FM 03 : TRY

40 5 4
                                    

“Maaf apa benar disini ada pasien korban kecelakaan yang baru ditemukan?” tanya Seohyeon dengan begitu terburu pada bagian resepsionis sebuah rumah sakit setelah dirinya menerima sebuah informasi beberapa menit lalu.

“Maaf, Nona. Atas nama siapa yang Anda cari?”

“Lee Taehyung. Tolong kumohon segera cari nama itu!”

“Sedikit bersabar, Seohyeon-ah,” ujar Hyungsik mencoba menenangkan kepanikan Seohyeon yang tak bisa dikendalikan sejak awal perjalanan mereka untuk mencari keberadaan Taehyung tanpa sepengetahuan Detektif Simon.

Dan sebuah gelengan dari pria muda dengan seragam biru pastel itu memberi jawaban akan pertanyaan yang disadurkan oleh wanita itu. “Kami mohon maaf, Nona.”

“Dia berkewarganegaraan Korea. Kumohon bantu cari datanya.” Hyungsik pun turut ambil bicara kala bibir Seohyeon tak lagi mampu berkata. Menatap bagaimana kacau wajah sahabatnya saat ini merasakan kehilangan sosok yang teramat dicintainya.

“Saya mohon maaf, Tuan. Tapi kami tidak ada pasien dengan nama itu.”
Seohyeon menutup wajahnya dengan sesak napas yang ingin pecah.

“Tapi sebentar. Apa Anda bisa memberikan ciri-ciri orang yang Anda cari, Tuan? Karena tiga hari lalu kami memang menerima pasien berkewarganegaraan asing. Tapi dia dibawa oleh dua orang laki-laki kemari.”

Dengan sigap Seohyeon menoleh, memperhatikan sang pembicara dengan tatapan nanarnya. Segera menyahut apa yang dipertanyakan perawat muda itu pada Hyungsik, memberi jawaban sebagaimana ciri-ciri sosok orang yang begitu berarti dalam hidupnya.

“Bagaimana?” ujar Hyungsik meminta kepastian setelah Seohyeon mengakhiri ucapannya.

“Apakah anda memiliki fotonya agar saya bisa lebih memastikan?” Seohyeon segera menyodorkan ponselnya yang menampakkan wajah tersenyum Taehyung yang berpose disamping mobil kesayangannya.

“Bagaimana?” Seohyeon mengulang pertanyaan Hyungsik yang lalu.

“Iya, Nona. Benar. Itu pria yang tiga hari lalu dibawa kemari. Meski saya sedikit samar karena wajahnya penuh darah dan luka lebam, saya masih bisa mengenali wajah itu. Dan kebetulan juga saya yang menangani korban tersebut pertama kali dia datang. Tapi, sayang sekali dia telah dibawa pindah ke rumah sakit lain oleh dua orang yang membawanya untuk mengikuti rujukan dari dokter kami, karena pria itu mengalami luka yang cukup serius di bagian kepala dan harus mendapatkan penanganan di rumah sakit yang lebih berkompeten karena peralatan kami kurang memadai untuk penanganan kasus tersebut.”

“Beri tahu aku, dimana suamiku sekarang berada!” ucap Seohyeon dengan nada bicara yang meninggi di sela kepanikannya.

“Dia dibawa ke rumah sakit pusat kota,” sahut perawat muda itu dengan tenang dan seketika menuliskan alamat rumah sakit yang dimaksudnya. Memberikan secarik kertas pada Seohyeon dan tersenyum dengan lembut,”Semoga dia masih berada disana, Nona.”

Tanpa kata Seohyeon segera berbalik arah dan berlari, meninggalkan Hyungsik yang masih sempat mengucapkan kata terima kasih pada seseorang yang telah membantunya.

Tak butuh banyak waktu dan kata. Hyungsik dengan segera kembali melibas habis jalan yang dilaluinya hanya untuk segera mendapatkan keberadaan Taehyung yang sudah beberapa hari menghilang. Membenarkan informasi yang diterimanya dan membawa Seohyeon untuk bertemu dengan suaminya.

“Kita akan tiba dan kuharap kau lebih tenang kali ini. Kita tak bisa dengan mudah menemukan Taehyung karena seluruh identitasnya ada padamu. Dan siapapun orang yang membawanya, aku yakin dia orang baik dan mengharapkan suamimu selamat.”

“Bagaimana aku bisa tenang, Hyung-ah? Keberadaan suamiku tidak diketahui secara jelas hingga saat ini.”

“Nanti saat tiba di dalam, kumohon kau tenang. Biar aku yang menanyakannya pada petugas.”

Pria itu memundurkan mobilnya. Melepas seatbelt yang mengunci dirinya dan memandang sahabatnya dengan begitu yakin, “Aku tahu kau wanita kuat Seohyeon-ah. Percayalah, kali ini kita akan menemukan Taehyung di dalam sana. Aku berjanji padamu, aku akan menemanimu kemanapun hingga Taehyung ditemukan.”

Seohyeon mengangguk dan menarik napasnya dalam-dalam menguatkan tekadnya sebelum menurunkan kakinya untuk menapaki halaman rumah sakit pusat di kota itu. “Terima kasih, Hyung-ah.”

Hyungsik menepuk pundak Seohyeon dan memberi satu anggukan sebelum membuka pintu mobil dan menguatkan diri sebelum mereka masuk ke dalam sana bersama doa yang terus dipanjatkannya dalam hati.

Keduanya memandang samar. Memperhatikan sisi-sisi ruang dalam bangunan pesakitan itu. Berharap sekilas saja mampu secara langsung mendapati sosok Taehyung yang berhasil ditangkap pandang mata mereka saat ini.

“Hyung-ah..”

“Percayakan padaku.” Hyungsik mengerjap pelan. Memberi tanda agar Seohyeon tetap tenang dan mampu mengendalikan dirinya setelah tiga kali wanita itu begitu gusar saat menanyakan informasi tentang Taehyung pada petugas rumah sakit sebelumnya.

Empat kali hari ini Seohyeon menyambangi berbagai rumah sakit di sekitar lokasi kejadian. Dan baru kali ini wanita itu hanya mampu terdiam, memperhatikan bagaimana sang sahabat dengan tenang mempertanyakan keberadaan suaminya pada penjaga rumah sakit yang bertugas. Melihat bagaimana petugas itu turut mencari data pada monitor di hadapannya. Dan berbincang singkat dengan sahabatnya.

“Terima kasih.”

Dengan penuh semangat Hyungsik merangkul Seohyeon untuk membawa wanita itu mengikuti langkahnya. Senyumnya terus mengembang dan membuat Seohyeon paham, bahwa sebentar lagi dirinya akan dipertemukan pada Taehyung-nya, pada suami yang begitu dirindukannya.

“Kita berhasil, Hyeon-ah. Taehyung ada disini,” ujar Hyungsik dengan senyum yang tak menurun dan membawa langkah mereka menuju ruang yang tadi dijelaskan oleh perawat jaga.

Seohyeon tak tahu lagi apa yang dirasanya kali ini. Buncahan rasa lega yang masih dibalut kecemasan akan kondisi suaminya mampu membuat dirinya gemetar hebat.

“Hyeon-ah, kau baik-baik saja?” suara panik Hyungsik terdengar kala ia melihat Seohyeon yang mematung dengan tubuh bergetar dan raut kesakitan.

“Kita menemukannya Hyung-ah?? Kita menemukan Taehyung Oppa? sungguh??”

“Ya, Hyeon-ah, kita akan bertemu dengannya sebentar lagi.” Hyungsik berujar dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Perasaan lega sama-sama dirasakan keduanya.

“Sebaiknya kita segera menuju ruangan suamimu.” Bimbing Hyungsik pada Seohyeon yang masih belum bisa menguasai dirinya.

Hingga akhirnya kaki mereka terhenti di depan sebuah pintu bermotif serat kayu. Nampak tertutup dan membuat degub jantung mereka hampir terlepas. Menghentikan segala kinerja otak mereka akan segala keburukan untuk menjadikan peruntungan terbaik hari ini.

Senyum di wajah wanita itu perlahan naik, melajukan detak jantungnya bertalu hingga begitu kuat. Mendorong perlahan pintu cokelat itu dan menaruh seluruh fokus pandang di depan matanya.

“Siapa kalian?” tanya salah satu pria setengah baya yang tengah berdiri di sisi ranjang pasien yang terkejut atas kehadiran mereka.

Semua mata menoleh. Dimana penghuni ruangan itu tengah berada di antara keluarganya dan membuat Seohyeon berganti terkejut dan melangkah mundur.
l Menerima kenyataan bahwasanya pria dalam ruangan itu bukanlah suami yang dicari-carinya.

“Ahh, maafkan kami, Tuan. Permisi.” Hyungsik menahan tubuh Seohyeon yang terasa melemah. Menguatkan pijakan sahabatnya karena kali ini mereka telah kembali gagal.

Segala harapan yang beberapa saat lalu membumbung tinggi kini hancur sudah. Merasakan kehancuran yang kembali menggelutinya. Bayangan pelukan erat yang akan ia labuhkan untuk Taehyung saat mereka kembali bertemu, nyatanya hanya sesak yang ia dapatkan.

“Dimana sebenarnya suamiku, Hyung-ah?!” ratap sendu Seohyeon sesaat setelah dirinya hanya mampu berjongkok dan meratapi kegagalannya lagi.

“Seharusnya Taehyung disana,” lirih Hyungsik dengan ketidakpercayaannya. “Maafkan aku, Hyeon-ah.”

Feel MeWhere stories live. Discover now