🅒🅗🅐🅟🅣🅔🅡 ➊⓿ ✓ ℝ𝕒𝕞𝕓𝕦𝕥

2.1K 385 15
                                    

Enakan Zin x Mijin
Atau Zin masuk ke dalam salah satu harem [M/n]??


"Harusnya di sini, kan?" Gumam [M/n] yang baru mau masuk ke sebuah cafe.

Seketika semua perhatian terfokus ke dia, apalagi para cewe-cewe.

"Selamat datang!" Ucap Bumjae.

"Oh, [M/n] akhirnya kau sampai juga. Syukurlah nggak nyasar."

"Wohh!! Kak [M/n]!"

"Oii Bumjae kenapa kau nggak bilang kak [M/n] bakal datang?!"

Seketika para anak dari kelas Arsitek serbu ke arah [M/n] dan tersisa Vasko di meja itu.

"Ayolah. Jangan panggil aku kak, kita seumuran kok."

"Siap, kak!"

[M/n] hanya bisa pasrah dengan anak buah Vasko ini.

Di sekolah itu bisa dibilang kelas favorit [M/n] adalah kelas Arsitek. Di sana banyak tampang garang-garang, tapi berhati hello kitty. Dan pemimpinnya adalah Vasko, nggak heran lagi.

[M/n] sempat menyesal karena tidak masuk ke kelas Arsitek sejak awal.

"Bumjae, Red bean green tea cream 1."

"Ok."

"Hari ini pesan saja sesuka kalian. Aku yang traktir."

"Woahh!!" Girang mereka saat [M/n] mengucapkan itu.

"[M/n] bukankah kau terlalu memanjakan mereka?" Ucap Bumjae yang mengantarkan minumannya.

"Hahahaha! Sesekali. Lagian sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka."

"Ayo, jangan dipikirkan. Pesanlah sepuas kalian."

"Baikk!!"

Sepanjang waktu itu mereka bercanda ria. Sampai ada seseorang masuk cafe yang menarik perhatian mereka.

"[M/n]. Bukankah itu anak dari kelasmu?" Bisik Vasko.

"Ya. Park Hyung Seok. Sepertinya dia datang sama orang tua temennya itu."

"Kau kenal orang tua siapa?"

"Hmm, oh iya aku baru ingat. Ibu tadi yang tanya jalan ke aku."

Bumjae datang kembali mengantarkan minuman dan makanan yang mereka pesan.

"Hei... Itu si anak pindahan itu," ucap Bumjae.

"Oh- jadi beneran dia?"

"Beneran ganteng, ya."

"Vasko, jangan macam-macam. Bisa-bisa nanti Bumjae dipecat," ucap [M/n] yang memperingatinya. Tentu langsung dinurut oleh Vasko.

Bumjae yang melihat itu langsung bernapas lega. Dia kira ajal pekerjaannya sudah dekat.

Saat langit sudah berubah menjadi jingga. [M/n] pun pergi.

[M/n] berjalan sambil melihat ke arah langit.

[M/n] melihat beberapa helaian rambutnya yang berterbangan kena angin.

'Sepertinya aku harus warnain rambutku lagi. Warnanya sudah mulai memudar. Bisa gawat kalau ketahuan orang itu.'

Sebelum pulang, [M/n] mampir ke sebuah toko untuk membeli cat rambut baru pulang ke rumah.

"Aku pulang."

"Oh. Lama sekali kau keliaran, bawa apaan tu?" Tanya Erez.

"Cat ranbut."

Erez terdiam seribu bahasa.

Erez langsung beralih memeluk [M/n] yang membuatnya tidak berkutik.

"Hiks. Masalah apa saja yang kau lewatin? Sampai potong rambut, warnain rambut."

"Banyak."

"Sudahlah. Aku mau ke kamar dulu, aku harus membereskannya."

[M/n] di kamar merenung sebentar, dia mengingat sebuah kejadian di mana dia berada di kelas 8 SMP.

Erez yang menelpon [M/n] dan menyuruhnya untuk buka kamera.

Padahal Erez ingin memperlihatkan model rambutnya yang baru itu. Dan mengejutkan [M/n] dengan rambutnya yang super cakep ini (menurut Erez).

Tapi sepertinya hal itu malah berkebalikannya.

𝐅𝐥𝐚𝐬𝐡𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐎𝐍

[M/n] yang awalnya tidak memperdulikan telepon dari kakak laki-lakinya itu, tapi lama-lama akhirnya dia merasa risih karena aktivitas gamenya terganggu.

[M/n] dengan berat hati mengangkat telepon dari kakaknya, Erez.

"Apaan?"

"Coba buka kameramu~"

[M/n] yang ingin cepat selesai akhirnya hanya menurut.

"Oh, kau gunting rambutnya? Jadi kayak ikan rambutmu–"

Ucapan [M/n] terhenti saat mendengar Erez berteriak.

"IBU! IBU!! [M/N]!" Erez begitu rusuh sambil membawa laptopnya turun tangga.

"Ada apa Erez? Jangan lari-lari–"

"ASTAGAA!!! [M/N]!?"

"Huh? Kenapa?" Bingung [M/n].

"MASIH KENAPA?! ADA APA DENGAN RAMBUTMU?! CIRI KHASMU HILANG SEMUA!" Erez begitu frustasi saat melihat adik laki-lakinya yang berubah drastis itu, yang sama hanya matanya.

"Huhu. [M/n] maafkan ibu nak. Harusnya ibu tidak membuangmu ke Korea sendirian... Tapi ini semua demi masa depanmu..."

[M/n] hanya menatap drama ini dengan tatapan datar.

"Hiks, setelah meminta uang untuk beli apartemen mahal, hiks. Sekarang rambut sebahumu yang begitu terawat dan lembut kau potong semua?" Dramatis Erez.

[M/n] yang jijik melihatnya langsung menutup telponnya. Dan blok nomor Erez selama beberapa jam. Dan akhirnya dia kembali menamatkan gamenya dengan damai.

"Mau gimana lagi? Daripada aku ketahuan, kan. Agak nangis sih aku potong ranbut ini..." Gumam [M/n] yang kembali mengingat semenderita apa dia saat memotong harta karunnya itu.

𝐅𝐥𝐚𝐬𝐡𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐄𝐍𝐃

°>°

🄵🄰🄺🅃🄰 [🄼/🄽] : [𝘔/𝘯] 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘳𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬. 𝘋𝘶𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘳𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘶 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘰𝘵𝘰𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘶𝘭𝘶𝘢𝘯.

Mandirii {Lookism X Malereader}Where stories live. Discover now