Jangan Berhenti

39 17 19
                                    

Mumpung ada sinyal, update sekarang aja ya🫣

Selamat membaca

“Ibu sama Kak Rara kenapa? Kok mukanya pada cemberut kayak gitu?” tanya Cakra di sela suapannya.

Pak Ramdan yang sedang mengunyah makanan pun ikut melirik dua perempuan itu secara bergantian. Bu Aisyah menghela. Yusra juga, bahkan bibirnya manyun. Mereka berdua sedang memikirkan perasaan Starla setelah mendengar gunjingan para tetangga secara terang-terangan. Meskipun tadi Starla tetap menampakkan senyuman manis, Bu Aisyah dan Yusra yakin hati perempuan itu tidak baik-baik saja.

“Bu, ada masalah apa? Kenapa pada cemberut?” Pak Ramdan mengulangi pertanyaan Cakra.

“Ayah belum beliin baju lebaran buat Ibu sama Kak Rara kali,” timpal Cakra mencoba melucu.

Sayangnya, percobaan Cakra gagal total, tidak ada yang tertawa.

Yusra mendengkus. “Rara lagi mikirin Starla,” ujarnya lirih.

“Starla kenapa?” Cakra tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

Pak Ramdan berdeham lirih. Lelaki itu yakin betul Cakra belum memberi tahu siapa-siapa mengenai kegelisahannya terhadap sosok Starla. Namun, reaksi Cakra barusan cukup berlebihan dan bisa menimbulkan kecurigaan.

Menyadari teguran berupa kode dari Pak Ramdan, Cakra pun meenggaruk tengkuk. Raut wajahnya berubah canggung. Dia lantas menekan rasa penasarannya agar tidak lagi menimbulkan reaksi berlebihan seperti tadi.

“Tadi tuh ibu-ibu tetangga lagi kumpul buat bahas pembagian zakat fitrah nanti. Terus Starla datang, mereka pada fitnah Starla yang enggak-enggak,” celetuk Bu Aisyah.

Yusra melipat bibir ke dalam. Sejatinya omongan ibu-ibu tetangga tidak bisa disebut sebagai fitnah juga, kecuali tentang foto di kelab malam bersama seorang lelaki yang sudah dikonfirmasi sebagai berita palsu. Starla memang dulu banyak mengunggah foto yang berani menampilkan kemolekan tubuhnya. Akan tetapi, bukan berarti orang-orang bebas mendakwa Starla sesuka hati mereka, seolah gadis itu paling hina dan tidak layak mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri.

Lebih dari itu, Yusra tahu apa yang Starla lakukan tersebut adalah bagian dari profesionalitas kerjanya. Lagi pula, saat ini unggahan di akun Starla mulai berkurang banyak. Starla tidak lagi memajang foto-foto yang mengumbar aurat. Setiap foto endorse diunggah dengan cara yang berbeda.

“Kasihan Starla, dia pasti berusaha banget buat berubah. Enggak seharusnya orang-orang selalu berpaku pada masa lalu. Starla memang dulu kayak gitu, tapi sekarang udah enggak. Semua postingan dia yang buka-bukaan udah enggak ada.” Yusra menjelaskan panjang lebar yang dia tahu tentang Starla. 

Pada detik berikutnya Yusra menggigit bibir kuat-kuat. Dia sadar sudah keceplosan berbicara tentang Starla di depan keluarganya. Yusra yakin kalau ayah dan ibunya belum tahu banyak soal Starla terutama tentang bagaimana penampilan gadis yang tidak terlalu mereka kenali itu.

“Eung ... maksud Rara ... “ Yusra kebingungan mencari kalimat untuk meralat ucapan yang sudah telanjur dia lontarkan sebelumnya.

“Setiap orang punya kesalahan dan dosa masing-masing. Kamu benar, Ra, enggak seharusnya kita hanya fokus sama kesalahan yang dibuat oleh orang lain di masa lalu.” Pak Ramdan menyelamatkan Yusra dari kebingungan yang dibuat sendiri.

Suara decitan kursi yang terdorong ke belakang, membuat semua mata menaruh fokus ke arah Cakra yang kini berdiri dari duduknya.

“Mau ke mana, Dek?” tanya Bu Aisyah dengan heran.

Closer to You (Tamat) Where stories live. Discover now