Rintik kedua puluh empat

2.7K 292 20
                                    

sorry ya aku gabisa aesthetic, masih ada yang nungguin ga nih??????? lagi mood banget nih upload Hujan's story.

H E R E  W E  G O!!

***

Hujan menutup pintu apartemennya, ditangannya  terdapat setangkup roti yang telah di gigit. Sembari berlari menuju lift gadis itu mengunyah sarapannya.

"Gila! gila! baru juga masuk udah telat aja gue," gumamnya.

ting

suara lift berdentang membuat sang gadis segera merangsek masuk. Ia dengan buru-buru menekan angka menuju basement.

"Hai!" sebuah suara menyapanya, membuat kepala gadis itu tertoleh.


"Siapa?" Hujan berbalik dan tersentak kaget ketika sebuah suara menyapanya.

"Anjir lo bisa ga sih ga muncul kek setan? kaget tau gak!" Hujan mendelik melihat respon Bumi yang terkekeh kepadanya.

"Sorry sengaja, lo kek orang stress senyum-senyum sendiri gitu," ujar Bumi, yang membuat Hujan semakin mendelik.

"Apasih lo, sokap! lo ngapain kesini?" tanya Hujan.

"Ngapelin lo," Bumi menjawab iseng.

"Ngawur, beneran deh lo ngapain kesini? Mood gue udah bahagia ya. liat muka lo jadi sepet nih pagi gue yang cerah,"

"Gausah denial, gue tau lo kangen gue," jawab Bumi sembari menaik turunkan alisnya kearah Hujan.

"Idih jamet," Hujan memutar bola matanya, bibirnya mengerucut membuat Bumi refleks mengulurkan tangan dan mencubit pipinya.

"AW!! Sakit ihhh!!" Hujan menyentak tangan Bumi, mengusap pipinya pelan.

"Gemes," Bumi terkekeh, tangannya kembali terulur, menyingkirkan tangan Hujan. Mengganti dengan tangannya sendiri.

"Apasih, sana ih," Hujan berusaha berkilah, matanya melirik kesana kemari, menghindari tatapan Bumi.

"Loh beneran, gemes gini kok," Bumi kembali terkekeh, tangan yang bebas, merambat kearah pinggang Hujan. menariknya pelan. Membuat posisi mereka hampir berpelukan.

"Gue mau jemput lo," bisik Bumi

"Nanti pulang sama gue, I have something for you," lanjutnya.

"A-apa?" sialan! kenapa Hujan jadi gagap begini. Pipinya sedikit memerah, agak gugup melihat Bumi dari dekat.

"Sesuatu yang pastinya bikin lo seneng," jawab Bumi pelan, membuat Hujan semakin mati kutu.

Ting!!

CUP!

Bersamaan dengan suara lift yang berdentang, Bumi dengan cepat mengecup pipi Hujan. Membuat wajah gadis itu memerah. Cukup blank dengan tindakan Bumi membuatnya tidak sadar bahwa kini ia tengah ditarik untuk keluar dari lift.

"Gue tau lo salting, tapi jangan bengong. Ayo naik," Hujan bahkan tidak sadar bahwa Bumi kini tengah memakaikannya sebuah helm.

Cerita HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang