8

36 6 0
                                    

Chaeyoung menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Suara berisik dari helikopter yang ditumpanginya tidak membuat Chaeyoung merasa terganggu.

Tim-nya hari ini berangkat menuju markas yang sudah disiapkan. Sebuah tempat sederhana dan tidak jauh dari salah rumah petinggi pemerintah.

Dewan Rakyat?

Tidak, Menteri Keuangan lebih tepatnya.

Chaeyoung tersenyum miring saat mengetahui targetnya.

'Akan menyenangkan jika bisa mengambil uang negara' begitu batinnya.

Fokus Chaeyoung teralihkan saat ada jaket yang menyampir dibahunya.

"Cuaca sedang sangat panas" kata Jimin.

Chaeyoung hanya diam. Ia memang hanya memakai kaos tanpa lengan. Karena Chaeyoung memang menyukai style yang tidak tertutup saat melakukan tugasnya.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Jimin dengan ikut menyelipkan helaian rambut ke telinga Chaeyoung.

Chaeyoung tertawa pelan, "Lucu sekali. Kamu bertanya makan saat akan memulai misi?" kata Chaeyoung.

Jimin balas tersenyum dan bergerak menggeser tempat duduk Chaeyoung. Yang awalnya saling berhadapan, sekarang Jimin berada di sebelah pintu helikopter dan disebelah Chaeyoung tentu saja.

Menghalangi angin yang terlalu kencang dan cuaca panas.

"Maaf, aku sebelum ini memiliki urusan" balas Jimin.

Chaeyoung menatap Jimin bingung, "Lalu apa urusannya?"

"Aku tidak bisa mengontrol kegiatan makan-mu" kata Jimin dengan menyenggol lengan Chaeyoung. Chaeyoung terdiam.

Mengontrol makan?

"Aku ini kekasihmu. Setidaknya aku harus bisa membuatmu makan teratur dan tidak jatuh sakit, sayang" kata Jimin dengan berbisik pelan.

Jimin kemudian menolehkan kepalanya ke jendela helikopter yang terbuka. Menatap pemandangan yang menampilkan pegunungan juga laut. Sangat menyegarkan.

Tangan Jimin perlahan turun pada paha Chaeyoung. Chaeyoung mendecih saat mengetahuinya, namun ia membiarkannya. Lagipula, semua laki-laki itu sama saja. Bejat dan mesum. Itu menurut Chaeyoung.

"Sayang, bagaimana menurutmu jika kita berlibur berdua dengan helikopter? Kita bisa pergi ke suatu pulau terpencil  yang memiliki matahari indah saat terbenam juga terbit"

Chaeyoung terdiam. Benar-benar terdiam.

Jimin dengan lembut berkata seperti itu, tanpa menoleh. Tanpa menatapnya. Dan tangannya yang mengelus lutut Chaeyoung dengan pelan.

Kenapa? Mengapa Jimin tidak meremas pahanya seperti yang biasa laki-laki lakukan pada Chaeyoung?

"Tapi apa kamu bisa mengemudikan helikopter? Aku tidak bisa" 

Chaeyoung masih terdiam. Menatap tangan Jimin yang mengelus lututnya.

"Hei, ada apa denganmu? Berhenti melamun" Jimin menyadarkan Chaeyoung.

"Oh, aku? Aku bisa" balas Chaeyoung setelah kesadarannya pulih.

Jimin tersenyum lebar, "Setelah misi ini,  ayo pergi bersama" kata Jimin dengan ceria.

Senyum manisnya, matanya yang seperti bulan sabit.

Kenapa ada lelaki selembut ini?

Polos dan bersih. Itu seperti kepribadian Jimin. Berbanding dengan Chaeyoung.

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang