Bab 3

261 22 3
                                    

Deru nafas submissive cantik itu berhembus teratur, menandakan Baekhyun sudah tertidur lelap. Dengan gerakan pelan Chanyeol mendudukkan dirinya di tepi ranjang membelakangi istrinya.

Sejenak pria itu hanya duduk diam setelah mengusap wajahnya, lalu ia bawa tubuh besarnya memungut pakaian dalam dan memakainya. Ia berjalan sambil membawa sisanya dan memasukkan ke dalam keranjang pakaian kotor.

Semua sudah terlanjur terjadi. Keadaan ini tak bisa dikembalikan seperti beberapa waktu yang lalu meskipun sangat ingin dilakukan.

Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan membawa air hangat dalam wadah dan juga handuk kecil.

"Kau pasti sangat jijik jika bangun nanti, mencium bau seperti ini."

Dengan lembut Chanyeol mengelap tubuh telanjang Baekhyun, membersihkan cairan lengket itu dengan air hangat. Saat matanya menangkap bercak darah di atas sprei putih yang ditiduri istrinya, Chanyeol benar-benar merasa sangat buruk. Ia seperti monster.

"Maafkan aku," ucapnya amat lirih.

Bagaimana bisa, Chanyeol percaya ucapan orang tak sadar sepenuhnya. Dan bagaimana Chanyeol melakukan itu pada orang mabuk. Dia mengutuk dirinya yang begitu bodoh melanggar janjinya sendiri.

Setelah memakaikan Baekhyun piyama dan menyelimutinya, Chanyeol memakai pakaian seadanya dan keluar dari kamar.

Dia berjalan menuruni tangga rumah besar itu. Semua lampu masih padam, hanya sinar bulan penuh yang memberikan cahaya remang. Ia bawa tungkai kakinya keluar dari rumah dan duduk di taman dekat kolam renang.

Angin dingin menerpa wajah serta tubuhnya, berharap angin malam bisa meredakan panas yang bersarang dalam dadanya. Chanyeol menatap nanar cahaya lampu dari pantulan air kolam yang tenang.

Pikiran pria berusia tiga puluh dua tahun itu melayang jauh, melihat ke belakang.

Mendapat beasiswa pendidikan adalah ibarat mendapat sebongkah emas bagi anak dari keluarga tidak mampu seperti Park Chanyeol. Dengan semangat tinggi ia mengemas ranselnya dan pergi ke Seoul untuk pertama kali. Ia belajar sambil bekerja part time demi bisa mendapat gelar sarjana. Dalam hati menegaskan, ia hanya ingin memiliki hidup yang baik dan membantu sang ibu untuk menyekolahkan adik-adiknya.

Semua berawal dari profesornya jatuh sakit dan Chanyeol diberi wewenang menjadi asisten beliau. Membuat pemuda itu pertama kali bertemu dengannya.

Dia yang sangat cantik, Chanyeol melihatnya pertama kali saat anak itu memakai seragam musim panas. Mungkin seusia dengan adik keduanya, Seulgi. Mata bulan sabit anak itu melengkung, sangat menawan kala tersenyum.

Dia adalah cucu dari profesor Byun. Chanyeol merasakan aneh pada jantungnya, ia bahkan tidak bisa berkedip hampir satu menit. Saat mata indah itu bertemu dengan pandangannya.

Ia merasakan yang kata orang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi benarkah?

Chanyeol juga tidak yakin, tapi hatinya menghangat saat melihat dia tersenyum. Hanya itu dan baginya sudah cukup menyenangkan. Chanyeol bahkan tidak memiliki niat untuk mendekati. Dirinya pun tahu diri. Lagi pula dia tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu. Chanyeol bertekad harus sukses dan membawa keluarganya keluar dari kemiskinan, barulah mencari kebahagiaan sendiri. Prinsip itu ia bangun sedari kecil.

Chanyeol sudah merasa bahagia melihat Byun Baekhyun dari layar ponselnya.

Saat semangat hidup menurun, ia akan mendapatkan semangat lagi berkali lipat hanya dengan menonton drama atau siaran yang terdapat sosok cantik tersebut.

Windflower ; ChanbaekWhere stories live. Discover now