Haphephobia

124 29 0
                                    

Hai, aku kembali membawa kerinduan yang mendalam. Wkwk. Tapi bo'ong.
Jan lupa follow dan vote dulu.

Happy reading ...

"Gue udah bilang lepasin,'kan?" ucap Ray lalu mengangkat tinggi-tinggi kaki kanannya dan bugh! Kakinya menghantam tanah karena refleks Anzel bagus, dia bisa menghindarinya. Otomatis pegangan tangannya terlepas. Ray langsung menarik Najma pergi dan meninggalkan Anzel yang masih diam mematung mencerna apa yang baru saja terjadi.

Setelah Ray dan Najma berlalu. Virgan membubarkan murid-murid yang masih berkumpul karena sedari tadi bel masuk sudah berbunyi. Sepeninggalan semua orang, Taqi dan Anzar menghampiri Anzel yang saat ini masih bergelut dengan pikirannya.

"Lo barusan kenapa?" Anzar mengutarakan kepenasaranan.

"Tangan lo gemetar terus, lo oke,'kan?" Mau disangkal bagaimanapun Taqi tetap merasa khawatir dengan kondisi Anzel saat ini.

Anzel tak menggubris pertanyaan dari Taqi ataupun Anzar. Mungkin tepatnya Anzel tidak ingin memdengar. Saat ini isi kepalanya masih terus berperang dan tak ada kesempatan untuk merespon pertanyaan dari mereka.

"Temen-temen, gue masuk kelas yah?" Sgak tak enak hati Virgan mengatakannya mengingat kondisi Anzel saat ini, tapi mau bagaimana lagi dia hanyalah siswa biasa yang ber-IQ pas-pasan, jadi sangat dibutuhkan untuknya belajar dan poin dari para guru untuk menunjang masa depan.

Anzar mengibaskan tangan. "Masuk sana, lo kan anak baik. Si Anzel biar jadi urusan gue sama si Taqi."

"Tapi kalo ada apa-apa hubungi gue." Anzar mengangguki ucapan Virgan.

"Cepat masuk sana. Jangan sampai nilai lo anjlok lagi." Virgan mengangguk, lalu pergi meninggalkan mereka dengan kekhawatiran yang mengiringi perjalanan ke kelas.

_______________

Ray mengantar Najma ke kelas dan berpesan pada si ketua kelas untuk menjaga Najma.

"Tolong jaga dia, dia lagi gak baik. Dan nanti tolong antar dia ke perpus. Ada yang mau gue bicarain sama dia." Si ketua kelas mengerti ke mana arah pembicaraan Ray. Jadi dia menyetujui.

Setelah menitipkan Najma, berterima kasih dan berpamitan, Ray berlalu dari kelas Najma menuju ke kelasnya di lantai dua.

Begitu Ray pergi si ketua kelas mendudukkan Najma di bangku. Tersirat kekhawatiran di matanya. Sedangkan penghuni kelas yang lain, mereka hanya bisik-bisik dan tak ada yang berani mendekati Najma, mungkin karena mereka tidak ingin terlibat dengan orang bermasalah seperti Najma.

Lain dengan si ketua kelas. Dari guru masuk sampai pelajaran berakhir dia duduk di bangku samping Najma yang memang sudah lama dikosongkan, dengan alasan khawatir akan keadaan Najma saat ini.

Najma tak bisa menolak apalagi mengusir. Karena saat ini tubuh Najma masih bergetar mengingat betapa seram tatapan Anzel tadi. Berkali-kali Najma memejamkan mata atau menggelengkan kepala hanya untuk mengusir bayang-bayang Anzel yang menyeramkan tadi.

Selama pelajaran berlangsung, pikiran Najma tidak bisa fokus. Otaknya tumpul tak bisa memahami materi yang diajarkan guru. Pikiran sibuk mencari-cari jawaban dari pertanyaannya. 'Apa yang terjadi pada Anzel? Dan kenapa Anzel melakukan itu padanya?' Tapi sekeras apapun Najma mencari jawaban tetap tak bisa ditemukan. Otaknya buntu untuk menjawab pertanyaan sendiri.

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang