjadi alasan garis hidup Najma bersinggungan dengan Anzel, seorang badboy yang mengidap haphephobia. Banyak hal rumit terjadi setelah tragedi itu...