Bab : 07

52 5 2
                                    


Setelah beberapa hari berlalu, Sekarang Kia sudah mulai terbiasa dengan Sunoo dan Jungwon meskipun saat menjaga mereka Kia masih sering melamun sehingga si kembar mengeluh karena merasa terabaikan. Sementara Sunoo merengek sambil terus menempeli Kia, Jungwon terlihat sedang menelisik sesuatu dengan terus menatap wajah Kia.

"Apa Noona sakit?" tanya Jungwon sambil memegangi kening Kia, membuat gadis itu terperajat.

"O-oh, tidak. Aku baik-baik saja." Kia berusaha melengkungkan senyum di wajah sendunya.

Tetapi hal itu tidak serta merta membuat Jungwon percaya padanya. Si kecil berlesung pipit itu justru bersendekap sambil menatap tajam.

"Kalau begitu Noona pasti sedang patah hati."

Kedua mata Kia terpaksa membola mendengarnya.

"Patah hati itu apa?" Sunoo memiringkan kepala, menatap Kia dengan binar yang dipenuhi rasa penasaran. Sungguh menggemaskan.

Kia tertawa. Ditariknya lengan Sunoo dan Jungwon agar mendekat padanya. Diusapnya dua punggung kecil itu secara bersamaan.

"Kakak baik-baik saja. Sungguh."

Jungwon menggeleng. "Bohong. Apa Hee Hyung memarahimu? Apa dia membuatmu sedih?"

"Tentu tidak. Hee Hyung sangat baik. Dia mengizinkan aku tinggal di sini bersama kalian dan aku sangat bersyukur karenanya."

Entah Kia bisa mengklaim alasan ini sebagai kebenaran ataukah kebohongan. Faktanya ia tinggal di sini atas kemauannya sendiri karena tidak ingin pulang. Tetapi di sisi lain ada sebuah paksaan yang membuatnya bertahan di sini sampai sekarang. Salah satunya adalah ucapan Heeseung kemarin. Bahwa pria berhidung tinggi itu rela menjadi kartu As untuknya. Sebuah senjata pamungkas yang bisa ia gunakan untuk menghabisi lawan dari permainan hidup ini.

Jake Sim.

Ah, sial. Kia jadi mengingat pria itu lagi.

"Bagaimana kalau sekarang bermain ular tangga?" Kia bertanya dengan ekspresi wajah riangnya. Membuat wajah Sunoo menjadi cerah seketika.

"Aku mau! Aku mau!" riang Sunoo.

"Yey!!!" Jungwon bertepuk tangan.

"Kenapa kalian sangat senang? Apakah aku ketinggalan sesuatu?" tanya Heeseung yang baru saja memasuki kamar.

Kia, Sunoo, dan Jungwon serempak menoleh. Sunoo melompat-lompat senang, menceritakan perihal permainan yang hendak mereka mainkan, sedangkan Jungwon beranjak ke lemari khusus penyimpanan mainan mereka, mengambil papan ular tangga.

Lain dari si kembar, Kia justru membuang muka. Ia terlalu enggan untuk bersitatap dengan Heeseung. Perasaan malu, canggung, dan marah masih tersisa di dinding-dinding hatinya yang keras. Heeseung tahu itu. Bahkan hanya dengan menatap gadis itu saja, ia sudah tahu bahwa Kia tidak nyaman berada di sekitarnya.

"Bagaimana jika kita buat taruhan?" tanya Heeseung pada kedua adiknya setelah mengambil tempat duduk di sisi Kia dan merangkul bahunya.

Kia terperajat. Ia menatap datar pada Heeseung namun pria itu justru mengusap lembut lengan atasnya sambil berkata;

"Siapapun yang menang akan mendapat ciuman dari yang kalah. Bagaimana?"

"Wah, itu pasti seru!" kata Jungwon.

"Seru! Seru!!" Sunoo berputar-putar sambil menggoyang-goyangkan kedua tangannya.

"Bagaimana, hm?" Heeseung memastikan jawaban Kia.

Tatapan keduanya sempat bertemu. Bisa Kia rekam senyuman manis yang terulas di wajah tampan Heeseung. Tetapi tatapan itu kembali ia campakkan bersama jawab;

BLACK ACEWhere stories live. Discover now