Bagian 36

229 28 9
                                    

Ohm memandangi Nanon menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia sangat terkejut dengan ucapan yang di lontarkan oleh Primily. Calon suami katanya?

"Apa maksudnya calon suami?" Tanya Ohm kepada Nanon

"Dia memang calon suamiku, kita akan menikah jadi sebaiknya kau jauh-jauh dari calon suamiku Ohm" bukan Nanon yang menjawab melainkan Primily. Perempuan itu tidak mau di kesampingkan oleh Nanon ia akan menjadi nyonya kirdpan jadi kenapa ia harus dikesampingkan? Dia harus menjadi yang utama bukan Ohm.

Nanon kini menatap Primily dengan sorot mata yang berapi-api

"Kau gila? Aku tau kau memang menyukaiku tapi tidak begini caranya Prim. Kau melukai harga dirimu" Primily menatap Nanon dengan tatapan tidak percaya melukai harga diri? Dia tidak melakukan apapun yang melukai harga dirinya.

Nanon dengan cepat menarik tangan Ohm lalu pergi dari sana. Primily masih berdiri di tempatnya menatap kedua lelaki itu yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Melukai harga diri? Sepertinya kau yang akan melukai harga dirimu sendiri Nanon. Kau berbohong padanya" ujar Primily pada dirinya sendiri.

Primily kembali ke fakultas dengan wajah yang kesal. Mengingat kejadian tadi membuat api dalam dirinya membara. Nanon sangat pintar bersandiwara mengatakan di depan Ohm bahwa dia bukan calon suami Primily padahal dengan jelas-jelas dia mengatakan hal itu kemarin.

Ya. Ini lah manusia akan berubah seiring berjalannya waktu. Bahkan detik per detik pun bisa saja berubah tanpa menunggu menit berikutnya. Tidak ada satu pun yang bisa di percaya dari manusia.

Primily menghembuskan nafas berat ia berusaha melupakan perkataan Nanon yang menusuk hatinya. Ia harus melupakan kenangan buruk mereka karena beberapa hari lagi mereka akan menjadi pasangan suami istri.

Sedangkan Ohm dan Nanon kini tengah berdiri di depan kelas Nanon.

Nanon sudah terlambat tapi dia perlu menjelaskan kepada Ohm bahwa semua itu tidaklah benar

"Jangan dengarkan Primily. Kau tau dia menyukaiku kan? Rasa sukanya padaku semakin menjadi-jadi hingga dia nekat mengatakan hal seperti itu. Aku minta maaf" ujar Nanon

Ohm memang kesal saat mendengarnya tapi dia lemah jika Nanon yang berbicara padanya. Nanon telah menjadi kelemahan dari dirinya ia tak mampu mengatakan apapun jika lelaki manis itu yang berbicara padanya, ia akan melakukan apapun demi Nanon. Apa lagi untuk jauh dari Nanon sungguh Ohm tidak bisa.

"Aku percaya padamu, jangan meminta maaf karena kau tidak salah. Masuklah kau sudah terlambat" Nanon mengangguk ia memeluk Ohm sebelum dia masuk ke dalam kelas.

"Aku percaya padamu" gumam Ohm seolah meyakinkan dirinya sendiri karena ia mulai merasa ada janggal.

Semoga saja rasa curiganya itu salah.


~~~~

Jarum jam menunjukkan pukul 6 sore. Ohm dan Nanon baru saja menyelesaikan kelas mereka masing-masing. Seperti biasa jika Ohm yang keluar kelas lebih dulu maka ia akan menunggu Nanon di depan kampus begitu pun sebaliknya Nanon akan menunggu jika ia yang keluar kelas
lebih dulu.

Ohm berdiri menatap satu persatu mahasiswa yang keluar dari gedung mencari kekasihnya di antara kerumunan banyak orang. Ohm terus menunggu hingga hampir 15 menit berlalu namun lelaki manis itu belum juga keluar dari sana.

"Lebih baik aku telfon saja" saat hendak menelepon, suara yang sangat ia kenali terdengar di gendang telinganya

"Ohm" panggil seseorang Ohm menoleh dan tersenyum suara itu milik kekasihnya, Nanon. Nanon berlari kecil ke arah Ohm lalu tersenyum sangat lebar hingga lubang kecil yang ada di pipinya terlihat semakin jelas. Ah lelaki berlesung pipi ini selalu membuat Ohm jatuh cinta padanya apapun keadaannya.

Masih Ada Sisa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang