44. 🎶♐

116 11 5
                                    

**– Jangan lupa vote komen share dan follow akun wattpadku Shay!
**– Minta tolong juga bantu tandain typo ya!


[Happy Reading🗝]

[Happy Reading🗝]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ketika Argadinata mencintai seseorang, maka cinta itu akan bertahan selamanya. Karena Argadinata hanya bisa mencintai satu orang dalam hidupnya.

Tapi kalau orang itu tiada, mereka akan merasakan sakit berkali-kali lipat, karena sebenarnya Argadinata paling mengerti apa itu kasih sayang dan cinta."


****


Sore ini hujan turun dengan derasnya membasahi bumi setelah siang yang sangat terik. Suasana rumah kediaman Alvan Argadinata tampak lenggang dari aktivitas orang rumah yang mungkin lebih nyaman berada di luar lingkup rumah, terkecuali ketiga cowok yang baru saja keluar dari pintu utama.

Mereka duduk di kursi teras depan rumah lalu sibuk berbincang-bincang,  entah membahas apa. Suara mereka teredam oleh suara hujan dan udara dingin di luar yang menyelimuti membuat mereka malah merasa nyaman dengan kondisi ini.

Sementara itu di dalam kamarnya, Keyvan duduk bersila diatas kursi di depan pintu balkon menatap ke luar dengan mata yang sembab. Sedari siang sepulang sekolah tadi gadis itu terus berdiam diri di kamarnya, menangisi sesuatu hal yang sebenarnya tidak ingin ia dengar tapi terlanjur.

Menangis tanpa suara berjam-jam dan dalam keadaan perut kosong memang tidak enak, apalagi kita tahu percuma saja menangis kalau setelah itu masalah yang dihadapi tetap tidak bisa kita selesaikan. Sama halnya dengan Keyvan saat ini. Ia sudah sangat lapar tapi rasa sakit hati dan rasa malasnya lah yang membuat ia tetap diam ditempat selama berjam-jam.

Bahkan suara decitan pintu kamar yang dibuka pun tidak dihiraukan olehnya, persetan dengan siapapun itu ia sedang tidak ingin melakukan apapun sekarang.

"Key." Keyvan kenal suara itu. "Makan dulu, Key." ucap Inji, sembil meletakan sebuah nampan berisi makanan dan segelas air putih keatas meja belajar.

"Nanti."

Inji berjalan mendekat dan berdiri tepat dibelakang kursi lalu memegang kedua bahu Key. "Sekarang. Gue yang suapin ya!?" Bujuk Inji membuat Key mengesah kesal lalu mengangguk walau dengan terpaksa.

Inji mengambil piring berisi makanan tadi dan menarik kursi mendekat kearah Keyvan, sambil tersenyum Inji menyuapi Keyvan dengan telaten dan penuh kesabaran.

"Kalo disuruh makan itu makan! Jangan ditunda-tunda karena penyakit nggak bisa ditunda hadirnya." Celoteh Inji menceramahi Keyvan.

Memuakkan sekali ketika sedang makan sambil diceramahi seseorang, rasanya langsung kenyang seketika.

KEY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang