33. Hancur

1.5K 198 117
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.

Rumah Sakit Bhayangkara...

Sergan terus berlari, tak peduli dengan sakit di kakinya. Sergan benar-benar tak peduli. Yang ia pikirkan hanya satu, Salsa.

Satu jam sebelumnya, Sergan baru tiba di rumah setelah dari pantai. Niat hati ingin istirahat karena ia benar-benar lelah. Apalagi, ia masih harus sekolah besok.

Begitu sampai di kamarnya, Sergan mengisi daya ponselnya terlebih dahulu. Lalu, ia tinggal mandi. Setelah selesai dengan urusan bebersih, Sergan melihat ke handphone. Ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari Mamanya. Bahkan ada pesan dari WhatsApp juga. Mamanya yang tak pernah menghubungi melalu aplikasi itu akhirnya menggunakan aplikasi itu juga. Tapi setelah membacanya, Sergan benar-benar merasakan dunianya hancur.

Sergan langsung mengenakan jaketnya dan pergi dari rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sergan langsung mengenakan jaketnya dan pergi dari rumah. Nasib baiknya adalah Papanya masih belum pulang. Jadi, ia tidak akan repot-repot memohon supaya bisa keluar. Dengan kecepatan penuh, Sergan mengendarai mobilnya menuju ke rumah sakit. Setelah sampai di bangunan itu, Sergan langsung berlari. Ia tahu adiknya pasti lagi di UGD. Begitu mendekati ruangan itu, Sergan memelankan berlarinya, ia mulai berjalan biasa dengan kaki yang lemas. Kakinya masih belum terlalu sembuh tapi ia paksakan berlari.

"Mama!" Panggil Sergan.

Naumi mendongak lalu memeluk Sergan yang sudah duduk di sampingnya. Sergan memeluk Mamanya itu sambil mengatur nafasnya juga menahan sakit di kakinya.

"Apa maksudnya dihajar sama kakak tirinya, Ma?" Tanya Sergan.

"Kamu bakal tau setelah denger penjelasan dari dokter, Sergan."

Sergan melepaskan pelukan itu, lalu menghapus air mata Mamanya. Salah satu yang Sergan benci adalah melihat Mamanya menangis.

"Kejadian awalnya gimana, Ma? Terus kenapa Mama sendirian? Suami Mama mana?" Tanya Sergan bertubi-tubi.

Naumi menggeleng. "Adik kamu sakit dari pagi. Mama gak bisa nemenin karena Mama harus dampingi suami Mama untuk suatu proyek besar. Jadi, Salsa sendirian di rumah."

"Kenapa Mama gak hubungin Sergan, supaya Sergan bisa nemenin Salsa, Ma?" Sergan benar-benar tak habis fikir dengan Mamanya. Bagaimana mungkin, Mamanya lebih mementingkan suami barunya daripada anaknya sendiri?

"Mama gak tau kalau bakal kayak gini, Sergan," jawab Naumi.

"Terus gimana lagi?"

"Mama nyampe rumah jam 7 malem dan Mama denger dari awal masuk itu ada suara berisik dari dalam kamar Salsa. Jadi, Mama dan suami Mama langsung ke kamar Salsa dan buka pintunya yang gak kekunci. Di dalam kamar itu, Salsa... Salsa," Naumi tak melanjutkan ceritanya, ia semakin menangis.

12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang