↳⓪⑦┊PLEASE REMEMBER

1.7K 357 138
                                    

╔═════════════════╗
  OPEN  ❝PLEASE REMEMBER❞
FILE?

➢ YES     NO
╚═════════════════╝












DOWNLOADING FILE . . .
█▒▒▒▒▒▒▒▒▒












𝟐𝟎%
███▒▒▒▒▒▒▒












𝟓𝟎%
█████▒▒▒▒▒












𝟕𝟎%
███████▒▒▒












𝟏𝟎𝟎%
██████████













˗ˏˋ 'ˎ˗COMPLETED ˗ˏˋ 'ˎ˗













🖇 ATTENTION! tolong tinggalkan vote sebagai bentuk support kamu terhadap cerita ini, dan tinggalkan komentar jika berkenan.

HAPPY READING!!
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃















































NONA BILANG ANDA ingin mengunjugi taman labirin kediaman Alpheus bukan?❞ Si Tuan tersenyum simpul, ketika ia mengubah topik yang canggung itu.













[Name] mengerjap beberapa kali  saat ia memikirkan maksud perkataan tuan muda di depannya. ❝Ah, ya? Saya pernah.❞













❝Bagaimana kalau saya menuntun anda kesana?❞ tawarnya seraya menatap kedua bola mata mirip berlian itu dengan kedua irisnya. Ijekiel masih senantiasa tersenyum manis di hadapan [Name] sembari mencuri-curi pandang ke cengkuk leher nona muda Heinrich yang tertutup rapat dengan kain.













❝Eh? Saya boleh?❞ [Name] menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung yang menurut Ijekiel menggemaskan. Sang Tuan hanya terkekeh kemudian bangkit dari kursinya seraya berjalan mendekati nona muda.













❝Kenapa tidak?❞ Ijekiel mengulurkan tangannya , meminta [Name] untuk ikut lalu meraih lengannya untuk berjalan bersama. ❝Itu bukan tempat rahasia atau semacamnya.❞













Memangnya [Name] bisa bilang kalau tempat tersebut menjadi tempat pertemuan keduanya? Tempat Ijekiel merasakan cinta pertamanya kepada Athanasia?













[Name] awalnya memandang ragu tangan besar, kasar, namun tampak cantik itu. Sebelum akhirnya jari jemari yang lebih kecil ukurannya itu menerima ajakan surai putih.













❝... Baiklah.❞ Bibir Sang Tuan merekah ketika mendengar ungkapan dari nona muda Heinrich. Setelahnya mereka berjalan dengan tenang di tengah cuaca hangat yang mendukung.













Ijekiel memberikan isyarat kepada para pelayan untuk meninggalkan mereka berdua saja dengan lirikan matanya, sesekali membelai jari jemari ramping itu, entahlah Ijekiel merasa itu reflek. Namun tak bisa bilang jika ia cukup menyukainya juga.













𝐁𝐄𝐋𝐎𝐕𝐄𝐃 || ι. αℓρнєυѕTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang