🅒🅗🅐🅟🅣🅔🅡 ➋➊ ✓ 𝕂𝕖𝕟𝕔𝕒𝕟?

1.7K 354 1
                                    

[M/n] saat ini sedang berjalan bersama 1 kucing dan 2 anjingnya. Tentu saja mereka diikat.

[M/n] sekarang berharap kalau ke-3 hewan itu bisa akur tanpa konflik. Tapi sepertinya tidak separah yang dia bayangkan. Ia kira anjing dan kucing tidak akan pernah akur.

"Oh, bukankah ini [M/n]?"

Yang merasa terpanggil dari belakang, [M/n] reflek menoleh ke arah orang itu.

Terlihat orang yang bersurai kuning mulai berlari ke arahnya.

Bagai disambar petir, [M/n] tidak menyangka akan bertemu dengan Jungoo di sini.

"Lama tidak bertemu, puncak Gangdong!"

[M/n] langsung bungkam mulut Junggo, dia berjinjit sih. Tingginya dan tinggi Junggo memiliki perbedaan yang sangat jauh.

"Shhtt!!! Jangan memanggilku seperti itu di sini–!" Ucap [M/n] dengan panik. Apalagi kalau kedengaran ke siswa SMA Jaewon.

"Oh maaf. Apa kau masih merahasiakannya?"

[M/n] hela napas lelah. "Apa maumu di sini?" Tanya [M/n].

"Aku hanya mau ke toko buku. Kebetulan sekali bertemu denganmu di sini, mau beli komik bareng?"

"Tidak bisa, aku sedang membawa mereka jalan-jalan." Ucap [M/n] sambil menatap ke arah 3 hewan itu.

"Gampang! Tinggal nitipin saja ke toko hewan peliharaan!"

"Tapi–"

"Sudahlah. Sudah lama loh tidak bertemu, setidaknya habisin sedikit waktu dong bersama mantan pengawalmu dan pelatihmu ini~"

Sampai akhir hewan-hewan itu dititipkan ke toko peliharaan langganan [M/n].

"Kau dari dulu tidak berubah, ya. Masih sesuka itu sama binatang-binatang liar itu. Mana sekarang tambah 2 lagi."

"Memangnya kenapa? Bukankah mereka lucu?" Heran [M/n] mendengar komenan Jungoo.

"Terserahmu saja. Ayo ke toko buku! Hari ini aku akan borong manga. Kau yang bayar, ya. Sesekali bayar juga dong jasaku selama ini."

[M/n] yang tertekan yang ditarik sana sini hanya bisa angguk-angguk doang.

Padahal dia punya lebih banyak uang dariku.

--

"Dasar wibu." Ucap [M/n] ke Jungoo yang membeli komik sampai beberapa kantong besar. Sekarang sudah dititipkan ke bawahannya untuk bawa  pulang sih.

"Bagaimana kalau sekarang nonton bentar?" Jungoo terlihat tidak peduli dengan apa yang dikatakan [M/n].

Saat sampai di bioskop, Junggo membeli tiket film horor.

"Oi, kau yakin nonton film horor?" Tanya [M/n].

"Haha! Kenapa? Kau takut?"

[M/n] berdecak kesal. Dan mereka berdua pun masuk ke dalam bioskopnya. [M/n] mulai terheran-heran, kenapa di dalam sana nggak ada orang.

"Aku sudah menyewa bioskop ini. Sepi baru terasa feel-nya, kan?"

–––

"AKHHHH!!!!!"

"Apa sudah pergi? Apa masih jauh? Kapan ini berakhir?" Ucap Jungoo yang udah gemetar ketakutan.

Crash! Wham!

"Ini masih setengah jalan, minggir. Aku tidak bisa menonton." Ucap [M/n] yang terus berusaha mendorong kepala Jungoo pergi.

Hitung-hitung sih Jungoo lagi modus sama [M/n]. Sekarang kepala Jungoo berada di depan bahu [M/n]. Tapi Jungoo pada dasarnya memang takut dengan film genre horor.

Saat suara tidak terdengar, akhirnya Jungoo memberanikan diri menatap layar.

Crunshhh!

Seketika wajah Jungoo pucat kembali.

[M/n] sedikit melirik ke arah Jungoo lalu menghalangi pandangannya memakai tangannya sendiri.

Jungoo reflek noleh ke arah [M/n].

"Bodoh. Padahal takut horor tapi masih nonton, kau sewa bioskop ini hanya untuk orang-orang tidak dengar teriakmu, kan."

"Bagaimana bisa kau nggak ketakutan nonton beginian?" Tanya Jungoo dengan suaranya yang gemetar.

"Apa maksudmu? Aku pada dasarnya memang menyukai film horor."

"Hah? Tapi saat pertama kali bertemu kau terlihat seperti anak kecil yang penakut."

"Itu juga tidak dapat disimpulkan kalau aku takut genre horor!"

"Jika suasananya jadi sunyi kau benar-benar harus berhati-hati. Aku akan tutup matamu sampai adegan horornya selesai. Kalau takut tutup telingamu juga."

"...Aku baik-baik saja, segini bukan apa-apa bagiku."

Jungoo menjauhkan tangan [M/n] dari matanya.

Terlihat rona tipis di wajah [M/n].

Hanya 1 kata yang terpikirkan di otak Jungoo sekarang. 'Lucu.'

Walaupun Jungoo bilang dia baik-baik saja. Tapi tetap saja dia terus berteriak dan menempel pada [M/n].

Saat film selesai mereka pun keluar dari bioskop. Terlihat Jungoo yang masih pucat itu.

"Udah mau malam. Mau makan malam bersama?" Tanya [M/n] yang langsung diangguki sama Jungoo.

Saat mau melangkah pergi, [M/n] hampir saja terjatuh jika tidak langsung ditarik oleh Jungoo.

Jungoo menarik baju [M/n] dari belakang, itu membuatnya sedikit tercekik.

"Lepaskan aku!!" Rontaknya.

Bagi Jungoo sekarang dia seperti sedang memegang seekor kucing.

"Kau harus lebih berhati-hati." Ucap Jungoo yang sedikit berlutut di depan [M/n] lalu mengikatkan tali sepatunya.

"Aku bisa ikat sendiri."

"Memangnya kau bisa ikat tali sepatu?"

"Aku bukan anak kecil."

"Baiklah, baiklah. Ayo pergi, langit udah mulai gelap ni." Ucap Jungoo sambil narik tangan [M/n].

"Padahal bagus kalau penampilanmu seperti ini." Ucap [M/n] dengan suara kecil.

"Apa?"

"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa."

Penampilan Jungoo sekarang tanpa kacamata, memakai pakaian yang casual, dan rambutnya diturunkan.

Jungoo tiba-tiba lepas jaketnya lalu taruh di kepala [M/n] yang membuat langkahnya terhenti.

"Malam ini udaranya dingin. Pakailah itu." Ucap Jungoo yang berjalan mendahului [M/n] yang terdiam sebentar di tempatnya.

Sebuah senyuman tercipta di wajah [M/n].

"Selain dingin, rasanya juga udah mulai capek ya. Malas jalan~" kodenya.

Jungoo yang mendengar itu langsung sedikit jongkok di depan [M/n].

"Naiklah."

"Hehe."

Karena perbedaan tinggi mereka 20 cm lebih, membuat [M/n] terlihat seperti anak kecil.

Orang-orang yang melihat mereka pasti sudah menganggap mereka kakak adik.

°>°

🄵🄰🄺🅃🄰 🄹🅄🄽🄶🄾🄾 : 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘰𝘴𝘬𝘰𝘱 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘰𝘩𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 [𝘔/𝘯] 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘧𝘪𝘭𝘮 𝘩𝘰𝘳𝘰𝘳, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘬𝘦𝘵 𝘧𝘪𝘭𝘮 𝘩𝘰𝘳𝘰𝘳 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘯𝘳𝘦-𝘨𝘦𝘯𝘳𝘦 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶.

Mandirii {Lookism X Malereader}Where stories live. Discover now