02 Laut Birru

15.7K 1.3K 96
                                    


🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

-
-
-

Tidak salah jika Jasmine selalu mengatakan bahwa anak laki-lakinya itu adalah kelelawar. Bagaimana tidak, setiap malam, Al Birru selalu keluar. Entah itu urusan apa, tapi anak itu akan kembali ke rumah setelah adzan subuh berkumandang.

Itu kenapa Jasmine begitu menginginkan Al Birru untuk menikah. Mendapatkan perempuan yang baik, dengan harapan anak itu akan berubah menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Sama seperti Almarhum Abbanya dulu.

Di sebuah warung 24 jam. Al Birru menyenderkan punggungnya di dinding sedikit kotor itu. Ada lima temannya yang selalu setia nongkrong sampai pagi di warung Mang Aming.

"Mang, Marlboronya satu bungkus ya." itu suara Al Birru.

Tiba-tiba suara tepuk tangan dari kursi sebelah jalan membuat Al Birru menoleh.

"Bukan maen, Gus satu ini. Dua bungkus rokok malam ini lo habisin cuma karena pusing mikirin perjodohan lo, ha?"

Al Birru memutar bola mata malas. Apa yang Bara katakan memang benar. Ini sudah bungkus kedua. Ia pusing memikirkan perjodohan yang diatur oleh Ummanya.

"Emangnya tu cewek sejelek apa sih sampe lo frustasi gini, ha?" tanya Alva.

Tuman tiba-tiba menjawab. "Bukan jelek, Va. Ceweknya cakep, masalah yang buat Gus muda kita ini pusing cuma satu. Apa, Bar?"

"Dia takut diceramahi sama tu cewek setiap detik," imbuh Bara yang membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak.

"Ketawa aja. Ketawa sampai gue patahin gigi lo pada satu per satu!"

Semuanya kontan terdiam serempak. Menahan tawa yang sebenarnya masih ingin luas.

Ini masih pukul 12 malam. Harusnya Al Birru masih betah di warung Mang Aming. Namun, karena teman-temannya itu terus meledek dirinya. Maka akan lebih baik Al Birru pulang saja.

Ia berdiri. Mengambil helem dan juga kunci motor.

"Al, lo mau kemana? Jangan sampe lo bilang kalau lo marah sama kita semua."

Al Birru memasang helmnya. Menyalakan motor dan sebelum itu ia menatap tajam ke arah teman-temannya.

"Anak gadisnya Umma Jasmine ngambek?" goda Tuman lagi.

"Lihat pembalasan gue besok. Mati lu pada."

"SIEUN PISAN," pekik mereka semua ketika motor milik Al Birru sudah melaju kencang ke depan sana.

Al Birru masih ingin menikmati masa-masa kuliahnya. Nongkrong sampai pagi di warung mang Aming, merokok sepuasnya, balapan tanpa kenal waktu, tawuran tanpa harus ada yang menghalanginya. Ia masih ingin semua itu tetap berjalan.

Walau sering sekali Jasmine menghukumnya karena terlalu bandel, tetap saja Al Birru dapat mengatasi amarah Ummanya itu. Tapi, jika ia sudah menikah. Otomatis akan bertambah satu manusia yang akan mengatur hidupnya.

"ARGHK." motor miliknya terhenti tepat di sebuah gang sepi. Ia mengusap wajahnya cukup kasar. "Gue nggak mau nikah, gue nggak mau nikah, gue nggak mau nikah!!!"

"Apalagi punya anak! GUE NGGAK MAU NIKAH SAMA PUNYA ANAK!"

Suara keras Al Birru membuat beberapa ayam yang berada di sana berkokok secara tiba-tiba.

Al Birru menatap langit malam. Gelap sekali, seperti keadaan hatinya saat ini. Kemudian, ia melirik jam yang berada di pergelangan tangannya.

"Pulang aja lah. Umma pasti udah tidur."

Laut Birru (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora