🅒🅗🅐🅟🅣🅔🅡 ➑ ✓ 𝕄𝕒𝕝𝕦

2.3K 414 1
                                    

[M/n] sampai ke rumah langsung terbaring di sofa.

Ototnya begitu susah digerakin sekarang.

"Memangnya kau di Perpustakaan ngapain aja?"

"Berisik, capek. Mau tidur."

"Tidur tuh di kamar."

"Gabisa jalan, capek, sakit."

Erez hanya hela napas berat lalu menggendong [M/n] di punggungnya dan menuju kamar.

[M/n] sudah tertidur sejak Erez mulai menggendongnya.

Dan selama beberapa jam [M/n] kerjaannya tidur terus, dia bangun bentar buat main game, lalu lanjut tidur.

———

"Zin! Kemarin rasanya menyenangkan sekali. Tendanganmu juga hebat seperti dulu!"

"Cebol, pagi-pagi kau sudah berisik aja."

"Tinggi kita bahkan tidak lebih dari 180 cm."

Zin langsung berdiri dari duduknya, "Suatu hari tinggiku bakal lebih dari 180 cm."

[M/n] memasang ekspresi tidak peduli. Ia yakin jika tinggi Zin bakal mentok sampai 178 cm.

Jay yang dari tempat duduk hanya memperhatikan interaksi mereka.

Jay di sini tidak bego maupun tolol. Dia sadar dari kemarin [M/n] terus berfokus pada Zin.

Padahal setiap pagi [M/n] akan menarik Jay sana sini.

Yah, selama [M/n] bersama Zin. Jay juga bersama Seok.

[M/n] mulai kesal.

Apa dia tidak ada niat untuk membujukku gitu?

"Ada apa dengan wajahmu? Mengkerut gitu." Tanya Zin.

"Kemarin habis berkelahi di perpustakaan sebentar, rasanya masih lelah," ngeluh [M/n] yang menempel sama mejanya.

"Hanya segitu sudah capek? Beda amat sama dulu."

"Entahlah, mungkin karena aku lebih fokus ke game semenjak pada urus kehidupan masing-masing."

Zin yang melihat teman kecilnya ini hanya bisa menghela napasnya.

"Bagaimana kalau mulai minggu ini kau ikut aku olahraga?"

"Hee~? Sejak kapan seorang Zin memiliki sifat peduli gini??" [M/n] akhirnya kembali menggoda Zin.

"Hanya karena kakakmu itu, aku disuruh untuk mengstabilkan staminamu. Tentu saja dibayar."

[M/n] akui di sini dia terlalu kepedean. Dia kembali memejamkan matanya.

"Kalau terus main game bisa-bisa kau sakit." Zin mengecilkan suaranya.

"Hah, sudahlah. Beberapa menit lagi masuk, kembalilah ke mejamu," ucap Zin.

Zin terheran-heran. Kenapa tidak mendapat jawaban dari [M/n].

"Oi! Jangan tidur di mejaku."

Percuma saja, [M/n] sudah sepenuhnya tertidur.

Zin terdiam sebentar. Dia seperti sedang menahan sesuatu.

Tangannya sedari tadi seperti ingin mengelus surai [H/c] [M/n]. Tapi gengsinya melebihi ketinggian angkasa.

'Sial... Rambutnya kenapa kelihatan lembut sekali.'

Mijin yang melihat itu langsung samperin mereka.

Mijin tanpa ragu langsung mengelus kepala [M/n].

"Zin, kau yakin tidak mau coba? Rasanya halus banget loh."

Zin yang terlihat udah tertekan parah akhirnya dia memilih untuk meninggalkan kelas.

Mijin terkekeh. "Dasar, padahal kesempatan bagus."

[M/n] terbangun saat mendengar pintu kelasnya ditutup dengan keras.

[M/n] yang belum kumpulin nyawa langsung berdiri. "Selamat pagi-!"

"Pfft–! [M/n], sekarang siang bukan pagi."

"Bayi besar udah selesai tidur?"

"Hahaha! Jangan bilang selamat pagi dengan muka datar dan terkejut gitu."

"Lucu!"

[M/n] tentu saja merasa malu saat diketawain dan diejek 1 kelas.

Akhirnya [M/n] untuk menghilangkan rasa malu dia ke rooftop yang tempatnya sepi untuk main game.

[M/n] yakin mukanya sekarang udah merah.

[M/n] akhirnya memainkan HP-nya

Push rank no 1

"[M/n]?"

[M/n] yang merasa itu suara asing, dia tetap fokus ke game-nya tanpa menoleh sama sekali.

"A-Anu. Aku sudah mencarimu daritadi."

[M/n] yang kalah akhirnya melihat ke arah orang itu.

Orang asing.

Gadis itu yang memanggil [M/n] mukanya begitu memerah.

[M/n] akhirnya berdiri dari duduknya, pikir [M/n] saat melihat gadis itu hanya pendek.

"Ada apa mencariku?"

"Jika mau..."

[M/n] hanya memiringkan kepalanya.

"Tolong terima ini!"

[M/n] yang melihat bekal yang diberikan gadis itu lalu menerimanya.

[M/n] tersenyum. "Terima kasih! Aku pasti akan memakannya."

Gadis itu langsung tersenyum. "A-Aku, ah– namaku Han-Na. Aku dari kelas kecantikan tingkat 1."

"Maaf sudah menganggu-!" Hanna langsung pergi dari sana.

Tidak sekali dua kali [M/n] menerima barang seperti ini. Jika tidak bekal palingan manisan seperti coklat, permen, kue, dan lainnya.

[M/n] sendiri tidak mempermasalahkannya, ini bisa untuk menghemat biaya hidupnya. Walaupun uang di dalam kartunya unlimited.

[M/n] kembali ke tempat teduh dan bermain game. Tanpa sadar dia tertidur dan membolos beberapa jam pelajaran.

°>°

🄵🄰🄺🅃🄰 [🅉🄸🄽] : 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘌𝘳𝘦𝘻 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘳𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘭𝘢𝘩𝘳𝘢𝘨𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 [𝘔/𝘯]. 𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘡𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘰𝘯𝘥𝘪𝘴𝘪 [𝘔/𝘯] 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘗𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘭𝘶 [𝘔/𝘯] 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘡𝘪𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘢𝘩𝘪,  𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪.

Mandirii {Lookism X Malereader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang