HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.
.Taman kota
Disini lah ia berada. Selepas pulang sekolah, ia menyempatkan untuk mampir ke taman itu. Dengan duduk di atas motor besarnya, kedua matanya memandang lekat dua sosok perempuan yang tidak terlalu jauh dari tempatnya. Seorang ibu dan putrinya.
Senyum terukir di bibirnya, saat melihat keduanya yang sedang menikmati makanannya kemudian tertawa bersama. Hatinya menghangat. Ia jadi ingin bergabung.
Namun, mengingat status mereka saat ini, membuat senyum di bibirnya menghilang. Ia langsung sadar diri.
'Pede banget mau gabung. Emang bakal di terima?'
Tak lama, seorang pria dewasa datang menghampiri keduanya. Setelah berbincang sebentar, mereka langsung merapikan bawaan mereka ke dalam satu tas besar, seperti tikar, wadah makanan dan lainnya. Selesai dengan semuanya, ketiganya menjauhi taman dan memasuki mobil yang terparkir tak jauh dari mereka duduk tadi.
Kedua matanya masih fokus memandangi ke arah mana kendaraan roda empat itu pergi. Ia menghela nafas. Tak terasa, setetes air matanya jatuh. Dengan cepat ia mengusapnya.
"Kok sakit banget, ya. Harusnya gue seneng, Mama sama adek bahagia sama keluarga barunya" lirihnya.
"Jangan nangis, Sergan. Ayo, kuat. Cowok gak boleh nangis" lanjutnya.
Bukannya berhenti, air matanya malah semakin berjatuhan membuatnya kepayahan untuk menghilangkan jejak air mata itu. Berkali-kali ia menyemangati dirinya sendiri, tapi itu seolah tak memberi efek apapun.
Sergan menutup kedua matanya dengan sebelah lengannya. Membuat jaket hitam favorit nya itu menjadi basah. Untungnya tidak terlalu banyak pengunjung, karena hari sudah hampir memasuki malam.
Sergan melihat wajahnya ke arah spionnya itu. "Tuh kan bengkak. Jelek banget anjir. Tambah berantakan aja kayak hidup gue"
Kedua matanya masih memandangi spion menampilkan dirinya sendiri dengan air mata yang mengalir. Ia segera menghapusnya dengan kasar.
"Gue kayaknya dah cocok jadi bintang film deh. Kerasa banget sedihnya. Pasti yang liat bakalan nangis juga" ucap Sergan.
"Nangis karena akting gue pas-pasan kali ya? Huweee" lanjut Sergan.
Sergan kembali menunduk, tapi tak lama ia menegakkan tubuhnya kembali.
"Kok gue malah buang-buang waktu sama air mata gue di sini sih?"
Ketika otak bekerja 100%, barulah ia sadar. Kalau yang di lakukan hampir sejam ini buang-buang waktu.
"Papa bakal sita motor gue kalau gak ngeliat gue pas dia pulang dari kantor" gumamnya sendiri.
Dengan cepat, ia menghilangkan jejak air matanya dan mengenakan jaketnya dengan benar. Sesekali ia melihat dirinya di kaca spion. Setelah semua beres, ia bergegas pulang.
****
"Kayaknya takdir gue nih nyelametin orang di gang Mulu deh" ucap Sergan.
Ia baru saja menyelamatkan seorang remaja yang mungkin satu tingkat di atasnya dari pengeroyokan. Bayangkan saja 7 orang lawan 1 orang. Apa gak pingsan coba?
Untungnya saat Sergan dan orang di selamatkan nya ini sedang bertarung, teman-teman dari pihak ini datang dan membantu dengan pasukan yang lebih banyak.
Satu kesimpulannya, keduanya anggota geng motor dan sedang terlihat masalah.
"Thanks udah nolongin" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]
Teen Fiction12 WARRIORS sudah terbit di Teori Kata Publishing *masih bisa dipesan. . . . . "Tentang kita, para pejuang dari semua harapan"