Suki+2

1K 96 7
                                    

Happy reading 💕

***

   "Apa yang kau lukis?" Tanya Sai sambil berbisik di telinga pemuda memiliki kumis kucing di pipinya. Orang yang di tanyakan tentu terkejut, bahkan hampir saja dia merusaki lukisannya yang tak ada bagus-bagsunya sama sekali untuk di lihat. Entah dapat pikiran dari mana dia mengambil ektrakurikuler melukis yang nyatanya dia tidak memiliki bakat sama sekali dalam hal berbau seni.

Sai mengulum bibir menatap nanar lukisan Naruto yang nampak, tak ada mirip-miripnya dengan contoh buah apel dia letakan di tengah, sebagai model lukisan bagi pemula. Sai merupakan mentor di bagian seni dan itu di seni lukis.

Naruto menjambak rambut prustasi, meletakan kuasnya asal ke dalam gelas kaca berisi air, sebagai pembersih kuas setelah terkena cat. Sai melihat raut tak semangat itu, menggeleng-geleng kepala tak habis pikir dengan pemuda berambut kuning itu. "Kau bahkan melukis buah semudah itu saja kau tak bisa. Bagaimana nanti di tahap berikutnya?"

Sai membuang nafas berat, tak tau harus bagaimana lagi mengajarkan orang yang bahkan belum pernah menyentuh alat gambar sebelumnya. Kalau begini dia juga akan gagal sebagai mentor, hanya karena gagal mengajari Naruto. "Aku kasih masukan pada mu sebulan." Menepuk pundak Naruto. "Jika kau gagal, aku tidak bisa jadi mentor mu lagi. Aku akan membeli mu buku tentang cara menggambar dan melukis. Buku anatomi, tulang, dan cara mewarnai yang benar." Menyilang tangan di dada. "Aku tidak mau ada yang gagal sebagai murid ku. Jika kau gagal, ganti ekstrakurikuler lain." Sarkasnya.

Naruto mengangguk menyetujui, menatap iris gelap Sai menatap baliknya datar. "Pokoknya aku harus berhasil, di bidang ini bagaimana pun caranya!" Jawabnya meyakinkan diri sendiri.

Sai berbalik meninggalkan Naruto sendiri dalam ruangan seni. Lagi pula ini sudah jam pulang sekolah, dia lama di sini, kerena pemuda itu. "Jika sudah selesai, jangan lupa tutup pintunya dan kunci. Besok kau akan kena hukuman kalau lupa." Ucap Sai melempar kunci ruangan seni kebelakan yang langsung di tangkap cekatan oleh Naruto. "Dasar kau ini, merepotkan saja!" Cetus Sai berlalu membuka pintu ruang seni.

Naruto meratapi kunci di tangannya, menimang-nimang kembali perkataannya barusan. Apa yakin dia bisa sebulan belajar menggambar dan melukis?! Memikirkan saja sudah membuat kepala pening!

Seorang gadis memakai masker wajah, sedang sendirian mengoyang-goyang kaki sambil membaca buku Biologi di kasur. Telinganya di sumpali headset menikmati alunan lagu juga. Besok ada ujian Biologi dia harus mendapat nilai bagus dalam test, agar bisa masuk ke bidang kedokteran. Apa pun berbau Fisika, Kimia, Matematika, Biologi, dan IPA. Dia harus mendapatkan nilai bagus.

"Sakura, ayo makan malamnya sudah siap." Panggil Mebuki membuka pintu kamar sang anak.

Sakura melihat melebar mata. "Iya bu."

Esoknya di sekolah Konoha high school, pagi ini Sakura datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya agar bisa bersantai dan lanjut belajar, selain tak ingin terlambat. Sakura menggeser pintu kelas, alisnya terangkat satu mendapati seseorang ternyata sudah lebih dulu dari dirinya berada di kelas. Senyumnya melebar seiring kaki melangkah, mendekati seorang pemuda berambut kuning tengah tertidur lelap, menyilang kedua lengannya sebagai bantal.

"Naruto?" Bermonolognya menekuk kaki, memiring kepala melihat lebih dekat rupa pemuda itu yang tidur. "Apa membuatnya tertidur sendirian di sini?, sudah berapa lama?" Mengurucut bibir. Dia lebih memilih duduk di kursinya. Mata Sakura tak elak melihat Naruto tertidur sambil mengeluarkan buku-bukunya dalam tas untuk segera dia baca. Lucu.

Bel tanda jam makan siang berbunyi. Sakura menarik dua lengannya ke atas, merasa lega ujiannya tadi berjalan lancar tanpa masalah. "Ayo makan, aku lapar sekali." Ajak Sakura menarik satu-persatu temannya Ino, Tenten, dan Hinata sedang menunggu depan ambang pintu.

Suki [Sasusaku] √Where stories live. Discover now