Bab : 05

60 4 1
                                    

—oOo—

Duduk berdua di dalam Lexus bersama Jay, Kia dirundung gelisah tak terbendung dan dilingkupi carut marut yang susah dijelaskan. Ia terus menggigit kuku jemari, sedangkan angannya dinaungi bayangan Jake seorang. Baik senyuman manisnya, maupun kelakuan bejatnya. Semua bergumul menjadi satu.

Perjalanan begitu sunyi. Jay pun seolah tidak berniat membuka mulutnya meski gadis muda di sampingnya kini sangat membutuhkan sebuah penghiburan. Ia hanya melirik sebentar, lalu mengulurkan botol air mineral pada Kia. Gadis itu sempat tersentak karena kaget, lalu tersenyum memaksakan bibirnya untuk mengulas senyum.

"Terima kasih," ucap Kia sambil menerimanya.

Diam-diam Kia mencuri-curi pandang pada pria berwajah tegas di sampingnya. Ia teringat kembali kejadian sewaktu di rumah sakit dan ia merasa buruk karena hal itu.

"Omong-omong, mohon maaf atas kejadian kemarin. It's my bad." Kia menunduk, menatap kedua sepatu putih yang membungkus kakinya.

"Bukan masalah," jawab Jay datar.

"Hm... Boleh kutanya sesuatu?" Kia tampak ragu-ragu. Ia melirik Jay dan menemukan pria itu mengangguk untuknya meski tatapannya tidak berpaling dari jalanan Seoul.

"Lee Heeseung... Siapa dia sebenarnya?"

Hening sesaat. Seakan Jay memang sengaja membuat Kia menunggu jawaban darinya. Padahal sebenarnya ia sendiri pun sedang mencari jawaban yang paling tepat untuk dilontarkan.

"Dia iblis," dan itulah jawaban singkatnya.

"Maaf?" Kia mengerut dahi, khawatir ada masalah dengan pendengarannya. Meski nyatanya memang itulah yang Jay ucapkan.

Jay menoleh, menatap Kia dengan seksama namun masih berekspresi sedatar biasanya.

"Kita sudah sampai."

"Oh?" Kia mengerjap. Ketika melihat ke luar jendela, ia melihat mobil sudah terparkir di halaman apartemen Jake.

Bahkan sebelum Kia sempat menjawab, Jay sudah berada di luar mobil dan membukakan pintu untuk Kia. Mereka berdua pun berjalan beriringan memasuki lift. Bisa Jay lihat kegugupan sedang mengusai diri Kia saat ini. Gadis itu terus menerus meremas tangan seraya menarik napas dalam dan membuangnya dalam desahan panjang. Bahkan saat berada di depan pintu apartemen, Kia enggan menilik layar intercom. Setelah menekan bel pintu, Kia justru bersembunyi di belakang tubuh Jay.

Hening bergulir dari waktu ke waktu. Membuat Kia mengerut dahi. Ia menilik arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Masih pukul delapan malam. Jake seharusnya berada di rumahnya. Menggulung lengan kemeja setinggi siku, menyeruput kopi sambil duduk santai di ruang televisi —agenda rutin pulang kerja.

"Apa dia masih di kantor?" gumam Kia pelan.

Jay sempat melirik ke arah gadis setinggi bahunya itu sebelum atensinya dicuri oleh suara pintu yang terbuka.

"Kenapa baru pulang? Aku lapar." Suara seorang gadis dari dalam apartemen.

Gadis itu menguap, seolah baru bangun dari tidurnya. Rambut pendeknya berantakan, sementara tubuhnya hanya dibalut baju tidur tipis yang sempat membuat Jay tidak nyaman melihatnya.

Kia menatapnya. Sorot matanya menajam dalam amarah. Dapat Jay lihat kepalan tangan Kia bergetar di garis jahitan celana.

"Di mana Jake?" tanya Kia dingin.

"Oh, Kia... Kenapa tidak masuk dan menunggunya di dalam? Jake belum pulang kerja." Gadis itu tersenyum canggung.

Kia menatap gadis itu dari ujung kaki ke ujung kepala. Membuat gadis itu tampak risih dengan apa yang membungkus tubuh rampingnya saat ini.

BLACK ACEWhere stories live. Discover now