Ep. 9: Korban Ke-5

17 8 0
                                    

Tengah malam. Suara langkah kaki terdengar menggema di koridor sekolah. Seseorang membuka pintu gudang sekolah untuk mencari sesuatu di tumpukan karung. Tapi nihil, hanya karung kosong yang dia temukan, orang itu sudah kabur. Si kaca mata berhasil melarikan diri.

Seseorang keluar dari balik pintu segera menyergap kepala Arel Syahputra dengan karung. "Hiaaaah!!!" teriak Zaki, dan berhasil menutupi setengah badan Arel dengan karung. Zaki meneriakan aba-aba untuk kabur.

"Semuanya, Kabur!!!" teriak Zaki pada Riona dan Julian. Mereka bertiga langsung berlari menuruni tangga. Arel Sayhputra yang sudah bersusah payah keluar dari karung akhirnya berhasil keluar dan segera mengeluarkan golok yang di ikat di samping celananya bersiap untuk mengejar mereka bertiga. Tapi sayang, mereka bertiga sudah tidak terlihat lagi di hadapannya.

Suara langkah kaki mereka yang berlarian menuruni tangga menggema di seluruh sekolah.

"Kurang ajar! Kurang ajar! Kurang ajar!!! Dimana kalian semua, hah?!" Arel Syahputra mengumpat, karena tidak bisa menemukan mereka.

Mereka bertiga terkesiap sembunyi dibalik tembok bawah tangga. Tak bisa berlari terlalu jauh.

"Seandainya kacamataku gak jatuh aku gak akan terkilir, maafkan aku," kata Julian pelan, sembari memegang kakinya yang agak bengkak.

"Gapapa, gak usah minta maaf. Kita harus berpencar. Riona bisakah membopong Julian sampai kebawah?" pinta Zaki pada Riona.

"Tentu saja!" kata Riona menyanggupi.

"Oke! Kalau begitu aku akan menarik perhatian si Rancung!" kata Zaki, sembari membawa pemukul bisbol besi untuk berjaga-jaga.

"Baik hati-hati, Zaki," jawab Riona.

Saat itu Zaki berlari ke arah kiri akan mengalihkan perhatian Arel sedangkan Riona turun tangga ke bawah menuju lantai dasar. Arel yang segera melihat Zaki di bawah tangga, segera mengejarnya.

"Gak akan kubiarkan kau ikut campur! Hyah!" Arel mengarahkan goloknya pada Zaki tapi Zaki berhasil menghindar dan menangkisnya dengan pemukul bisbol.

"Dimana Julian?!" geram Arel.

"Tak akan kuberi tahu!" jawab Zaki sambil terus menangkis goloknya.

Zaki yang terus berlari untuk menjaga jarak dengan Riona, Arel yang terus mengejarnya mulai mengarahkan goloknya lagi, siap melancarkan serangan pada Zaki. Tapi, Ia mengurungkan niatnya karena melihat Julian ada di bawah lantai dasar dengan Riona. Dan hanya menggores lengannya Zaki.

"Disana rupanya kau kutu buku!!!" teriak Arel kegirangan. Arel berlari sekuat tenaga menuruni tangga seperti orang kesurupan.

"Gawat!" Zaki ikut mengejar Arel yang ternyata sudah dekat dengan Riona.

"Riona, Awas!!!" teriak Zaki. Riona kaget melihat Arel hanya berjarak beberapa meter darinya. Segera sadar dengan teriakan Zaki, Riona terus berjalan ke depan sambil membopong Julian.

"Kena kau!!!" Wajah girangnya semakin kentara seperti hewan buas yang telah berhasil menerkam mangsanya.

Seketika cahaya sangat terang menyilaukan Arel hingga membuatnya harus menutupi wajah dan mundur selangkah. Polisi dengan cepat membuka pintu di depannya untuk menyerbu Arel. Arel yang kaget berlari ke belakang menjauhi para polisi tapi akhirnya berhasil di bekuk oleh para polisi. Paman Riona yang berdiri diluar melihat pemandangan itu dengan lega.

"Kukira apa kamu katakan itu tidak benar, pantas saja tadi sore kamu meneleponku sampai berulang kali. Dan menyuruhku untuk menelpon polisi," batin Paman Riona.

Setelah Riona menyerahkan Julian pada Polisi untuk segera di rawat lukanya. Riona kemudian mendekati Arel yang sudah ditangkap polisi.

"Aku tak bisa membayangkan Astia yang disekap olehmu seharian sebelum kamu mulai bertanding sampai kamu menang. Dia pasti sangat menderita..." kata Riona pada Arel yang menatapnya datar. Riona mulai berkaca-kaca dan energi roh Astia berkumpul di belakang Riona.

"Siapapun ... pasti sangat terkejut melihat idola sekolah ini mendekatinya, yang ternyata memiliki niat jahat untuk membunuh dirinya."

Roh Astia mulai membentuk seutuhnya.

"Pantas saja Astia tak bisa berkata-kata, sebatas bicara kalau kau adalah pelakunya!" Roh Astia mulai merangkul Riona.

"Terima kasih, Riona," kata Roh Astia. Riona meneteskan air matanya dan Roh di belakang Riona mulai menghilang.

"Khe, khe, khe... Astia, Astia, Astia! Dia ... orang yang paling kubenci!" Arel Syahputra menyeringai senyum.

"Aku sudah menjatuhkannya dari atas saat ia sudah tak bisa mengeluarkan suaranya sedikitpun. Dia anak yang terlalu rajin hingga aku merasa terancam dia akan merebut kemenanganku! Ah ... dia juga yang sudah membantu menemukan jati diriku, aku yang sudah bosan ini jadi terhibur olehnya. Astia ... sejujurnya dia itu adalah korban pertamaku juga untuk persembahan pada kemenangan pertamaku. Harusnya aku sangat berterima kasih padanya. Aku yang selalu menang ini-?!" Arel Syahputra terkesiap, dan seketika ekspresinya wajahnya kembali menjadi tenang. Dia merogoh saku celana belakangnya diam-diam dan melepas tutup suntikan dengan ibu jarinya.

"Aku yang selalu Me-nang?! AAAAAARGH!!!" Arel Syahputra berteriak. Seketika polisi mengaduh dan refleks melepaskan pegangannya pada Arel. Arel berhasil menusuk kaki polisi yang menahannya tersebut dengan suntikan obat bius dan akan menendang Riona tapi Zaki segera menjauhkan Riona.

"Awas, Riona!"

Tendangan itu berhasil mengenai tangan Zaki yang sudah terluka. Dan Zaki terpental karena tendangannya. Zaki pingsan karena kepalanya terbentur lantai. Polisi sontak menembak kaki Arel yang sudah memberontak pada polisi. Arel terjatuh menggeliat kesakitan. Arel tiba-tiba berkhayal mendengar suara bola basket yang terjatuh di lapangan. Dan kembali melihat kaki kanannya yang terkena peluru mengeluarkan darah merah.

"AAAAAARGH!!!" Arel berteriak kesakitan. Kemudian Arel digiring oleh polisi kedalam mobil dan Aura Arel seketika berubah menjadi hitam.

***

Di dalam penjara Arel dikelilingi oleh roh-roh yang masih membencinya. Roh itu hilir mudik membisikkan sesuatu pada telinga Arel.

"Kau kalah! Kau kalah! Kau kalah!"

Arel Syahputra membelalakan matanya, menyadari dia tak akan bisa bermain basket lagi.

Di luar penjara dia akan di pindahkan ke penjara remaja. Dia berjalan semakin cepat dengan alat bantu kakinya, tidak menghiraukan perkataan polisi yang menegurnya. Mobil yang akan menjemput tahanan Remaja sudah datang. Tapi seperti ada yang mendorong Arel dengan sekuat tenaga dia terjatuh tepat saat mobil itu melaju padanya dan tewas tertabrak mobil.

***

Riona tersenyum, melihat keadaan Zaki yang sudah terlihat membaik setelah di rawat di rumah sakit seharian.

"Apa tanganmu baik-baik saja?," tanya Riona sambil menyimpan wadah berisi buah-buahan pada nakas di sebelah tempat tidur Zaki.

"Ya, tentu saja," Zaki tersenyum pada Riona.

"Syukurlah!" sahut Riona.

Riona melihat ada koran di atas nakas. Disana tertulis berita kematian Arel Syahputra yang tewas akibat menabrakan dirinya ke mobil polisi yang melaju kencang sehingga mematahkan kedua kakinya.

Bersambung...

***

13-03-2023
Jangan lupa tekan Vote dan komen ya...
Karena itu energi untuk author ^^

Story by: Lightdn07 & Shinshiuren

Taper : Another Story (SELESAI)Where stories live. Discover now