12 ⊹ Let's play with me

374 54 32
                                    

Haii Aku kembali untuk menemani Kamis malam Jum'at kalian 🌻🦋

sesuai judul bab ini Let's vote this chapter!

Happy Reading!

⚠️Tandai typo ⚠️

•••

ketakutan adalah hadiah untuk awal segalanya

••••

Gelap dan sunyi. Itulah yang Zera rasakan sekarang. Semenjak ia membuka mata bukan cahaya, atau orang yang menyeretnya yang ia lihat, melainkan kegelapan yang menyelimutinya.

Bahkan sekedar untuk melihat kondisinya sekarang saja ia tak bisa, tempat ini sangatlah gelap. Tangan Zera saling bertautan di bawah sana, meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.

Tangan yang tadi membekapnya sudah tak ada, entah kemana perginya orang itu, Zera tak tau. Yang Zera tau kini ia sendirian, di tempat yang sangatlah luas. Dengan tubuhnya yang menduduki kursi putih yang sudah cukup kuno.

Dinginnya ruangan ini menusuk kulit Zera, menemani Zera mengamati ruangan ini, gadis itu berusaha untuk tidak panik, ia yakin ia pasti bisa keluar.

Tapi harapan itu pupus kala ia tak bisa bangkit dari kursi, entah ia tengah di kerjai atau apa tapi dirinya tak bisa bangun dari kursi ini. Seolah kursi itu adalah magnet yang menariknya.

Zera berusaha sekuat tenaga untuk bangun tapi selalu gagal, justru itu membuat tenaganya semakin terkuras. Mata Zera tiba-tiba memanas hendak mengeluarkan air mata tapi Zera menggeleng, "enggak! gue kuat, gue gak bakal nangis cuman karena kejebak di tempat gak jelas kayak gini. Gue yakin pasti ini cuman akal-akalan si Yura doang."

Zera terus berusaha melepaskan diri dari sana, tak ada tali yang mengikat tangan dan kakinya dan tak ada lakban di bibirnya, ia yakin ia tak di culik karena jika di culik pasti ia akan diperlakukan begitu, persis seperti di film-film yang sering ia tonton.

Gadis itu membaca segala jenis do'a dan mengumpulkan keberaniannya. Namun, suara tawa melengking, kini memecah keheningan. Bulu kuduk Zera berdiri, matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Walau disini gelap pasti telinganya akan bisa mendengar dimana suara itu berasal.

"HAHAHAA" Suara tawa itu kembali terdengar, Zera pun mencoba menyahut "Hei? kalau Lo cuman mau buat gue takut, mending lepasin gue sekarang, gue gak ada waktu buat merduliin bercandaan lo ini. Ada banyak yang perlu gue urus"

"HIHIHIHI"

BRAK!

Zera berjingkrak kaget saat mendengar bunyi benda yang seolah di lemparkan ke arahnya meleset mengenai tembok di belakangnya.

"Astaghfirullah..." Zera menutup matanya mencoba menenangkan jantungnya. Kini, suara ketawa itu semakin terdengar sangat kencang di seluruh sudut ruangan yang tak ada batasnya ini.

Zera berusaha menenangkan tubuhnya yang menolak untuk tenang, mendengar tawa menyeramkan sudah mampu membuat ia panik.

Ia ingat pesan bi Ira yang selalu bilang untuk tetap tenang di segala jenis kondisi. Jika tubuh dan pikirannya panik, ia tak akan bisa keluar dari sana.

"SIAPA LO?! GAK USAH SOK PEGANG-PEGANG GUE ANJ*NG!," bentak Zera saat ia merasakan ada yang memegang bahunya tadi.

Tawa itu masih saja berbunyi, justru kini terdengar sangat memekikkan telinga. Zera yakin orang yang mengganggunya ini pasti juga dalang di balik kejadian semalam.

NAZERA [ Hiatus  ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang