Bab 53. Kenyataan yang menyakitkan

84 10 3
                                    

"Serius lo Vin? gue pikir lo gak pernah pacaran karena belok, eh ternyata lo sukanya sama ukhti-ukhti berhijab," ucap cowok berambut ikal.

"Mana ada, gue dekat sama dia karena nyokap gue dirawat tantenya."

"Heh, beneran?" cowok dengan penampilan yang paling berantakan ikut nimbrung.

"Ya begitulah, dan kayanya dia bisa bantuin gue," kata Kelvin yang terlihat fokus dengan gadget nya.

"Padahal kalau di lihat-lihat tu cewek lumayan juga loh wajahnya. Lo serius gak suka sama dia?"

"Gak mungkin lah."

"Kalau lo gamau, gimana kalau buat gue aja?" Arion yang terlihat baru datang tiba-tiba nyeletuk.

"Ambil aja."

"Wiiiihhh, serius lo?" Arion tampak bersemangat, "Eh tapi biar lebih seru lagi, gimana kalau kita taruhan."

"Taruhan apaan?" Kelvin mendongak

"Minggu depan kita kan mau balap motor tuh, nanti kalau lo kalah lo harus kasih si Tika ke gue sebagai hadiah, dan kalau gue kalah lo bisa minta apapun ke gue."

"Terserah. Gue cabut dulu ya, ada ulangan di kelas."

Vidio berakhir sampai di situ, lalu tangan seseorang terulur untuk mengambil kembali hp-nya, dengan senyum lebar di wajahnya.

"Lo pikir selama ini lo beda?" Elsa mengamati ku dari bawah ke atas.

"Ternyata Kelvin nggak beneran sayang sama lo." Cewek itu melipat tangannya di depan dada.

"Ternyata lo sama aja ya dengan yang lain."

"Bahkan lebih parah ya." Elsa tampak tersenyum miris. "Dijadikan hadiah taruhan. Kaya barang mainan. Ups," ucapnya dengan senyum penuh kemenangan, buat dadaku bergemuruh kencang, napasku tak beraturan karena menahan kesal, dengan tangan yang mengepal kuat.

Ku melirik Elsa sekilas, sebelum pergi meninggalkan taman.

Dadaku rasanya begitu sesak, rasa sakit ini terasa nyata, meskipun lukanya tak terlihat oleh mata, dan saat ini aku tak bisa berkata-kata. Aku gatau harus berkata seperti apa. Rasanya susah untuk dijelaskan. Segalanya terasa blank. Masih nggak menyangka, kenapa endingnya jadi seperti ini. Kenapa kebenarannya harus se-menyakitkan ini. Kenapa aku harus mengetahuinya sekarang, disaat hatiku sudah terlalu jatuh terbuai.

Jadi ini. Ini adalah alasan dari segala keanehan sikapnya dulu. Ini adalah jawaban dari segala pertanyaanku dulu.

Jawaban kenapa sikapnya bisa secepat itu berubah kepadaku, dari yang awalnya seperti nggan melihatku, seperti musuh yang selalu mengibarkan bendera perang setiap kali ketemu, dan selalu mengomentari penampilanku, tiba-tiba saja bisa begitu baik kepadaku. Menawarkan pertemanan, dan memberikan perhatian yang begitu berlebihan.

Bodoh.

Dari awal aku emang bodoh.

Seharusnya dari awal aku tidak perlu mengharapkan apapun kepada cowok itu. Seharusnya dari awal aku sadar, siapa aku, dan siapa dia.

Aku hanya gadis aneh yang selalu bersembunyi di dalam gedung perpustakaan, di antara rak-rak buku besar yang ada paling belakang. Hanya segelintir orang yang menyadari keberadaanku. Sedangkan dia, dari awal dia begitu terkenal oleh berbagai kalangan. Pergaulannya begitu luas.

Dunia kami terlihat jelas jauh berbeda. Seharusnya aku bisa sadar, mana ada orang seperti dia mau berteman denganku kalau tidak ada maksud tertentu.

Aku tahu dia teman sekelasku, dan seharusnya hanya jadi teman sekelas biasa aja, nggak usah lebih dari itu, apalagi sampai masuk ke dunianya lebih jauh.

Atika Story's (Selesai) Where stories live. Discover now