Bagian 33

161 22 4
                                    

Apakah kalian tau rasanya ketika orang yang kalian suka mengajak kalian untuk bertemu? Ya rasanya sangat menyenangkan, sangat menggelitik hati. Seperti apa yang saat ini sedang di rasakan oleh Primily. Perempuan itu sangat senang saat mendapatkan pesan dari Nanon, lelaki itu mengajaknya untuk bertemu di salah satu caffe yang nanti akan Nanon kirimkan alamatnya.

Primily saat ini baru saja selesai mandi dan berpakaian ia duduk di depan meja rias lalu memulai acara berdandannya. Primily harus berdandan secantik mungkin ia tidak boleh terlihat jelek di depan Nanon. Meski ia memang cantik dan tidak pernah jelek tetap saja harus terlihat lebih cantik dan anggun lagi.

Mengoleskan sedikit lip tint di bibirnya, Primily meraih sebotol parfum bermerk lalu menyemprotkan ke seluruh tubuhnya. Jangan lupa wangi itu perlu agar bisa memikat sang pujaan hati.

"Sempurna" ucap primily yang kagum melihat betapa cantiknya ia pada pantulan cermin. Primily terlihat begitu cantik rambut yang di jepit setengah, dress putih selutut dan polesan pada wajahnya yang begitu pas siapapun yang melihatnya pasti jatuh hati.

Primily memasukan ponselnya ke dalam tas kecil yang nantinya akan dia bawa sebelum keluar dari dalam kamar ia menyempatkan diri untuk kembali berkaca di depan cermin. Primily tersenyum begitu puas.

Menuruni anak tangga satu persatu telinga Primily kembali mendengar keributan yang perempuan itu yakin kalau orang tuanya lah yang sedang bertengkar. Primily menghembuskan nafasnya jengah sudah hampir sebulan ia terus mendengar perkelahian yang tidak ada ujungnya ini.

"Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Kau saja bisa mengapa aku tidak?!!!" Ucap seorang lelaki paruh baya yang tengah berteriak. Lelaki itu adalah ayah Primily panggil saja Joss

"Kau tidak bisa seperti itu Joss! Kau tidak memikirkan putri Primily?" Kata Fern—ibu Primily

"Aku memikirkannya sangat memikirkannya meski ia bukan ANAK KANDUNGKU!! TAPI HASIL DARI PERSELINGKUHAN MU FERN!!" suara Joss meninggi emosinya sudah di ambang batas. Primily tentu saja mendengar semuanya suara mereka benar-benar besar ia yakin seluruh pembantu di rumah ini mendengarnya. Satu fakta yang baru Primily tau ia bukan anak kandung ayahnya melainkan anak dari hasil perselingkuhan ibunya.

Primily sangat marah pada ibunya karena menyembunyikan fakta itu darinya, benar-benar sakit rasanya mengetahui hal ini lebih sakit dari apapun.

Primily tau pertengkaran siang ini terjadi karena Fern mengetahui Joss yang pergi minum-minum di sebuah bar dan berakhir tidur dengan wanita jalang di sana. Marah? Tentu saja Primily tidak marah pada ayahnya. Meski begitu Joss tidak pernah kasar pada Primily selalu menyempatkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberi kabar pada Primily meski hanya mengirimi pesan bertanya apakah dia sudah makan atau belum, uang jajan yang di kasih masih ada atau sudah habis, mengirimkannya makanan, mengingatkannya untuk tidur cepat dan tidak boleh bergadang hanya perhatian kecil tapi Primily sangat mengindahkan nya. Berbeda dengan Fern yang sibuk dengan kekasihnya.

Selama ini Primily di bohongi bukan hanya fakta kalau ia anak perselingkuhan tapi juga karena Fern selalu berbohong kalau ia sibuk kerja sehingga tidak punya waktu padahal sebenarnya ia sedang menghabiskan waktunya dengan kekasih sialannya itu.

Fern terdiam mendengar ucapan yang keluar dari mulut Joss "J-joss?" Jadi lelaki itu sudah tau?

"Kenapa? Kau kaget aku mengetahuinya? Aku sudah mengetahuinya sejak lama tapi aku diam saja karena aku sudah sangat lama ingin punya anak perempuan. Dan ketika kau hamil aku sangat senang kau tau itu Fern kau melihat semuanya. Melihat bagaimana aku mencintaimu, melihat bagaimana aku menjaga dan merawat mu, memanjakan mu bahkan aku sampai rela bekerja di rumah hanya demi menemanimu. Tapi ternyata anak yang ku nanti-nanti bukanlah anak ku" nafas Joss memburu ia mati-matian menahan diri untuk tidak mencekik leher perempuan yang berada di depannya

Masih Ada Sisa Rasa Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz