Lipatan Sajadah Hijau

1 0 0
                                    

Sajadah merupakan salah satu alat perlengkapan shalat yang entah kapan dimulainya menjadi suatu peralatan yang lazim digunakan oleh kaum muslimin di Indonesia ini. Tidak begitu lazim digunakan oleh kaum muslim di belahan dunia lain selain di negeri ini. Secara fungsi tentu memiliki fungsi yang cukup penting, mungkin iklim kita tropis sehingga sering berdebu atau lembab karena musim hujan atau karena basah sehabis diguyur hujan. Sehingga tempat untuk bersujud menjadi kurang bersih atau dianggap tidak suci maka dibutuhkan sehelai kain yang bersih untuk dijadikan alas guna memastikan tempat untuk bersujud dan shalat itu suci dan bersih dari berbagai najis yang dapat membatalkan shalat.

____________________________________________________________

Berbeda dengan warna-warna lain, warna hijau identik dengan nuansa ke-Islaman, setidaknya itu yang terbangun dalam diri masyarakat Islam, baik lambang Muhammadiyah, NU, maupun ormas-ormas Islam lainnya, hampir kesemuanya menggunakan warna dasar atau warna latarnya hijau. Mungkin juga karena alasan ini santri waktu itu lebih memilih mengenakan sajadah yang berwarna hijau, walaupun saat itu ada beberapa warna lain yang cukup memikat untuk dijadikan warna sajadah milik santri.

Lalu haruskah seorang santri membawa sehelai sajadah, tentu jawabannya tidak, samasekali tidak diharuskan atau diwajibkan untuk menenteng sehelai sajadah. Namun manfaat dari sajadah itu cukuplah banyak jika ingin dibahas agak rinci, apalagi berdasarkan pengalaman pribadi seorang santri. Saat usai shalat dan ingin memperbanyak doa atau dzikir, sehelai sajadah itulah yang dapat memisahkan diri kita dengan diri jemaah lainnya, bahkan dengan diri binatang atau serangga yang sesekali ingin melintasi daerah tempat ibadah kita. Selama masih di luar wilayah sajadah kita biasanya kita abaikan saja binatang seperti serangga dan lainnya, kecuali jika ia sudah berani masuk di hamparan sajadah yang kita gelar itu, maka mau tidak mau kita singkirkan tanpa kita harus binasakan kecuali membahayakan diri keselamatan manusia. Seperti binatang yang bisa mengeluarkan bisa atau racun yang mematikan.

Sehingga sebenarnya sajadah itu sangat bermanfaat bagi kita, terlebih lagi saat tiba musim penghujan yang membuat lantai dingin atau lembab, maka jika tidak dialasi karpet atau tikar atau sejenisnya, karuan saja akan membuat tidak tahan lama duduk bersilah atau bersimpuh di atas lantai. Lalu bagaimana jadinya jika seorang santri yang harus menghafal, membaca suatu kitab atau buku selama berpuluh-puluh menit bahkan berjam-jam tanpa sajadah ? Menjadi mustahil adanya jika seorang santri tersebut tanpa berbekal sehelai sajadah.

Berkaitan dengan lipatan sajadah, tentunya ini memiliki cerita tersendiri yang mungkin pernah dimiliki oleh orang lain, oleh karena mungkin faktor kebetulan saja. Teman santri yang bernama Anwar selalu bilang ke teman-teman santri lainnya; " Peralatan secanggih apapun jelang tidur malam yang ada di seluruh pondok pesanten ini beserta seisi-isinya tidaklah seberguna dan semanfaat dengan lipatan sajadah ini, sebagai penghantar tidur kita di tiap malam ...setelah sarung " Hampir tidak pernah terlewatkan kata-kata mutiara tersebut tadi selalu Anwar ulang-ulang jelang tidur di tiap malam jelang tidurnya berderet dengan kami itu, selama bertahun-tahun selama nyantri di pesantren tersebut. Teman-teman santri lainnya pun semua mengamini tanpa terkecuali, dengan kata-kata amien layaknya sedang mengamini dari suatu rangkaian do'a agar lekas selesai retorikanya jelang tidur itu, karena semua ingin lelap dalam tidurnya masing-masing.

Terdengar dari pojokan masjid ada seorang teman santri yang sedang mendendangkan puji-pujian yang sebenarnya berasal dari syair terkenal dari penyair termasyhur di zaman Bani 'Abbasiyah dalam kisah seribu satu malamnya. Walaupun terdengar pelan tapi karena yang mendendangkan kidung ini dari seorang qari atau pembaca al-Quran yang suaranya memang merdu, sehingga terdengarnya pun menjadi syahdu di malam hari di pojok masjid dekat mihrab imam pak kyai sehingga suaranya menggema...

إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً

وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ

Hikayat Cinta Seorang SantriWhere stories live. Discover now