Sudah Ada yang Punya

36 15 6
                                    

Selamat membaca

“Dek, besok ada waktu buat bantuin Kakak, enggak?” Yusra mendekati Cakra dengan membawa beberapa potong gamis dan jilbab yang dikemas ke dalam plastik transparan.

“Jam berapa dan bantuin apa?” tanya Cakra memastikan.

Sebelum memutuskan untuk membantu atau tidak, segala sesuatu harus jelas di awal bukan?

“Jamnya besok baru dikabarin. Nganterin baju-baju ini ke tempat orang,” timpal Yusra.

“Boleh, sih, besok ingetin aku lagi aja, Kak,” pinta Cakra.

“Sip!” Yusra mengangkat ibu jari tangan kanannya tepat di depan hidung Cakra.

“Ini kamu mau ke mana? Tumbenan rapi banget?” Yusra bahkan mengendus di sekitaran badan Cakra. “Wangi lagi,” imbuhnya berceletuk.

“Danu ngajakin ketemu, Kak. Ya, kali aja ada info pekerjaan buat aku." Cakra masih berusaha mencari lowongan kerja yang sesuai.

Yusra manggut-manggut. “Eh, pulangnya malam, enggak?”

Cakra mengangkat kedua bahu dan menjatuhkannya dalam hitungan detik. “Belum tau juga. Kenapa, Kak?”

“Kakak titip es krim yang waktu itu dong.” Yusra jadi menyukai es krim hits yang kebetulan buka cabang tidak jauh dari rumah mereka.

“InsyaAllah nanti aku beliin, ya.”

Kali ini Yusra menautkan ibu jari dan telunjuknya membentuk sebuah bulatan, sementara tiga jari lain dibiarkan berdiri. “Oke!”


***

Belinda menggeleng gemas melihat tingkah Starla. Pasalnya, Starla mengundang beberapa anak jalanan unuk mencicipi es krim di kedai mereka. Semua itu Starla lakukan secara spontan saat melihat beberapa bocah di seberang jalan.

“Sekali-sekali nyenengin orang lain kan enggak dosa, Bel. Dapat pahala, loh,” celetuk Starla enteng karena Belinda sejak tadi mengerucutkan bibir.

“Pahala, sih, pahala. Untungnya kita enggak ada, Starla!” Geraman Belinda tertahan karena enggan membuat keributan.

“Bel, selain memperbanyak tabungan di dunia, kita juga perlu nabung buat keperluan akhirat tau. Kamu diajakin berbuat kebaikan kok malah manyun,” cibir Starla.

Belinda hanya mendesis kesal. Tidak menemukan kata yang tepat untuk mendebat Starla. Senyum tipis penuh kemenangan tersemat pada bibir tebal Starla. Mampu mengalahkan perdebatan dengan Belinda adalah sesuatu yang patut untuk dibanggakan.

“Permisi.” Suara baritone yang khas membuat Starla serta-merta menoleh.

“Ya. Mau pesan apa, Mas?” Belinda bergeral lebih cepat dari Starla dan langsung menghampiri konter pemesanan.

“Bel. Aku aja.” Starla menggeser Belinda dan mendorong tubuh yang lebih kurus darinya itu. “Kamu urusin aja itu anak-anak.”

Belinda yang melihat gelagat mencurigakan Starla itu memicingkan mata. Dia lalu bersungut kesal ketika Starla mengusirnya dengan gerakan kedua tangan.

“Ada yang bisa aku bantu?” Starla menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, senyum manis terulas khusus untuk pemuda jangkung yang kini menatapnya dengan kedua alis nyaris bertaut.

“Saya mau beli es krim. Enggak mau dikasih gratis lagi,” jawab pemuda di hadapan Starla yang terhalang meja konter.

Starla terkekeh kecil. Lantas menanyakan pesanan si pemuda dan mencatatnya.

Closer to You (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang