Bab 3: Lime

26 3 0
                                    

"Run, Anya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Run, Anya ... run!" Anya bergumam memotivasi dirinya sendiri agar tidak terlambat menghadiri rapat darurat hari ini. 2 hari yang lalu Anya menerima kabar kalau atasannya—Chief Finance Officer—menggelapkan uang perusahaan dan menghilang. Sebagai seorang Head of Finance, dia menjadi pusat pertanyaan sesama rekan kerjanya. Sudah menjadi rahasia umum kalau dia tangan kanan CFO, Tiwi Maheswari.

Anya juga harus merelakan waktu tidurnya tersita demi menemukan jejak Tiwi. Tidak hanya itu, ruang kerja Anya digeledah untuk mencari petunjuk mengenai keberadaan atasannya serta jejak uang yang disembunyikan.

Kecemasan terbesar Anya saat ini, dirinya kehilangan pekerjaan yang sudah digeluti selama hampir 8 tahun. Dia sudah nyaman membangun karir di Bee You, perusahaan e-commerce yang bergerak di bidang kecantikan. Apalagi di usianya sekarang, tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan baru dan memulai karir dari nol.

"Wait!" Anya menambah kecepatannya agar pintu lift tidak keburu menutup. Nyaris saja Anya menabrak dinding berlapis kaca, jika Rafa yang di dalam lift tidak menahan badannya.

Rafa berdecak. "Mau kemana? Kayak dikejar setan."

Anya nyengir. "Rapat, Pak."

Rafa menoyor kepala Anya dengan telunjuknya. "Geli denger kamu panggil aku 'pak'. Gak ada orang lain juga."

"Ini, kan di kantor, Pak. Formalitas is number one."

"Gak usah ngomong formalitas segala. Kamu sama staff yang lain sering asal ceplos." Rafa melirik Anya yang tingginya hampir sepantaran karena sokongan stiletto 10 senti. "Udah siap rapat?"

"Siap nggak siap, sih," jawab Anya agak kesal karena beberapa helai rambut keluar dari kerudungnya. Dengan cekatan dia merapikannya lalu menoleh Rafa. "Aku nggak mungkin langsung dipecat, kan?"

Rafa tertawa. "Om Asrafi udah tahu kabar tentang ini?"

Anya mengangguk sedih. "Ayah ke Jakarta hari ini." Mata Anya menatap lantai lift yang gemerlapan terkena cahaya lampu.

"Biasanya kamu seneng bisa pulang ke rumah."

"Kalo pulang karena kabar kasus Bee You, nggak bisa dibilang seneng juga." Anya menatap pintu lift yang memantulkan sosok dirinya dan Rafa. Tak sekali dua kali orang-orang berpendapat kalau keduanya tampak serasi jika bersama. Namun, hingga saat ini penilaian itu masih sebatas angan. "Apalagi beberapa jadwal ngasih pelatihan di Singapura sampai didelegasiin ke orang lain. Padahal pendapatan ayah dari situ.

"Aku udah ngabarin Fanny kalo hari ini nggak pulang ke apartemen dia."

"Beliau masih gak mau nerima gaji kalian?"

Anya menggeleng. "Kami pengin berbakti, tapi ayah nggak mau kami balas budi. Biar jadi kebaikan untuk ayah. Gitu katanya."

Rafa tersenyum simpul. "Om Asrafi, salah satu pria hebat yang pernah aku temui. Aku kagum sama beliau meski—"

Longevity Base : Secretly CloselyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang