𝐁𝐄𝐋𝐎𝐕𝐄𝐃 || ι. αℓρнєυѕ

↳⓪③┊A CHANCE

╔═════════════════╗
OPEN ❝A CHANCE❞
FILE?

➢ YES NO
╚═════════════════╝

DOWNLOADING FILE . . .
█▒▒▒▒▒▒▒▒▒

𝟐𝟎%
███▒▒▒▒▒▒▒

𝟓𝟎%
█████▒▒▒▒▒

𝟕𝟎%
███████▒▒▒

𝟏𝟎𝟎%
██████████

˗ˏˋ 'ˎ˗COMPLETED ˗ˏˋ 'ˎ˗

🖇 ATTENTION! tolong tinggalkan vote sebagai bentuk support kamu terhadap cerita ini, dan tinggalkan komentar jika berkenan.

HAPPY READING!!
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

❝KAMU BERTEMAN DENGAN Duke muda?❞

Di meja makan panjang yang berisi berbagai kudapan mewah, keduanya berbincang. Sepasang ibu dan anak masing berusia pertengahan empat puluh, dan gadis yang yang baru saja memasuki usia dewasanya.

[Name] mengangguk. Duchess menghela napas. ❝Kau yakin hanya teman? Sungguh?❞

Dalam hati Duchess berdumel, menyayangkan pertemuan keduanya. Seharusnya ia tak memperbolehkan dirinya saja dari awal. Kalau tahu begini.

Disisi lain, [Name] bingung. ❝Tuan muda Alpheus baik, kepribadiannya juga. Saya rasa berteman dengannya tidak apa-apa.❞

❝Oh, sayang. Sungguh, kau tidak tahu pikiran para lelaki.❞

Hah? Memangnya kenapa? ❝Tuan Ijekiel itu memiliki seseorang yang ia suka.❞

Duchess menghela napas akan pikiran lurus anaknya. ❝Ibumu ini juga tahu.❞

❝Lantas?❞ Tidak mengerti, ia lanjut bertanya.

❝Kau tahu aku menyayangimu permataku.❞ [Name] diam mendengar penuturan tersebut, nyatanya walau sudah enam tahun menetap dan menerima cinta dari Eleanora. Ia masih belum terbiasa dengan sosok orang tua.

Bukan karena ia tidak menghormati Eleanora, hanya saja guratan masalalu lebih cepat membuatnya skeptis tentang masa kini. Belajar kehidupan melalui tulisan yang dikisahkan orang lain, bagaimana [Name] bisa paham?

Jujur, [Name] sangat takut kalau sampai Eleanora tahu ia bukan anaknya yang asli. Bukan [Name] yang ia kenal. Ia merasa tak enak hati.