Bab 9

284 20 4
                                    

Pyar!

Nampan berisi bubur itu terlempar dan jatuh ke lantai. Chanyeol menatapnya kaget, usahanya dari pagi buta untuk memasak itu kini berakhir sia-sia. Bubur abalon kesukaan Baekhyun berakhir di lantai, berserakan dimana-mana.

"Kau ini waras atau tidak? Menyuruhku sarapan sepagi ini!" bentak si pelaku pelemparan tadi. Siapa lagi yang tukang marah di rumah mereka kalau bukan Baekhyun.

Ini memang masih jam setengah enam pagi, Baekhyun juga belum berniat untuk bangun. Namun penciumannya harus terganggu dengan bau masakan di kamarnya. Membuatnya ingin muntah saja.

"Aku harus berangkat lebih pagi hari ini, jadi ku bawakan sarapanmu sekarang supaya kau tidak perlu repot keluar kamar nanti," jawab Chanyeol dengan sabar. Lalu berjongkok dan mulai memunguti pecahan mangkuk lebih dulu.

Baekhyun berdecak kesal, "memang kau pikir aku ini lumpuh, tidak bisa ambil makan sendiri, hah?" teriaknya. Lelaki cantik itu kemudian bangkit dari tempat tidur. Begitu terganggu dengan keberadaan suaminya, jadi lebih baik ia keluar saja.

Sejak kepulangan mereka dari Busan beberapa hari yang lalu, Baekhyun memang jatuh sakit. Hal itu cukup menguji kesabaran Chanyeol ditambah emosi Baekhyun yang kian meledak-ledak seperti saat ini. Sepertinya Baekhyun masih belum bisa melupakan kejadian di Busan tempo hari. Chanyeol maklum saja, Baekhyun memang akan sulit melupakan sesuatu yang membuatnya kesal.

Park Chanyeol harus berangkat sesegera mungkin untuk menghadiri kelas pagi, namun sekarang ia malah menggulung lengan kemejanya, membersihkan kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Dia harus mengepel lantai kamar agar tidak meninggalkan bau tak sedap.

Dimana ada pria sesabar itu di dunia ini? Mungkin hanya orang-orang yang hatinya dibutakan oleh cinta. Seperti Park Chanyeol sekarang.

Setelah membereskan semuanya, Chanyeol menghampiri Baekhyun yang duduk di ruang tengah. Istri cantiknya itu masih memakai kemeja tidur, melamun menatap langit mendung di luar.

Chanyeol mendekat, lalu menaruh sesuatu di meja depan Baekhyun. Itu kunci mobil.

"Untuk sementara kau pakai saja mobilku. Mungkin beberapa bulan lagi kita bisa membeli mobil baru yang kau inginkan," kata Chanyeol.

Baekhyun hanya melirik malas, tak ingin menanggapi ucapan suaminya.

"Aku berangkat sekarang. Tolong jangan pergi kemana pun sebelum bus jemputan Sehun datang." Setelah mengucapkan itu Chanyeol meninggalkan istrinya sendiri di sana.

Chanyeol mengambil tas kerja dan memakai swetter hangat lalu berjalan ke luar rumah. Ia tak lupa membawa payung lipat. Ramalan cuaca mengatakan hari ini akan ada hujan ringan, jadi tidak ada salahnya berjaga-jaga.

"Ini akan menjadi perjalanan panjang," gumam Chanyeol begitu keluar dari rumah. Pria tinggi itu mendesah seolah mengeluh, tapi bibirnya senantiasa tersenyum.

Lewat pintu kaca yang terhubung dengan taman kecil tempat bermain Sehun, Baekhyun bisa melihat suaminya berjalan menjauh dari rumah. Bodoh sekali, batinnya. Padahal Baekhyun tidak serius meminta mobil saat itu. Ia hanya asal bicara karena kesal.

Tentu ia tahu Chanyeol tidak punya cukup uang untuk membeli mobil baru yang dia inginkan. Uang Chanyeol pasti sudah habis untuk pembangunan rumah ini dan segala isinya. Baekhyun tidak bodoh untuk mengetahui seberapa besar suaminya itu menghabiskan biaya agar mereka dapat pindah dari apartemen kecil mereka di Seoul.

Tapi ini percuma. Apapun yang Chanyeol lakukan untuknya, Baekhyun masih tidak bisa bahagia.

Tiba-tiba gerimis jatuh, Dari jarak yang sudah lumayan jauh, ia dapat melihat Chanyeol mulai memakai payungnya. Lelaki cantik itu lantas mendengus pelan.

Windflower ; ChanbaekWhere stories live. Discover now