52 - HIYYIH!

152 22 0
                                    

"Eomma, Nuna, Hiyyih, sudah sampai Seoul?" Kai berbicara lewat ponsel.

"Sudah Kai. Ini kami perjalanan menuju lokasi. Sebentar lagi sampai. Kau tak perlu khawatir." Lea menjawab.

"Baiklah. Hati hati di jalan Nuna."

Tut! Panggilan berakhir.

"Bagaimana Kai? Apakah sudah sampai?" Sehun Bertanya.

"Tenang Hyung. Calon istri Hyung sudah mau sampai kok sama calon mertua Hyung. Hehehe.." Kai menjawab dengan ledekan.

"Ish.. Hentikan candaanmu itu Kai-ah.." Sehun yang sebenarnya salah tingkah menjitak kepala Kai pelan.

"Hahaha... Biasa aja donk Hyung..." Kai kembali duduk di kursi nya. Sebelah kanannya ada Sehun Hyung. Dan sebelah kirinya masih kosong, karena akan ditempati Eomma nya.

Tak berapa lama, Kai menerima panggilan lagi.

"Kai-ah, Maafkan aku. Aku tidak bisa datang kali ini. Aku harus menemani ibuku di Rumah Sakit. Tidak apa kan?" PD Nim yang ternyata menelpon nya langsung to the point. Kai sedikit kecewa. Tapi, tentu saja dia tidak boleh egois.

"Baiklah PDnim. Gwencana... Semoga Ibu PD Nim cepat sembuh ya..."

"Baiklah. Maafkan aku Kai-ah. Nanti aku kirim hadiahnya saja ya.. Sudah dulu, aku harus menutup panggilan ini. Salam untuk yang lain."

Tut! Panggilan sudah terlebih dahulu diakhiri oleh PD nim. Kai menghembuskan nafas.

Deg!

Astaga! Sial! Kenapa rasa sakit ini datang di saat yang salah sih.. Aisssshh...

Tanpa basa basi, Kai menuju Kamar Mandi di Restoran tersebut tanpa berpamitan kepada yang lain. Sedangkan disana, baru ada keempat Hyungdeul dan juga Sehun yang memperhatikan nya heran. Namun, juga khawatir.

Soobin berniat menyusulnya, tapi Sehun menahannya.

"Biar Hyung saja, Soobin-ah. Kau tunggu disini. Kau harus menyambut Appa dan Eomma Kai nanti. Nde?"

Soobin mengangguk pasrah. Walau dalam hatinya terbesit rasa khawatir yang luar biasa. Soobin mendudukkan kembali dirinya. Sedangkan Sehun menyusul Kai ke kamar mandi.

Kembali pada Kai. Yang kini darah segar mulai mengalir dari rongga hidungnya. Kai masuk ke dalam satu kamar mandi kemudian menutup nya tanpa basa basi. Menyalakan keran. Kemudian menutup WC dan duduk di atas nya. Kai mengatur nafas sambil terus meringis dalam hati menahan rasa sakit yang jauh berkali kali lipat menyerang kepalanya. Sesekali pandangannya mulai kabur, tapi ia berusaha mengusirnya dengan mengerjapkan mata dan menggelengkan kepalanya.

Dengan tangan gemetar juga keringat dingin yang bercucuran, Kai mengambil tabung obat dari sakunya. Dan segera meneguknya 6 pil sekaligus dalam satu tegukan. Kini Kai tidak peduli berapa pil yang ia konsumsi, yang Kai pikirkan hanya bagaimana rasa sakit ini lebih cepat pergi. Sejujurnya, 6 pil juga belum mempan untuk menghilangkan rasa sakit pada kepala nya sepenuhnya. Tapi, itu sudah cukup untuk mengurangi rasa sakitnya sehingga Ia cukup mampu untuk menahannya.

Setelah Kai meneguknya, Kai mulai mengatur nafas. Kemudia menyeka darah mimisannya dengan tisu toilet yang di sediakan.

Ya Tuhan.. Aku mohon.. Beri aku waktu lebih lama lagi..

Sejujurnya, Kai sangat lelah dan tersiksa dengan kondisi nya yang sekarang. Namun, yang jelas keinginan Kai untuk hidup di dunia jauh lebih besar daripada keinginan nya untuk menyerah.

Mimisannya masih belum berhenti. Kai terus menyekanya dengan tissue yang entah sudah berapa lembar Ia tarik. Sesekali memukul kepalanya untuk mengusir rasa sakit nya.

It's Okay to be Not Okay | Hueningkai Donde viven las historias. Descúbrelo ahora