Chapter 4

374 35 2
                                    

Chapter 4 loading. . . Complete!
Chapter 4:
{🍀Sebuah Permintaan🍀}
{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}
______________________________

"Aku benci ini tapi. . ."

Setelah Rev. Thorn mengatakan hal tersebut, ia langsung bangkit dari posisi duduknya dan langsung memukul Rev. Hali. Seluruh yang ada di sana tersentak, terlebih lagi Rev. Hali yang sampai muntah darah akibat pukulan Rev. Thorn yang cukup keras.

"Wah wah wah, kau sudah mulai berani melawan ya?" Tanya Rev. Hali lalu menghapus bekas darah yang ada di mulutnya.

"Cih, aku berani melakukan ini karena kau bukan saudaraku yang asli" Jawab Rev. Thorn dan kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul Rev. Hali tapi sebelum dia dapat memukul Rev. Rev. Hali untuk yang kedua kalinya, dia lebih dulu yang di setrum oleh alat penyetrum milik Rev. Gempa.

"Cih, dasar lemah. Padahal cuman di setrum dianya langsung pingsan" Ejek Rev. Blaze lalu beranjak dari sana.

"Hmm. . . Mari kita kurung dia di gudang, itu hukuman untuknya karena mulai melawan" Ujar Rev. Hali lalu menyeret tubuh Rev. Thorn yang kini sedang tidak sadarkan diri.

". . . Firasatku kenapa tiba-tiba menjadi buruk. . .?" Lirih salah satu dari Reverse yang untungnya tak didengar oleh yang lainnya.

Sekarang kita pergi ke dimensi original ✨(Entah kenapa saya punya lebih banyak ide kalau dimensinya ada di original :v)

". . . Apa. . . Apa Yang telah terjadi. . .?" Tanya Thorn kepada dirinya sendiri seraya mencoba mengumpulkan nyawanya, matanya masih terasa berat tapi Thorn tak ada niatan untuk tidur saat ini.

"Udah bangun ya Thorn? Bagaimana perasaanmu saat ini, udah mendingan?" Tiba-tiba Gempa datang bersama saudaranya yang berada di belakangnya.

"Masih sedikit pusing. . . Oh iya, aku minta maaf. . ." Lirih Thorn sambil menundukkan kepalanya.

"Huh, gak papa. Lagipun ini salah bang Hali yang main cekik kamu" Ucap Gempa sambil mengelus lembut surai kecoklatan milik Thorn. Taufan yang berada di dekat Hali pun menyenggol lengan Hali.

". . . Thorn. . . Aku minta maaf, aku terlalu terbawa emosi kemarin" Tutur Hali dengan tatapan dingin, namun di dalam lubuk hatinya yang terdalam ia merasa sangat bersalah pada Thorn.

"Aku sudah memaafkanmu, Hali. Lagi pula aku tak suka mendendam. Kau tau itu kan?" Kata Thorn dengan senyuman kecilnya.

'Lagi-Lagi. . . Dia tak memanggil kami dengan sebutan "abang". Sebenarnya. . . Apa yang terjadi pada Thorn?' Batin Taufan sambil terus memperhatikan Thorn dari atas kepala sampai ujung kaki.

". . . Kenapa fan?" Tanya Thorn yang cukup terganggu karena terus di perhatikan oleh Taufan.

". . . Hanya memikirkan sesuatu kok, kau tidak perlu khawatir, Thorn" Jawab Taufan dengan penekanan di akhir kata.

"Kalau boleh tau. . . Kau mikirin apa sampai terus memperhatikanku sejak tadi?" Tanya Thorn lagi yang berhasil membuat Taufan bingung untuk menjawab apa.

"Emm. . . Aku tau ini aneh tapi apa kau bisa jujur pada kami, Thorn?" Ucap Taufan yang membuat Thorn kebingungan. Bukan Thorn saja yang kebingungan, tapi semua yang ada di sana kecuali Taufan juga ikut bingung. Tanpa banyak ba bi bu, Thorn pun hanya mengangguk walau perasaannya terasa buruk. Entah apa yang akan ditanyakan oleh Taufan.

"Aku sudah curiga denganmu beberapa hari ini, jadi ku mohon jawab pertanyaan ini dengan jujur tanpa adanya kebohongan" Ucap Taufan lagi dan membuat semua yang ada di sana bertambah kebingungan dengan ucapan Taufan. Taufan pun menghela nafasnya sebelum bertanya kepada Thorn.

Berbeda duniaWhere stories live. Discover now